Sudah 10 Biawak Tertabrak Whoosh, Pakar Soroti Hal Ini

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sudah 10 Biawak Tertabrak Whoosh, Pakar Soroti Hal Ini

Wisma Putra - detikTravel
Sabtu, 26 Jul 2025 21:29 WIB
Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Kereta cepat Whoosh (Foto: Dok. PT KCIC)
Jakarta -

Seekor biawak tertabrak kereta cepat Whoosh relasi Tegalluar Summarecon-Halim, tepatnya terjadi di KM 86+200 antara Stasiun Padalarang dan Karawang, Kamis (24/7) lalu. Akibatnya perjalanan mengalami keterlambatan selama 40 menit.

Sepanjang tahun ini total sudah ada 10 ekor biawak mati ditabrak kereta cepat Whoosh. Peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan Unpad Herlina Agustin mengatakan hal tersebut harus menjadi perhatian KCIC.

"Iya, harus banget. Ini bukan cuma soal keselamatan kereta dan penumpangnya, tapi juga soal keberadaan makhluk hidup lain yang ikut terdampak pembangunan. Kalau satwa bisa masuk ke jalur rel, artinya ada yang kurang beres dalam sistem pengaman atau mitigasi lingkungan KCIC. Dan, ini bukan soal satu ekor biawak aja ini soal ekosistem," kata Herlina kepada detikJabar, Sabtu (26/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Herlina mengungkapkan, biawak merupakan reptil yang memiliki teritori. Herlina membenarkan saat disinggung jika insting biawak di lokasi rel kereta cepat mengaggap itu tempat tinggalnya yang kini sudah beralih fungsi.

ADVERTISEMENT

"Bisa jadi, malah kemungkinan besar iya. Biawak itu termasuk hewan yang punya teritori. Kalau rel dibangun di bekas habitat atau jalur jelajah mereka, ya mereka tetap bakal lewat situ. Mereka nggak ngerti batas proyek atau pagar KCIC. Buat mereka, itu masih rumahnya yang dulu," ungkap Herlina.

Herlina mengatakan biawak bukan satwa dilindungi. Tapi biawak memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem lingkungan.

"Biawak belum masuk daftar satwa yang dilindungi secara nasional, tapi mereka tetap punya peran penting di alam, sebagai pengendali populasi tikus dan bangkai binatang lain. Meski belum dilindungi, bukan berarti populasinya aman-aman aja. Tekanan habitat, polusi, dan konflik dengan manusia bikin jumlahnya makin terdesak di beberapa daerah," terangnya.

Herlina menambahkan, pihak KCIC harus mulai serius membuat sistem mitigasi lingkungan. "Jangan cuma fokus ke teknologinya saja. Misalnya bikin pagar yang beneran aman, sistem monitoring satwa (pakai kamera jebak, sensor gerak, atau drone), dan bekerja sama dengan ahli ekologi buat bikin koridor satwa atau jalur penyeberangan khusus," tuturnya.

"Selain itu, mereka juga perlu transparan, kalau ada kejadian kayak gini, jangan dianggap sepele. Karena kalau terus dibiarkan, bisa bahaya buat dua-duanya, penumpang dan satwanya," pungkasnya.

---

Artikel ini sudah tayang di detikJabar. Klik di sini untuk membaca selengkapnya.




(wip/ddn)

Hide Ads