Ketegangan diplomatik antara Jepang dan China berdampak langsung pada sektor pariwisata negeri sakura. Jepang berpotensi kehilangan hingga USD 1,2 miliar (Rp 20 triliun) sebelum 2025 berakhir.
Mengutip The Strait Times, Minggu (23/11/2025) data dari China Trading Desk, menunjukkan sekitar 30% dari 1,44 juta perjalanan warga China ke Jepang, yang direncanakan hingga akhir Desember, dibatalkan sejak Beijing mengimbau warganya untuk tidak bepergian ke sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Subramania Bhatt, kepala eksekutif China Trading Desk, pembatalan tersebut diperkirakan dapat menghilangkan pengeluaran turis China dalam jumlah besar, yaitu antara USD 500 juta (sekitar Rp 8,35 triliun) hingga USD 1,2 miliar (Rp 20,04 triliun).
"Kami melihat guncangan yang sangat tajam terhadap permintaan Jepang. Situasi ini jauh lebih kuat dibandingkan yang pernah kita lihat dalam beberapa tahun terakhir," kata Bhatt.
Sekitar 70% pembatalan berasal dari rencana perjalanan jangka pendek. Pemesanan baru pun belum muncul karena banyak yang menunggu situasi mereda. Tour operator di China juga mulai menindaklanjuti imbauan tersebut, termasuk membatalkan tur grup yang telah dipesan berbulan-bulan sebelumnya.
Rute dari Shanghai, Beijing, dan Guangzhou menuju Tokyo dan Osaka menjadi yang paling terkena dampak. Beberapa maskapai seperti Cathay Pacific Airways, menghapus biaya pembatalan untuk penerbangan ke Jepang sehingga jumlah pembatalan makin cepat meningkat. Meski begitu, para calon wisatawan tidak serta merta menghentikan liburan mereka. Mereka mengalihkan tujuan ke Asia Tenggara.
China Trading Desk mencatat kenaikan pemesanan baru ke Singapura dan Korea Selatan sebesar 15%, serta ke Thailand, Malaysia, dan Vietnam sebesar 11% dalam beberapa hari terakhir.
Pukulan Besar untuk Wisata Jepang yang sedang Sip
Padahal pariwisata Jepang baru saja mencatat rekor baru. Wisatawan China yang biasanya menyumbang sekitar seperempat kunjungan tahunan, belanja besar selama berlibur. Dari Juli-September, mereka menghabiskan rata-rata 240.000 yen per orang dan menyumbang 27% pengeluaran wisatawan internasional.
Penguatan permintaan barang mewah yang dipicu melemahnya yen juga ikut terdampak. Jika pembatalan terus berlanjut, pengeluaran barang mewah turis China bisa turun hingga USD 600 juta (Rp 10 triliun) di tahun depan.
Bhatt memperingatkan bahwa apabila ketegangan berlanjut hingga 2026, total kerugian kumulatif bagi Jepang bisa mencapai USD 9 miliar (Rp 150 miliar). Meski kondisi terlihat suram, Bhatt menyebut ada sinyal positif, yakni pemesanan untuk Januari 2026 masih stabil.
"Ini menunjukkan banyak wisatawan masih berharap situasi akan membaik pada saat itu," kata dia.
(upd/fem)












































Komentar Terbanyak
Melihat Gejala Turis China Meninggal di Hostel Canggu, Dokter: Bukan Musibah, Ini Tragedi
PB XIV Purbaya Hadiahi Kenaikan Gelar buat Pendukungnya, Tedjowulan Merespons
Makam Ulama Abal-abal di Lamongan Dibongkar, Namanya Terdengar Asing