Sekitar 15 menit dari hotel dengan menggunakan taksi, saya pun tiba di wilayah Jam Gadang. Setibanya di sana, sekitar pukul 20.00 WIB, udara dingin pun langsung menusuk tulang. Banyak yang bilang kalau Bukittinggi memiliki udara dingin seperti Bandung, namun menurut saya, di Bukittinggi udaranya melebihi Kota Kembang tersebut.
Sambil memakai jaket yang tebal, saya pun terkesima dengan pemandangan Jam Gadang. Cahaya-cahaya lampu yang menyinari Jam Gadang membuat peninggalan Belanda ini sungguh elok untuk dipandang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suasana di sekitar Jam Gadang pun juga menarik untuk dikunjungi. Ada penjaja oleh-oleh berupa kaos yang bertuliskan 'I Love Bukittinggi' atau kaos bergambar Jam Gadang. Motif dan gambarnya pun bermacam-macam, harganya sekitar Rp 20.000-100.000 tergantung ukurannya.
Saya sempatkan untuk berbelanja oleh-oleh, tiga baju berukuran anak kecil menjadi oleh-oleh untuk keponakan di rumah. Puas berbelanja, saya mencari aneka kuliner untuk mengisi perut dan menghangatkan badan.
Pilihan pun jatuh kepada nasi dengan ayam goreng dan teh talua. Nyammm! Inilah sajian penutup dari petualangan saya mengunjungi Jam Gadang di malam hari. Kuliner tersebut sangat menghangatkan badan. Tak lupa, saya pun mengabadikan kuliner tersebut di dalam kamera.
Tak hanya elok saat siang hari, Jam Gadang juga cantik dikunjungi pada siang hari. Selamat berkunjung ke wilayah Jam Gadang dan resapi keindahan ikon Sumatera Barat ini saat malam hari.
(sst/sst)
Komentar Terbanyak
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Izin Pembangunan 600-an Vila di Pulau Padar Disorot, Menhut Raja Juli Bilang Apa?
Pesona Patung Rp 53 Miliar di Baubau, Sulawesi Tenggara Ini Faktanya!