Seakan tengah menikmati kesunyian, museum seni di jalan Keuangan Raya nomor 19 Cilandak, Jakarta Selatan itu terlihat tenang. Letaknya cukup tersembunyi di sebuah jalanan komplek yang sepi.
Tak seperti Museum Affandi di Sleman yang sengaja saya kunjungi karena letaknya kasatmata di tepi jalan raya utama, saya mengunjungi Museum Basoeki Abdullah murni karena kebetulan belaka.
Waktu itu saya tengah menghadiri sebuah acara kepenulisan di sebuah kafe rumahan, dan Museum Basoeki Abdullah berada persis di sebelahnya. Rupanya museum ini dibangun di samping rumah asli rumah sang pelukis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak heran bila letaknya demikian tersembunyi. Museum Basoeki Abdullah tak hanya menyimpan koleksi lukisan sang maestro lukis Indonesia beraliran realis dan naturalis ini saja, tetapi juga memamerkan koleksi pribadinya, antara lain senjata!
Tidak disangka bukan, bila seniman besar itu ternyata juga seorang kolektor senjata?
Museum ini berdiri atas wasiat Basoeki Abdullah sebelum meninggal dunia pada 5 November 1993. Ia menghibahkan rumah berikut lukisan dan koleksi pribadinya kepada pemerintah.
Museum ini kemudian didirikan pada tahun 2001 dan dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tak hanya digunakan untuk pameran, museum ini juga dimanfaatkan untuk menggelar seminar, penelitian, lokakarya serta menerbitkan berbagai bentuk publikasi seperti katalog, biografi, kumpulan artikel dan hasil penelitian.
Uniknya, museum ini terdiri dari dua bangunan berbeda. Bangunan pertama berupa bangunan lama yang tetap dipertahankan keasliannya sebagai warisan budaya, yang merupakan kediaman Sang Maestro semasa hidupnya.
Masih ada tempat tidur, ruang tamu dan kamar mandi dengan bathtub yang cukup mewah pada masanya. Sebelum difungsikan sebagai museum, ada penambahan bangunan baru tiga lantai yang lebih modern untuk membuat ruangan loket museum, ruang-ruang pameran, ruang peraga dan auditorium.
Basoeki Abdullah telah mulai melukis pada usia 4 tahun, sebelum belajar melukis di Belanda dan menghabiskan hampir sebagian besar hidupnya di luar negeri. Ia pernah menetap selama beberapa tahun di Thailand, sebelum diangkat sebagai pelukis Istana Merdeka ketika kembali ke Indonesia.
Selain lukisan asli Basoeki Abdullah dan koleksi senjata, baik senjata api maupun tradisional, museum ini juga menyimpan lukisan repro, patung, topeng, wayang kulit, wayang golek, pakaian, peralatan melukis, foto, buku, jam antik dan ruang memorial.
Koleksi pribadi berupa barang dan benda seni yang dipamerkan di museum ini jumlahnya mencapai 720-an, buku dan majalah berjumlah sekitar 3000-an, dan koleksi lainnya ada sekitar 123 buah.
Tema-tema dalam lukisan Basoeki Abdullah cukup beragam, seperti pemandangan alam, tokoh-tokoh negara hingga lukisan abstrak, menggambarkan betapa luasnya minat sang maestro.
Tak seperti kisah hidupnya yang terlihat menyenangkan, kisah kematian Basoeki Abdullah sangat mengenaskan. Sang pelukis legendaris itu ditemukan tewas di kediamannya karena dibunuh oleh perampok yang menyantroni rumahnya.
Tragisnya, perampokan tersebut didalangi oleh mantan tukang kebunnya sendiri. Kematian tersebut membuat lukisan terakhir yang sedang dikerjakan oleh Basoeki Abdullah, yaitu lukisan tokoh negara BJ Habibie, tidak pernah selesai.
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan