Peringati Hari Bumi, pemerintah mendorong penggunaan mobil atau kendaraan listrik sebagai salah satu solusi moda transportasi yang ramah lingkungan.
Peringatan Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April setiap tahunnya dinilai penting bagi kita untuk menyadari betapa bahayanya fenomena Global Warming.
Salah satu cara untuk menahan laju global warming bisa dengan menggunakan kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) yang ramah lingkungan, sebagai pengganti kendaraan konvensional dengan bahan bakar minyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sektor transportasi yang masih berbasis bahan bakar minyak (BBM) ternyata menyumbang porsi signifikan dari emisi karbon di Indonesia.
"Pada tahun 2060, diperkirakan sektor transportasi menyumbang hampir dua puluh persen dari emisi karbon di Indonesia," ungkap Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman Hutajulu, Jumat (10/5/2024).
Jisman menjelaskan, untuk mempercepat penggunaan EV, Kementerian ESDM telah menyusun Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2023 tentang Penyediaan Infrastruktur Pengisian Listrik untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Dalam peraturan itu diatur ketentuan spesifikasi, model bisnis, perizinan berusaha, keselamatan, insentif dan juga tarif untuk Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).
"Upaya ini merupakan kepedulian pemerintah terhadap lingkungan, khususnya dari sektor energi dengan pemanfaatan sumber daya energi baru terbarukan yang ramah lingkungan dan pengurangan penggunaan energi fosil," ucap Jisman.
Selain percepatan kendaraan listrik, banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kenaikan suhu bumi di antaranya percepatan pembangkit listrik dari energi bersih.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Laksmi Dhewanthi menambahkan, selain berupaya mengurangi sumber-sumber emisi, pada saat yang bersamaan kita juga harus beradaptasi terhadap perubahan iklim.
"Adaptasi dan mitigasi merupakan dua pilar utama yang harus dilakukan. Pemanasan global memang akan menjadi tantangan di masa depan. Makhluk hidup terancam karena terjadinya kenaikan suhu bumi dan pola perubahan iklim," pungkasnya.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum