Atraksi kesaktian adalah bagian dari perayaan Cap Go Meh di Singkawang. Cap Go Meh di Singkawang, Kalimantan Barat justru lebih ramai daripada perayaan Imlek atau tahun baru penanggalan China.
Pada saat itu mereka bisa menunjukkan kekuatan supernatural. Seperti misalnya menusuk-nusukkan benda tajam ke tubuh, tanpa merasa kesakitan. Uniknya begitu acara selesai maka tidak ada bekas luka yang terlihat di tubuh mereka.
"Biasanya para suhu hanya akan mengusap tubuh mereka yang terluka, dan langsung hilang lukanya," kata salah seorang pengunjung kepada detikTravel saat pawai Cap Go Meh di Singkawang beberapa waktu lalu.
Perayaan sebenarnya justru memang jatuh pada hari Cap Go Meh, yang jatuh 15 hari pasca Imlek. Pawai Tatung bermula dari saat ada gelombang migrasi etnis Tionghoa 400 tahun lalu, khususnya suku Khek atau Hakka yang dari China Selatan ke Kalimantan Barat.
Sultan Sambas kemudian mempekerjakan para imigran Tionghoa ini di tambang emas. Suatu kali tersebar wabah penyakit di perkampungan-perkampungan itu. Karena saat itu belum ada pengobatan modern, maka kemudian warga mengadakan ritual tolak bala yang dalam bahasa Hakka disebut Ta Ciau.
Inti dari ritual ini adalah mengusir roh-roh jahat dari seluruh penjuru kota. Karena dianggap bermanfaat, maka ritual itu terus menerus dilakukan tiap tahun. Pada saat perayaan ini, para tatung atau orang sakti yang dipilih mengalami trance atau dimasuki roh leluhur mereka dan mempertunjukan ilmu kesaktiannya seperti pipi ditusuk sampai tembus, kebal senjata tajam, mengupas kelapa dengan gigi dan aksi mendebarkan lainnya.
Tahun ini menurut Simplisius, Kepala Bidang Kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat, perayaan Cap Go Meh juga lebih spesial. Ada lebih banyak tatung yang ikut berpawai.
"Karena ada lebih banyak tatung yang terlibat. Persiapan juga sudah dilakukan beberapa hari sebelumnya. Tahun lalu hanya sekitar 400 orang, tahun ini sekitar 500 sampai 600 orang," kata Simplisius.
Belum lagi yang diikutkan juga bukan hanya tatung dengan latar belakang sebagai warga Tionghoa, tapi juga Suku Dayak. Juga ada perempuan dan anak-anak yang menjadi tatung yang dengan suka rela mengikuti upacara.
"Bahkan beberapa tatung ternyata adalah juga para mahasiswa dari Universitas Tanjungpura," ujarnya.
(ptr/fay)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol