Menjelajahi Nepal tanpa memburu terbitnya matahari tentu saja tak akan sempurna. Ia akan merangkak naik di antara jajaran pegunungan Himalaya, atap dunia.
Maka, dari perhentian pertama di Kathmandu, rombongan travel writing bertajuk Nepal Trip yang digagas oleh 3 backpacker internasional, Matatita, Agustinus Wibowo dan Raiyani mulai bergerak ke Phokara.
Jaraknya yang hanya berkisar 200 kilometer dari Kathmandu, ternyata membutuhkan waktu tempuh hingga 10 jam karena kondisi jalanan yang sedang dalam perbaikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beruntung bus yang kami tumpangi, yang memang hanya diperuntukkan bagi turis, cukup nyaman dengan sofa empuk yang tidak membuat sakit pinggang serta pemandangan menakjubkan di luar jendela yang membuat perjalanan panjang tidak membosankan.
Dalam perjalanan, Agustinus Wibowo, penulis trilogi buku perjalanan Garis Batas, Selimut Debu dan Titik Nol, yang juga menjadi salah satu tour leader, memberikan pelajaran tambahan tentang berbagai tips menulis cerita perjalanan. Tak sia-sia memang mengikuti travel writing bersamanya.
Dini hari berikutnya, setelah beristirahat semalam di penginapan di Pokhara, rombongan bergerak ke Sarangkot. Tiba di Sarangkot, dalam kegelapan pagi dan hawa dingin yang menusuk tulang, satu persatu peserta mulai menaiki ratusan anak tangga menuju gardu pandang.
Inilah lokasi terbaik untuk menyaksikan pergerakan matahari bangkit dari peraduan. Gardu pandang yang remang ternyata telah riuh dengan celotehan manusia dalam berbagai bahasa ketika rombongan kami tiba.
Para pemburu matahari di Sarangkot pagi itu ternyata berasal dari berbagai negara. Ketika fajar tiba, sinar matahari membuat puncak Fish Tail, jajaran pegunungan Annapurna yang berselimut salju abadi, bersinar keemasan.
Jajaran pegunungan yang merupakan bagian dari puncak tertinggi di dunia, Himalaya, terlihat anggun dan cantik seperti putri raja. Meskipun membuat siapapun yang melihatnya terpana, namun tak banyak yang diizinkan untuk mendekatinya.
Bagi saya pribadi, dapat menyaksikan keindahan puncak Annapurna dalam selimut salju abadinya yang bersinar karena pantulan matahari pagi itu menerbitkan perasaan optimis. Bahwa tak ada kegelapan yang abadi, akan selalu ada matahari yang mengusirnya dalam kehangatan pagi.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol