Ada dua kelenteng untuk beribadah warga Tionghoa di Yogyakarta. Pertama Kelenteng Zhen Ling Gong di daerah Poncowinatan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Kedua adalah Kelenteng Gondomanan atau Vihara Budha Praba yang terletak di Jl Brigjen Katamso, Gondomanan, Kota Yogyakarta.
Kelenteng Poncowinatan terletak di Jl Poncowinatan No 16 atau di tepat di belakang Pasar Kranggan. Dari Tugu Yogyakarta jaraknya sekitar 250 meter. Kita hanya berjalan kaki ke arah utara melewati Jl AM Sangaji terus belok ke kiri langsung sampai di kelenteng yang menghadap ke selatan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Kelenteng Zhen Ling Gong ini ada 17 altar. Yang utama ada di altar bagian tengah yakni untuk Kwan Kong. Sedangkan 16 altar lainnya berada mengelilingi bangunan," kata pengurus Kelenteng Poncowinatan, Margo Mulyo atau Tjia Tjiek Su kepada detikTravel, Rabu (22/1/2014).
Sampai saat ini di sekitar Kelenteng Poncowinatan masih banyak dijumpai rumah-rumah atau bangunan kuno milik orang Tionghoa. Menurut margo, kawasan Poncowinatan meruapakan kawasan Pecinan yang sudah ada sejak lama.
Selain kelenteng, ada banyak warga Tionghoa yang dulu tinggal di sekitar Poncowinatan, Jl Mangkubumi, Jl Diponegoro, Pingit dan lain-lain. Selain kelenteng, bangunan kuno yang merupakan ciri bangunan berarsitektur Tionghoa juga masih ditemukan di kawasan ini baik bangunan sekolah maupun bangunan tempat tinggal.
"Kelenteng Poncowinatan merupakan bangunan tertua di Yogyakarta yang sudah berumur sekitar 130 tahun. Ini juga sudah masuk atau ditetapkan sebagai bangunan Benda Cagar Budaya (BCB) oleh pemerintah," katanya.
Pada awal berdirinya kelenteng kata Margo, selain untuk beribadah di tempat itu juga digunakan sebagai tempat/sarana pendidikan. Di tempat itu merupakan tempat didirikannya sekolah modern Tionghoa pertama di Yogyakarta bernama Tiong Hoa Hak Tong (THHT).
Sisa bangunan bekas tempat pendidikan atau sekolah tionghoa tersebut masih bisa kita lihat. Bangunan yang dulu menjadi sekolah itu ada di sebelah barat persis dengan kelenteng yang saat ini menjadi kompleks sekolah Budya wacana.
"Kalau sekolah Tionghoa pertama kali berdiri tahun 1907 atau berusia sekitar 105 tahun," kata Margo.
Banyak orang percaya asal nama 'kelenteng' berasal dari Kwan Im Teng, alias Kelenteng Jin De Yuan di Glodok, Jakarta. Namun Margo meyakini versi lainnya. Menurut dia nama kelenteng berasal dari kata Kauw Lang Teng yang berarti tempat untuk pendidikan.
Sebab dulu selain sebagai tempat beribadah, kelenteng juga berfungsi sebagai tempat belajar atau pendidikan bagi warga Tionghoa. Tak mengherankan kalau kemudian tempat ibadah bagi warga Tionghoa itu selalu berdekatan atau kompleks dengan tempat pendidikan yang kemudian menjadi sekolah.
"Ya di sekitar kelenteng ini merupakan kawasan atau tempat pendidikan zaman dulu untuk warga Tionghoa," papar Margo.
Selain sebagai tempat ibadah kata dia, setiap hari di halaman depan juga dimanfaatkan warga sekitar untuk parkir sepeda motor warga yang berbelanja di Pasar Kranggan. Namun bila ada kegiatan peribadatan yang akan dihadiri warga Tionghoa, halaman untuk sementara tidak digunakan untuk parkir.
"Nanti menjelang Imlek, kami akan melakukan doa bersama pada tanggal 29 Januari siang yang akan dihadiri ratusan warga Tionghoa dari Yogyakarta dan sekitarnya," katanya.
(ptr/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum