Ya Ampun, Ada Tradisi Menangis 30 Hari Sebelum Menikah di China

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wisata Tradisi Pernikahan Unik

Ya Ampun, Ada Tradisi Menangis 30 Hari Sebelum Menikah di China

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Kamis, 19 Okt 2017 17:26 WIB
Foto: (Xinhua/Zhang Guorong)
Zhangjiajie - Kalau traveling ke pedalaman China, jangan kaget kalau melihat para perempuan menangis bersama. Belum tentu berduka lho, bisa jadi itu tradisi menangis sebelum pernikahan.

Biasanya, orang akan gembira jelang hari pernikahannya. Tapi di China, sang pengantin dan keluarganya akan menangis selama 30 hari sebelum menikah. Kok bisa?

Ternyata itu adalah bagian dari tradisi dan pernikahan Suku Tujia di China. Suku Tujia adalah etnis minoritas yang hidup menyebar di beberapa wilayah di China, seperti di Provinsi Hunan, Hubei, Guizhou hingga Chongqing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikumpulkan detikTravel dari beberapa sumber, Kamis (19/10/2017), prosesi menangis bersama ini dikenal sebagai 'Zuo Tang' (artinya duduk bersama di aula). Prakteknya bisa berbeda-beda, tergantung daerah dimana Suku Tujia tinggal.

Inti dari tradisi ini kurang lebih sama. Sang pengantin wanita wajib menangis selama kurang lebih 1 jam setiap harinya selama 30 hari berturut-turut sebelum Hari H pernikahannya

(Xinhua/Zhang Guorong)(Xinhua/Zhang Guorong)

Pertama-tama, sang calon pengantin wanita sendiri yang menangis. Dia akan menangis di aula atau di bagian ruang keluarga rumah. Setelah 10 hari berselang menangis sendirian, ibunya akan datang menemani dan mereka akan menangis berdua.

10 Hari kemudian, sang nenek akan menyusul ibu dan calon pengantin wanita. Sang nenek akan bergabung, kemudian mereka akan menangis bertiga. Durasinya sama, sekitar 1 jam saja per malamnya.

Terakhir, di 10 hari terakhir, barulah saudara-saudara perempuan sang calon pengantin wanita, serta bibi-bibinya akan turut bergabung. Jadilah semua wanita dalam keluarga sang calon mempelai wanita menangis bersama-sama.

(Xinhua/Zhang Guorong)(Xinhua/Zhang Guorong)

Tradisi ini mungkin terlihat unik, bahkan aneh di mata kita. Namun ternyata, acara menangis massal ini rupanya ada sejarahnya sendiri, mengapa tradisi ini bisa berlangsung sampai sekarang.

Dahulu, sekitar tahun 221-475 Sebelum Masehi saat periode perang berdiri kerajaan Zhao dan Yan. Putri mahkota dari kerajaan Zhao diwajibkan untuk menikah dengan pangeran dari Kerajaan Yan.

Sang ibu seperti tidak rela putrinya menikah, dan terus menangisi sang putri. Bahkan dia sampai menangis di kaki sang putri dan berharap dia kembali ke Kerajaan Zhao sesegera mungkin. Dari situlah tradisi ini bermula.
 (Xinhua/Zhang Guorong) (Xinhua/Zhang Guorong)

Tangisan ini rupanya tidak asal menangis. Acara menangis massal akan diiringi oleh lagu sedih yang disebut sebagai 'Lagu Tangisan Pernikahan'. Lagu ini sudah seperti hymne yang mengiringi tradisi tersebut.

Ada yang mengatakan kalau sang calon mempelai wanita tidak menangis, maka dia akan jadi bahan gunjingan di kampungnya. Bahkan jadi bahan olok-olok sekampung.

Sampai pernah ada kasus, sang ibu harus memukuli sang mempelai wanita karena dia tidak menangis sebelum prosesi pernikahan. Meski terdengar aneh, nyatanya tradisi ini tetap langgeng sampai sekarang. (wsw/aff)

Hide Ads