Hitam dan Putih Baduy Sang Penjaga Adat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Hitam dan Putih Baduy Sang Penjaga Adat

bonauli - detikTravel
Kamis, 16 Feb 2023 07:11 WIB
Kabupaten Lebak -

Suku Baduy merupakan desa adat yang teguh dengan tradisinya. Ada perbedaan antara suku dalam dan luar, bukan hanya ditandai dengan pakaian hitam dan putih.

detikTravel beberapa waktu lalu mengunjungi kampung adat Baduy. Kunjungan ini merupakan bagian dari 'Road Trip Lintas Banten-Jawa Barat yang dilakukan detikcom dengan NEW MG HS'.

Baduy menetap di Desa Kanekes, Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Baduy Dalam boleh dibilang sebagai suku yang tak tersentuh oleh modernisasi, teknologi dan perubahan zaman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu amat kontras dengan warga Baduy Luar.

Perbedaan mereka terlihat kasat mata, mulai dari tempat tinggal sampai cara berpakaian. Tim detikTravel mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Baduy dan melihat langsung perbedaannya.

ADVERTISEMENT

Mari mulai dari Baduy Dalam.

Orang Baduy Dalam tinggal jauh di dalam hutan. Baduy dalam terdiri dari tiga kampung yaitu Cibeo, Cikeusik dan Cikartawana.

Road trip BaduyOrang Baduy Dalam Foto: (Grandy/detikFoto)

"Kira-kira penduduknya ada seribuan di dalam," ujar Mursid, seorang penduduk Baduy yang biasa memandu wisatawan.

Dari tiga kampung itu, Cikartawana memiliki penduduk yang paling sedikit, kata Mursid. Sementara itu, penduduk Desa Cibeo paling banyak dan terbuka pada pendatang.

Penduduk Baduy Dalam memiliki aturan dalam berpakaian. Mereka hanya boleh menggunakan baju kurung berwarna putih dengan bawahan sarung. Ini berlaku untuk pria maupun wanita, bedanya sarung wanita lebih panjang sampai mata kaki.

"Baduy dalam tidak boleh menggunakan kancing, kalau Baduy luar sudah boleh," dia menjelaskan.

Kalau pria menggunakan ikan kepala putih, wanita Baduy dalam menggunakan topi caping anyaman bambu alias dudukuy. Mereka tidak memakai alas kaki. "Yang ada hanya ketetapan hati," ujar Mursid.

Baduy luarBaduy luar Foto: (Grandy/detikFoto)

Sementara itu, penampilan warga Baduy Luar terlihat kontras. Pria Baduy Luar memakai baju hitam dan celana hitam. Kancing melekat pada baju mereka, celana kargo dan jeans tak jarang lalu-lalang. Ikat kepala mereka pun berbeda, Baduy Luar menggunakan warna hitam dengan latar biru tua.

Begitu juga dengan perempuan Baduy luar, mereka menggunakan baju dengan model kutu baru sebagai pakaian sehari-hari. Warnanya biru dongker dengan bawahan hitam-biru yang serasi dengan ikat kepala pria. Mirip dengan Baduy Dalam, perempuan di Baduy Luar juga menggunakan dudukuy, tetapi dengan bahan yang berbeda.

Beda cerita dengan anak-anak. Anak-anak di suku Baduy Luar diperbolehkan memakai baju seperti pakaian sehari-hari masyarakat Indonesia pada umumnya. Walau demikian, bocah-bocah perempuan dibiasakan untuk menggunakan rok.

Dari beberapa warga yang dijumpai oleh tim, sudah banyak penduduk Baduy Luar yang menggunakan alas kaki. Meski begitu, alas kaki tak berarti banyak tanpa kemampuan mendaki yang sudah diasah sejak dini. Pakai atau tanpa alas kaki, perempuan Baduy santai saja melewati jalur berbatu sambil menggendong bayi.

Road trip BaduyRoad trip Baduy Foto: (Grandy/detikFoto)

"Sebenarnya alas kaki dan kaos itu melanggar, tapi diperbolehkan," dia menambahkan.

Suku Baduy memang tak tersentuh pendidikan hingga kini, tapi bukan berarti kebijaksanaan tak singgah di dalam hati. Tetap mengikuti perubahan zaman dengan hati-hati, Mursid punya prinsip sendiri.

"Di perkembangan zaman ini dua-duanya harus jalan. Adat jalan, perkembangan zaman juga ngikutin," kata Mursid.

(bnl/fem)

Hide Ads