Saluran Air Peninggalan Belanda di Sukoharjo Jadi Spot Foto Menarik

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Saluran Air Peninggalan Belanda di Sukoharjo Jadi Spot Foto Menarik

Bayu Ardi Isnanto - detikTravel
Minggu, 21 Feb 2021 12:51 WIB
Buk Londo
Foto: Instagram @jimboengtoekangphoto
Sukoharjo -

Saluran air kuno di Sukoharjo berhasil diubah menjadi destinasi wisata. Wisatawan paling suka berfoto di sana.

Pemerintahan kolonial Belanda menyisakan sejumlah bukti kemajuan di masa lalu. Salah satunya di bidang pertanian, yakni dengan dibangunnya saluran irigasi di kawasan Baki, Sukoharjo yang kini dikenal dengan nama Buk Londo.

Buk Londo saat ini memang sudah tidak berfungsi lagi. Namun warga sekitar memanfaatkan keberadaannya sebagai objek wisata baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terlihat Buk Londo hanya tersisa beberapa tembok dan terowongan. Kondisinya yang tua dan berlumut justru membuat lokasi tersebut menarik sebagai objek foto.

Warga menambahkan pernak-pernik untuk mempercantik Buk Londo. Antara lain dengan memasang kursi dan meja serta sejumlah wahana.

ADVERTISEMENT

"Ini belum ada setahun kita renovasi. Dulu ada jembatan penghubung antara sisi utara dan selatan sungai, tapi putus karena banjir," kata Udin, seorang relawan pengelola Buk Londo saat ditemui detikcom, Minggu (21/2/2021).

Menurutnya, di Baki ada empat lokasi yang serupa. Namun baru satu yang dibersihkan dan dimanfaatkan.

"Ada empat di sekitar sini. Yang lain belum kita bersihkan. Rencananya juga mau dijadikan seperti ini," ujarnya.

Sejarawan Solo, Heri Priyatmoko, mengatakan sistem irigasi merupakan salah satu produk Politik Etis Belanda di awal abad XX. Pembangunan itu merupakan balas budi Belanda kepada masyarakat Hindia-Belanda.

"Politik Etis antara lain mengatur edukasi, transmigrasi dan irigasi. Ini sebagai bentuk balas budi mereka," kata Heri saat dihubungi detikcom, Minggu (21/2/2021).

Buk LondoBuk Londo. Foto: Instagram @jimboengtoekangphoto

Beberapa proyek Belanda terkait bidang irigasi, antara lain drainase, turbin air, jembatan, buk dan pipa. Peralatan itu terbukti mampu menghasilkan pertanian yang baik. Kawasan Baki menjadi salah satu penyangga kebutuhan pangan masyarakat Surakarta saat itu.

"Dengan 'buk' itu, daya dukung untuk masyarakat pertanian di Baki terpenuhi. Hasil pertanian bisa dinikmati masyarakat kota," ujar dosen sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta itu.

Mengapa dinamai buk?

Masyarakat Jawa saat ini lebih mengenal kata buk sebagai nama tempat. Warga biasa nongkrong bersantai di buk yang ada di kampung-kampung.

Menurut Heri, sebetulnya buk berarti aliran air yang menerjang jalan. Aliran air itu dilindungi dengan bangunan berlubang.

"Buk sekarang ini lebih akrab dikenal sebagai tempat nongkrong atau sebagai penanda tempat. Buk yang dikenal masyarakat biasanya berada di atas aliran air, seperti selokan, pengairan sawah atau semacamnya," katanya.




(pin/pin)

Hide Ads