Mengunjungi Jawa Timur tentu banyak sekali destinasi dan pesona wisata yang ada di Bumi Proklamator tersebut, di samping Makam Bung Karno ada juga sebuah perayaan budaya tahunan yang selalu kita ingat dalam memori, yakni Kirab Tumpek Agung Nusantara yang rutin digelar setiap tanggal 27 Juni, dan selalu menyedot perhatian publik luas karena dihadiri sejumlah kalangan dari berbagai daerah Nusantara dan mancanegara.
Kirab Tumpek Agung Nusantara adalah perhelatan budaya tahunan yang menyatu dalam denyut nadi masyarakat Jawa Timur, kegiatan budaya ini diInisiasi oleh Lembaga Pelindung dan Pelestari Budaya Nusantara (LP2BN) Blitar, sebuah lembaga pecinta budaya dari tiga kota yakni kawasan Blitar, Kediri, dan Tulungagung, sejak 2012 silam.
Mereka berhasil menghidupkan kembali gema upacara yang telah ada sejak abad ke-12 yang diselenggarakan setiap tanggal 27 Juni, acara ini bukan sekadar ritual keagamaan semata, melainkan juga wujud nyata nguri-uri adat budaya dan warisan leluhur, sekaligus peringatan ulang tahun pendirian Candi Palah Penataran yang diyakini terjadi pada 27 Juni 1197 atau sekitar 828 tahun silam.
Ritual kirab budaya dimulai dari situs Balekambang, berkisar 3 kilometer ke arah selatan Candi Penataran. Menurut kepercayaan setempat, Situs Balekambang adalah 'altar kawitan' pusat kosmos yang menjadi titik persiapan utama Upakarti Yadnya Puja guna menghormati Dewa Siwa.
Di sinilah masyarakat meyakini pada zaman dahulu para brahmana dari empat kiblat Nusantara (timur, barat, utara, selatan) melantunkan mantra Hasta Brata, membentuk lingkaran Mandala Berpusat yang menyimbolkan keseimbangan jagat raya. Doa-doa dipanjatkan agar alam, tradisi, dan umat manusia saling terjaga dalam harmoni.
Usai prosesi doa di Balekambemag, ribuan peserta menapaki jalan setapak kuno menuju Candi Penataran. Iring-iringan dipimpin tumpeng berhiaskan janur kuning, hasil bumi, dan sesaji simbolis, diikuti para budayawan, seniman wayang wong, dalang muda, pemusik gamelan, serta warga lintas generasi.
Musik kendang, gong, suling, dan rebab mengalun membahana, menuntun setiap langkah seraya menghidupkan kembali kisah para raja Kediri, Tumapel, Singasari, hingga Majapahit. Candi Penataran dahulu disebut Candi Palah dipilih sebagai pusat acara bukan tanpa alasan.
Sejak era Kerajaan Kediri, kompleks ini berfungsi sebagai situs pendarmaan (penyimpanan abu jenazah) para bangsawan. Kejayaan berlanjut pada masa Tumapel dan Singasari, kemudian, di bawah kepemimpinan Prabu Jayanegara, ia dinobatkan sebagai 'candi negara' satu-satunya di Nusantara, menjadi simbol pemersatu keragaman etnis dan kepercayaan.
Setibanya di pelataran utama, para tetua adat memimpin persembahyangan bersama. Tumpeng diarak kemudian dipersembahkan di depan pelataran candi candi. Melalui prosesi meditatif, umat memohon keselamatan, kesejahteraan, dan keberlanjutan budaya.
Tirta suci dibagikan untuk membersihkan batin, sedangkan bunga dan buah diletakkan sebagai perwujudan syukur atas limpahan berkah.
Makna Filosofis dan Sosial
Kirab Tumpek Agung Nusantara menegaskan tiga pilar utama:
1. Spiritualitas: Menyatukan manusia dengan alam dan leluhur melalui ritual yadnya.
2. Identitas: Menghidupkan kembali ingatan kolektif peradaban Jawa yang kaya akan cerita kepahlawanan, keagungan candi, dan nilai-nilai gotong royong.
3. Pemberdayaan Masyarakat: Keterlibatan warga, pelaku budaya, dan generasi muda menciptakan ruang kolaborasi, meningkatkan kebanggaan lokal, serta mendukung perekonomian kreatif, mulai dari kuliner tradisional hingga kriya khas Blitar, dan pariwisata lokal.
Tradisi yang terus berlanjut setiap tahun, oleh LP2BN Blitar ini, menggandeng desa-desa budaya, paguyuban kesenian, dan pemerintah daerah juga mengundang para Raja, Sultan, Ketua Adat se Nusantara, maupun mancanegara.
Generasi milenial diajak aktif mendokumentasikan rangkaian acara melalui media sosial, menumbuhkan kecintaan pada warisan nenek moyang sekaligus mengabarkan kirab budaya hingga ke mancanegara.
Pada perayaan ke 14, yakni 27 Juni 2025 lalu meski sempat diguyur hujan namun tak menyurutkan antusias para peserta untuk lebih khidmat dalam mengikuti ritual dan prosesi budaya.
Kehadiran festival budaya tahunan ini tentunya yang menjadikan pariwisata Blitar makin berkembang dan menjadi tujuan utama pilihan destinasi favorit, para wisatawan baik lokal dan mancanegara. Semoga dengan adanya kegiatan kegiatan budaya tahunan seperti ini bisa makin membawa berkah bagi masyarakat sekitar dan terus menjadikan upaya pelestarian budaya ini tetap mengakar dalam diri generasi penerus.
---
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel Pitut Saputra. Silakan berbagi artikel mengenai wisata ke daerah melalui link ini.
(ddn/ddn)