Melihat Keindahan Kampung Sade Suku Sasak di Lombok Tengah

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Melihat Keindahan Kampung Sade Suku Sasak di Lombok Tengah

Wahyu Prihartanto - detikTravel
Rabu, 19 Jul 2023 13:12 WIB
loading...
Wahyu Prihartanto
Gapura Selamat Datang Kampung Suku Sasak
Bruga Sekenam Suku Sasak
Rumah Adat Suku Sasak
Pohon Peraduan Suku Sasak
Menara Pemantau Suku Sasak
Melihat Keindahan Kampung Sade Suku Sasak  di Lombok Tengah
Melihat Keindahan Kampung Sade Suku Sasak  di Lombok Tengah
Melihat Keindahan Kampung Sade Suku Sasak  di Lombok Tengah
Melihat Keindahan Kampung Sade Suku Sasak  di Lombok Tengah
Melihat Keindahan Kampung Sade Suku Sasak  di Lombok Tengah
Jakarta -

Kampung Sasak Sade merupakan lokasi wisata kultural yang sayang dilewatkan bila berwisata ke Lombok Tengah. Kampung ini indah dan warganya ramah.

Saya sempat mengunjungi Kampung Sasak Sade dengan berkendara. Dengan menggunakan mobil, saya dan keluarga melintasi 5 kecamatan yakni Labuapi, Kuripan, Jonggat, Praya Barat, dan Pijut sebelum tiba Kampung Sasak.

Dengan jarak tempuh 45 kilometer, sebagian besar jalan by pass beraspal serta aspal satu jalur, jarak tersebut berhasil ditempuh dalam waktu 49 menit 53 detik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setiba di Rembitan Lombok Tengah, kami memarkirkan kendaraan. Beberapa orang bersarung membalut celana kain dengan kaos lengan pendek berkrah, serta udeng di kepala mendekati kami.

Setelah mereka berembuk, kemudian salah satu dari mereka mendekat lalu mengenalkan diri. Sapaan hangat keluar dari mulut Amaq Bayu membuka pembicaraan.

ADVERTISEMENT

Amaq adalah panggilan seorang laki-laki Suku Sasak sebagai pemandu kami ber-healing kampung. Sebelum berkeliling, kami diajak beristirahat sesaat di bruga sekenam (bangunan enam tiang) untuk mendengarkan penjelasan singkat tentang seluk-beluk suku sasak.

Beberapa saat kemudian, kami mulai berjalan menyusuri lorong sempit diantara rumah-rumah warga serumpun suku Sasak, yang berjumlah 150 kepala keluarga dengan 700 jiwa.

Perkawinan serumpun terpelihara bertahun-tahun hingga kini dengan bermata pencaharian petani dan kerajinan kain tenun sasak. Perempuan sasak yang telah memasuki akil balik "wajib" bisa memintal kain berbahan kapas lokal sebelum memasuki jenjang perkawinan.

Keahlian memintal istri dibutuhkan untuk menunjang ekonomi suami sebagai petani yang hanya mengalami sekali panen dalam setahun. Hal ini karena mereka hanya mengandalkan hujan untuk pengairan sawahnya. Sementara sumur jumlahnya terbatas sehingga pemanfaatannya khusus untuk mandi dan masak seluruh warga.

Suku Sasak dipimpin oleh seorang kepala suku karena ketokohan dan senioritasnya. Kepala suku dipilih secara aklamasi turun-temurun.

Rumah adat suku sasak beratap daun sirap, berlantai tanah liat tapi tampak mengkilap meski hanya dipel dengan kotoran kerbau seminggu sekali.

Saking sempitnya pintu rumah adat, kami masuk satu-persatu dengan sedikit menundukkan kepala. Setelah di dalam terdapat ruangan cukup luas dengan lantai halus menyerupai keramik. Di atasnya, terdapat satu ruangan lagi berisi perkakas dapur dan persalinan.

Setelah merasa cukup mengamati suasana dalam rumah adat, kami memutuskan keluar tetap dipandu Amaq Bayu. Di lorong belakang rumah adat tampak berdiri kokoh pohon nangka tua yang biasa digunakan pasangan muda-mudi sasak memadu kasih. Meski, pohon tersebut sudah mati tapi tetap menancap di bumi.

Kata Amaq Bayu, pohon tersebut akan dicabut dan ditanam bibit pohon nangka baru. Lokasi terakhir yang kami kunjungi bernama menara pantau kampung sasak. Bangunan tersebut berbentuk seperti panggung dengan beberapa anak tangga menjulang ke atas.

Sesuai perannya sebagai pemantau keamanan kampung, bangunan paling tinggi dibanding rumah adat maupun balai tani. Balai Tani merupakan tempat menyimpan hasil panen padi dari 4 sampai dengan 5 keluarga yang dikelola secara swadaya.

Ketahanan pangan harus terjaga selama setahun hingga musim panen berikutnya. Penghasilan harian keluarga diperoleh dari hasil penjualan kain tenun yang dibuat oleh istri dibantu anak-anak perempuannya.

Setelah puas mengelilingi detil bagian Kampung Sasak Sade, kami pun berpamitan kepada Amaq Bayu, sembari berucap, matur tampiasih (terima kasih), dan dijawab olehnya, pade-pade (sama-sama).

Hide Ads