Orang Belgia rupanya gemar bercanda. Alih-alih membuat ikon kota berbentuk patung raksasa yang megah dan indah, mereka justru membuat patung perunggu setinggi hanya 55,5 cm saja.
Itu pun berupa patung anak laki-laki telanjang yang sedang pipis! Kocak sekali, bukan? Manneken Pis adalah contoh dari belgitude, ciri khas penduduk Belgia dengan mengejek diri sendiri serta swanze, humor rakyat yang populer di Brussel.
Belgitude adalah ciri khas yang unik, timbul di Belgia akibat kurang kuatnya identitas, karena penggunaan bahasanya yang tumpang tindih.
3 bahasa resmi Belgia
Belgia memiliki tidak hanya satu, tetapi sekaligus tiga bahasa resmi yaitu Bahasa Belanda yang digunakan di wilayah utara, Bahasa Jerman di timur dan wilayah selatannya menggunakan Bahasa Prancis.
Manneken Pis bisa mendunia, menurut pendapat saya, diawali dari narasi yang disematkan padanya dan membuatnya melegenda. Salah satu kisahnya tentang seorang anak laki-laki yang berhasil menyelamatkan Kota Brussels dari serangan bom hanya dengan cara membuang air kecil pada sumbu bom yang sedang menyala.
Bom pun urung meledak dan seluruh kota selamat dari kehancuran. Manneken Pis pun menjadi simbol dari tindakan heroik itu.
Terlepas dari benar atau tidaknya, narasi semacam itu berhasil membuat Manneken Pis melegenda. Patung yang awalnya terbuat dari batu dan sudah ada sejak tahun 1388 itu kemudian dirancang ulang oleh Jerome Duquesnoy pada tahun 1619 dengan mengubah materialnya menggunakan perunggu.
Karena pernah hilang dan dirusak orang, maka sejak tahun 1965 hanya replikanya saja yang dipasang, sedangkan patung aslinya disimpan dengan aman di Musée de la Ville de Bruxelles atau museum Kota Brussel yang terletak di Grand-Place.
Grand-Place sendiri adalah alun-alun paling indah di dunia, yang jaraknya hanya sekitar lima menit berjalan kaki dari Manneken Pis, dengan menyusuri gang-gang yang dipadati turis dan diapit pertokoan yang menjual souvenir, coklat Belgia dan wafel yang harumnya menyeruak sepanjang jalan.
Lokasi Manneken Pis
Manneken Pis tepat berada di sudut jalan, pertemuan antara Rue de Chene dan Rue de l'Etuve, di atas sebuah kolam kecil yang sekelilingnya dibatasi dengan pagar setinggi kepala.
"Lho, patungnya kok kecil banget?"
Kalimat serupa rata-rata terucap dengan spontan dari bibir para wisatawan yang baru pertama kali melihat Manneken Pis. Tak seperti Grand-Place yang megah dan menakjubkan, Mannekin Pis memang terlihat sangat sederhana, hanya menyerupai patung yang biasa ada taman atau kolam air mancur di rumah.
Meskipun demikian, wisatawan dari berbagai negara berdesak-desakan untuk melihatnya.
Pada saat saya mengunjunginya, Manneken Pis tampil seperti apa adanya, sebagai sosok anak kecil tanpa pakaian, berambut ikal dengan tubuh sedikit tambun dan mengkilat, berwarna tembaga.
Tangan kanannya berkacak pinggang dan tangan kiri seperti sedang mengarahkan air kencingnya supaya jatuh tepat di kolam. Menggemaskan!
Manneken Pis tidak selalu tampil telanjang. Pas saat-saat tertentu, Manneken Pis memakai pakaian dengan tema tertentu dari berbagai negara untuk merayakan suatu peristiwa.
Tradisi ini telah menjadi cara yang unik untuk menegaskan hubungan baik Belgia dengan negara lain setelah konflik berdarah dan pergolakan yang sempat melanda Eropa.
Manneken Pis punya 1.000 baju
Manneken Pis merupakan salah satu patung dengan koleksi kostum terbanyak. Ada sekitar 1.000 kostum milik Manneken Pis yang berasal dari seluruh Eropa, beberapa negara di Afrika, Asia dan Amerika.
Bahkan pada peringatan HUT RI ke-63, Manneken Pis pernah memakai kostum pakaian adat Lampung dalam sebuah prosesi yang diiringi lagu Indonesia Raya.
Salah satu kostum Manneken Pis yang terkenal, berupa gaun biru emas lengkap dengan medali Order of Saint Louis, merupakan hadiah dari Raja Lous ke XV sebagai bentuk penebusan kesalahan setelah tentara garnisun Prancis mencoba mencuri patung itu.
Meskipun kecil, ternyata patung yang usianya sudah lebih dari 400 tahun itu berdampak besar dan telah menjadi simbol perdamaian dunia. Tak heran bila patung tiruannya dengan pose yang menggemaskan itu bisa ditemukan di mana-mana.
Di taman rumahmu juga?
(msl/msl)