Di Kampung adat Wae Rebo terdapat rumah adat atau disebut Mbaru Niang. Rumah adat Mbaru Niang dan keramahan penduduknya menjadi tujuan para wisatawan untuk datang ke Wae Rebo. detikTravel berkunjung ke desa ini bersama tim Caldera Extreme Journey.
Sudah generasi ke-18 hingga kini Wae Rebo bertahan dari seorang penghuni pertama dan pendiri Wae Rebo lebih dari 100 tahun lalu, Empo Maro. Leluhur Wae Rebo, termasuk Empo Maro, mewariskan 7 buah rumah kerucut yang sangat menawan. Disana terdapat rumah utama yang terlihat lebih besar yang dinamakan rumah Gendang.
Penduduk di sana memiliki mata pencaharian sebagai petani kopi. Kopi di sana cukup terkenal. Saat detiktravel berkunjung kesana saat panen kopi. Banyak warga yang menjemur kopi.
Kampung Wae Rebo semakin terkenal dengan dinobatkannya sebagai salah satu konservasi warisan budaya dari UNESCO Asia-Pasifik tahun 2012 dan menjadi salah satu kandidat peraih Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur tahun 2013.
Wae Rebo banyak dikunjungi wisatawan mancanegara dibandingkan wisatawan lokal. Wae Rebo juga merupakan kampung adat yang masih memegang teguh adat istiadat dari leluhur mereka.
Jika berkunjung ke Wae Rebo ada aturan yang harus dipatuhi sebelum menjajahkan kaki di kampung adat tersebut. Sebelum memasuki kampung Wae Rebo, pengunjung diwajibkan membunyikan alat tabuh yang disediakan di rumah Kasih Ibu sebagai penanda datangnya tamu.
Setelah membunyikan alat tabuh, wisatawan juga diwajibkan berkunjung ke rumah Gendang, untuk melakukan upacara adat penghormatan kepada leluhur atau disebut Waelu'u. Upacara ini di lakukan ketika wisatawan sampai di Wae Rebo dan sesudah pulang. Upacara Waelu'u dilakukan untuk meminta perlindungan kepada leluhur agar tamu yang datang diberi keselamatan selama di Wae Rebo sampai pulang ke rumah.
Untuk mencapai kampung adat ini diperlukan trekking sejauh 9 km atau sekitar empat jam dari Desa Denge dan wajib menggunakan jasa pemandu lokal dengan tarif mengantar Rp 150 ribu per group. Di sana wisatawan dapat bermalam di dalam rumah tamu yang telah disediakan dengan tarif Rp 250 ribu perorang satu malam. Tarif tersebut sudah termasuk 3 kali makan. Apabila tidak menginap wisatawan dikenakan tarif Rp 100 ribu.
Selama trekking wisatawan akan disuguhkan pemandangan hutan hujan tropis yang rimbun dan indah. Lelahnya trekking dan dinginnya udara pegunungan Flores akan terbayar sesampainya di Wae Rebo. Anda akan dibuat terpesona dengan melihat keindahan dan keunikan yang di miliki kampung adat Wae Rebo.
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum