Ini Kampung Pengungsi Tibet di Nepal, yang Tak Mau Gabung dengan China

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ini Kampung Pengungsi Tibet di Nepal, yang Tak Mau Gabung dengan China

Margaretha Lina Prabawanti - detikTravel
Rabu, 06 Mar 2024 16:31 WIB
loading...
Margaretha Lina Prabawanti
Tempat ibadah di Tibetan Refugee Village.
Aneka kerajinan tangan yang dijajakan di lokasi pengungsian Tibetan Refugee Village.
Ini Kampung Pengungsi Tibet di Nepal, yang Tak Mau Gabung dengan China
Ini Kampung Pengungsi Tibet di Nepal, yang Tak Mau Gabung dengan China
Jakarta -

Rasa-rasanya, tak seorang pun ingin hidup sebagai pengungsi. Tercerabut dari akar budayanya untuk menetap di negeri asing tanpa kepastian kapan bisa kembali ke rumahnya sendiri.

Tibetan Refugee Village, lokasi pengungsian resmi Tibet yang berada di Pokhara, Nepal, telah berubah menjadi dunia kecil yang nyaman namun setengah terisolasi.

Penghuninya adalah pengungsi Tibet yang menetap di Nepal setelah pengambilalihan China. Mereka menjalani kehidupan yang tenang dengan menjual perhiasan buatan tangan yang indah, pernak-pernik, dan ukiran sebagai mata pencaharian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika berkunjung ke sana beberapa waktu yang lalu, saya menjumpai seorang perempuan tua yang sepanjang usianya sudah tinggal di pengungsian.

Meskipun tidak terlahir di Nepal, tetapi sejak kecil ia sudah menetap di sana setelah orang tuanya melarikan diri melintasi Himalaya pada tahun 1959.

ADVERTISEMENT

Saat itu adalah masa pemberontakan Tibet yang gagal ketika melawan pemerintahan China di Lhasa, ibu kota Daerah Otonomi Tibet. Sebagian besar pengungsi Tibet sudah tinggal di Nepal selama beberapa dekade, termasuk yang saya kunjungi di Pokhara.

Setidaknya ada 12 lokasi pengungsian Tibet di Nepal yang sebagian besar ada di Pokhara dan Kathmandu dengan jumlah pengungsi mencapai sekitar 12.000 orang. Jumlah ini sudah banyak berkurang dari data sebelumnya sebanyak 20.000-an orang.

Awalnya, pemerintah Nepal mengeluarkan kartu pengungsi kepada warga Tibet, yang memungkinkan mereka tinggal di Nepal. Namun, pemerintah berhenti memberikan kartu tersebut kepada pengungsi Tibet mulai tahun 1995, karena tekanan dari Beijing.

Suvenir di kampung pengungsi Nepal

Merasa kecewa menjadi stateless, sebagian pengungsi pergi dari Nepal secara ilegal ke negara-negara Eropa. Meskipun demikian, masih banyak yang memilih tetap tinggal di pengungsian.

Mereka yang masih tertinggal di pengungsian kemudian membuka diri untuk kunjungan turis, tanpa memungut tiket masuk ke pemukiman mereka.

Selain bangunan rumah tinggal, lokasi pengungsian itu juga dilengkapi dengan bangunan tempat ibadah Tibetan Buddhism dengan design bangunannya sangat khas serta foto Dalai Lama yang cukup besar menghiasi altarnya.

Sebagai balasannya, mereka berharap turis yang datang dapat membeli berbagai kerajinan tangan yang dijajakan di lokasi pengungsian.

Yang mengherankan saya, meskipun kualitas barang kerajinan tangan buatan mereka cukup bagus, tetapi harga yang diterapkan sangat murah. Tak ada harga bantingan atau harga belas kasihan. Semuanya dijual dengan harga wajar.

Hide Ads