Legenda Cinta di Vihara Pulau Kemaro, Palembang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Travel Highlight Kelenteng

Legenda Cinta di Vihara Pulau Kemaro, Palembang

- detikTravel
Kamis, 23 Jan 2014 17:25 WIB
Pagoda di belakang Vihara Hok Tjing Rio, Pulau Kemaro (Afif/detikTravel)
Palembang - Salah satu destinasi wisata di Palembang adalah vihara atau Kelenteng Hok Tjing Rio. Kelenteng ini punya dua ciri khas, yaitu berada di pulau di tengah Sungai Musi dan punya legenda cinta yang terkenal. Mau tahu?

Pulau Kemaro adalah salah satu destinasi yang sering dikunjungi wisatawan di Palembang, Sumatera Selatan. Pulau ini terkenal dengan Vihara Hok Tjing Rio yang di dekatnya terdapat pohon cinta dari legenda putri raja Siti Fatimah dan saudagar Tionghoa bernama Tan Bun An pada zaman Kerajaan Palembang.

detikTravel berkesempatan mengunjungi Vihara Hok Tjing Rio beberapa waktu lalu. Perjalanan ke Pulau Kemaro bisa dimulai dari Plaza Benteng Kuto Besak. Anda akan naik perahu getek dan biayanya sekitar Rp 20-50 ribu, tergantung banyaknya penumpang dan perjalanannya mencapai waktu sekitar 45 menit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gapura besar berwarna merah dan khas vihara menyambut kedatangan wisatawan setibanya di Pulau Kemaro. Aneka penjaja makanan dan minuman pun berjejer tak jauh dari sana. Di depan mata, ada Vihara Hok Tjing Rio yang berdiri gagah.

Sayang, saat itu tidak ada pengurus vihara untuk ditanyai soal legenda cinta Tan Bun An dan Siti Fatimah. Meski begitu, ternyata ada papan informasi yang tercetak di batu besar di dekat vihara dan menceritakan tentang legenda tersebut yang ditulis pada tahun 2009 oleh Disbudpar Palembang.

Pada zaman Kerajaan palembang, Tan Bun An menjalin cinta dengan Siti Fatimah. Saat itu, kedua pasangan tersebut baru pulang dari Tiongkok dan Siti Fatimah bertemu dengan orang tua Tan Bun An. Dari perjalanannya, Tan Bun An dibekali 7 guci berupa berisi sayuran berupa sawi-sawi asin dari orang tuanya.

Mungkin takut merasa malu, Tan Bun An menendang guci-guci tersebut ke dalam Sungai Musi saat berada di kapal. Tapi, guci terakhir ternyata pecah di dek kapal dan berisi hadiah yang diyakini emas. Tanpa pikir panjang, Tan Bun An lalu nyebur ke sungai untuk mencari emas-emas lainnya.

Tapi ternyata, Tan Bun An tidak kembali muncul setelah menyelam ke dalam Sungai Musi. Pengawalnya pun lantas ikut menyebur dengan maksud menyelamatkannya. Tapi, sang pengawal juga tak muncul juga!

Siti Fatimah pun cemas dengan kekasihnya dan langsung menyeburkan diri ke dalam sungai. Apa ayang terjadi setelahnya? Tiga orang tersebut tak kembali muncul ke permukaan.

Konon, dari tempat mereka menyeburkan diri ke Sungai Musi itu muncullah Pulau Kemaro. Lebih dari itu, ada juga mitos pohon cinta yang ada di belakang Vihara Hok Tjing Rio ini.

Pohon cinta tersebut diyakini sebagai lambang legenda cinta Tan Bun An dan Siti Fatimah. Pohonnya sendiri memang unik, pohon ini lebih rendah dari pohon-pohon lainnya di Pulau Kemaro. Lalu, ada banyak nama pasangan yang tertera di batang pohonnya.

Tapi kini, Pohon Cinta itu sudah dipagari dan diberi larangan untuk tidak dicorat-coret. Masyarakat setempat sebenarnya risih dengan aksi corat-coret tersebut, namun wisatawan tampaknya masih tak peduli dan menulis nama diri dan pasangannya di pagar.

Vihara Hok Tjing Rio sendiri merupakan bangunan yang cantik. Selain serba merah, di sana juga terdapat pagoda yang punya sembilan lantai dan menjulang tinggi. Pagoda ini jadi tempat favorit wisatawan untuk berfoto-foto. Tapi sayang, saat itu pagoda ini ditutup karena hari mungkin sudah sore.

Satu lagi, ada patung Buddha bercat emas di belakang viharanya. Patung ini besar dan tingginya sekitar dua meter lebih. Letak pagoda, Pohon cinta, dan patung Buddha ini saling berdekatan.

Saat senja, sunset cantik terlihat jelas dari Pulau Kemaro ini. Vihara Hok Tjing Rio memang pantas jadi daya tarik wisatawan yang melancong ke Palembang.

(shf/shf)

Hide Ads