Patung Pembersih Dosa & 3 Benda Unik di Museum Pusaka Nias

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Patung Pembersih Dosa & 3 Benda Unik di Museum Pusaka Nias

- detikTravel
Rabu, 06 Agu 2014 09:20 WIB
Patung Pembersih Dosa & 3 Benda Unik di Museum Pusaka Nias
(Afif/detikTravel)
Gunungsitoli - Museum Pusaka Nias di Gunungsitoli menyimpan aneka benda-benda peninggalan sejarah dan beberapa situs megalitikum. Dari aneka koleksi di sana, ada 4 koleksi yang dibilang unik karena bentuk dan kegunaannya. Apa saja?

Museum Pusaka Nias beralamat di Jl Yos Sudarso No 134 A, Gunungsitoli, Nias. Museum ini buka dari hari Selasa sampai Sabtu dari pukul 08.00 WIB sampai 16.30 WIB. Tiket masuknya hanya Rp 2 ribu saja. Museumnya bersih dan tertata rapi, Anda pun bisa mengetahui sejarah dan kebudayaan masyarakat Nias lebih dalam.

Disusun detikTravel, Rabu (6/8/2014) inilah 4 koleksi unik di Museum Pusaka Nias:

1. Oroba Buaya, baju perang dari kulit buaya

(Afif/detikTravel)
Pada zaman dulu, beberapa prajurit di Nias bagian selatan memiliki peralatan tempur yang sakti. Salah satunya adalah Oroba Buaya alias baju perang dari kulit buaya.

Kalau dilihat, baju perang ini bentuknya mirip jaket yang tinggal dikenakan begitu saja di badan tanpa harus diikat. Baju perang ini konon memberikan kesaktian dan perlindungan bagi pemakainya.

Oroba buaya di Museum Pusaka Nias ternyata merupakan hibah dari Horst Krank. Dia adalah orang Jerman yang pernah membantu penyebaran misi Protestan di Nias. Dia membawa pulang oroba buaya ke Jerman dan mengembalikannya ke Museum Pusaka pada tahun 2007 silam.

2. Pedang Tologu, diyakini punya kekuatan gaib

(Afif/detikTravel)
Di desa-desa di kawasan Teluk Dalam, Nias Selatan punya senjata tradisional yang tiada dua. Senjata itu adalah pedang tologu, suatu pedang yang punya bola rotan yang disebut rago di bagian sarung pedangnya.

Beberapa rago ternyata ada yang terbuat dari taring-taring babi. Konon, di dalam rago itu terdapat sumber kekuatan gaib yang tak terlihat dan bisa memberikan kemenangan bertanding para pemakainya dari serangan musuh. Serta, memberikan kekebalan magis. Rasanya, tak ada pedang atau senjata tradisional di Indonesia yang mirip pedang tologu.

Pedang Tologu di Museum Pusaka Nias berasal dari Desa Bawodobara di kawasan Teluk Dalam. Pedang Tologu masih ada sampai sekarang namun tidak digunakan lagi untuk berperang. Tapi, pedangnya hanya digunakan untuk festival pariwisata dan perayaan adat, serta dijadikan suvenir untuk turis.

3. Hasi Nifolasara, peti jenazah berbentuk perahu berkepala naga

(Afif/detikTravel)
Hasi Nifolasara adalah peti jenazah dengan bentuk yang unik dari Desa Bawamatuluo, Nias Selatan. Peti jenazah ini berbentuk seperti perahu dan ujungnya berbentuk kepala naga. Peti jenazah ini dulunya khusus dipakai untuk para bangsawan.

Pada peti jenazah bagi para bangsawan pria, kepala naganya memiliki jambang dan kumis. Sedangkan untuk peti jenazahΒ  bagi bagwasan wanita, tidak memiliki hal tersebut yangmana hanya berupa kepala naga saja.

Pada zaman dulu, peti jenazah ini tidak dikuburkan semuanya ke dalam tanah. Bagian atasnya berada di permukaan tanah untuk menandakan kalau di tempat tersebut ada makam bangsawan. Kalau sekarang, peti jenazahnya dikuburkan dan dibangun peti jenazah dari semen sebagai replika untuk menandakannya.

4. Patung Siraha Holo, patung pembersih dosa

(Afif/detikTravel)
Bisa dibilang, ini koleksi Museum Pusaka Nias yang bikin wisatawan penasaran. Inilah Patung Siraha Horo yang pada zaman dulu digunakan sebagai pembersih dosa bagi para pemburu kepala manusia di Nias bagian selatan.

Para pemburu kepala manusia harus membersihkan diri dengan berdoa pada patungnya setelah melakukan perburuan. Hal itu dilakukan agar anggota keluarganya tidak ada yang kena malapetaka. Pembersihan diri juga dilakukan dengan patung Siraha Horo sebelum melakukan perburuan. Para pemburu kepala manusia diharuskan meminta perlindungan, keselamatan, dan keberhasilan.

Konon, para pemburu kepala manusia berdoa sambil menggosokan patungnya ke seluruh badan. Patung Siraha Horo sendiri berwarna hitam dan punya pahatan kelamin pria di bagian bawahnya.
Halaman 2 dari 5
Pada zaman dulu, beberapa prajurit di Nias bagian selatan memiliki peralatan tempur yang sakti. Salah satunya adalah Oroba Buaya alias baju perang dari kulit buaya.

Kalau dilihat, baju perang ini bentuknya mirip jaket yang tinggal dikenakan begitu saja di badan tanpa harus diikat. Baju perang ini konon memberikan kesaktian dan perlindungan bagi pemakainya.

Oroba buaya di Museum Pusaka Nias ternyata merupakan hibah dari Horst Krank. Dia adalah orang Jerman yang pernah membantu penyebaran misi Protestan di Nias. Dia membawa pulang oroba buaya ke Jerman dan mengembalikannya ke Museum Pusaka pada tahun 2007 silam.

Di desa-desa di kawasan Teluk Dalam, Nias Selatan punya senjata tradisional yang tiada dua. Senjata itu adalah pedang tologu, suatu pedang yang punya bola rotan yang disebut rago di bagian sarung pedangnya.

Beberapa rago ternyata ada yang terbuat dari taring-taring babi. Konon, di dalam rago itu terdapat sumber kekuatan gaib yang tak terlihat dan bisa memberikan kemenangan bertanding para pemakainya dari serangan musuh. Serta, memberikan kekebalan magis. Rasanya, tak ada pedang atau senjata tradisional di Indonesia yang mirip pedang tologu.

Pedang Tologu di Museum Pusaka Nias berasal dari Desa Bawodobara di kawasan Teluk Dalam. Pedang Tologu masih ada sampai sekarang namun tidak digunakan lagi untuk berperang. Tapi, pedangnya hanya digunakan untuk festival pariwisata dan perayaan adat, serta dijadikan suvenir untuk turis.

Hasi Nifolasara adalah peti jenazah dengan bentuk yang unik dari Desa Bawamatuluo, Nias Selatan. Peti jenazah ini berbentuk seperti perahu dan ujungnya berbentuk kepala naga. Peti jenazah ini dulunya khusus dipakai untuk para bangsawan.

Pada peti jenazah bagi para bangsawan pria, kepala naganya memiliki jambang dan kumis. Sedangkan untuk peti jenazahΒ  bagi bagwasan wanita, tidak memiliki hal tersebut yangmana hanya berupa kepala naga saja.

Pada zaman dulu, peti jenazah ini tidak dikuburkan semuanya ke dalam tanah. Bagian atasnya berada di permukaan tanah untuk menandakan kalau di tempat tersebut ada makam bangsawan. Kalau sekarang, peti jenazahnya dikuburkan dan dibangun peti jenazah dari semen sebagai replika untuk menandakannya.

Bisa dibilang, ini koleksi Museum Pusaka Nias yang bikin wisatawan penasaran. Inilah Patung Siraha Horo yang pada zaman dulu digunakan sebagai pembersih dosa bagi para pemburu kepala manusia di Nias bagian selatan.

Para pemburu kepala manusia harus membersihkan diri dengan berdoa pada patungnya setelah melakukan perburuan. Hal itu dilakukan agar anggota keluarganya tidak ada yang kena malapetaka. Pembersihan diri juga dilakukan dengan patung Siraha Horo sebelum melakukan perburuan. Para pemburu kepala manusia diharuskan meminta perlindungan, keselamatan, dan keberhasilan.

Konon, para pemburu kepala manusia berdoa sambil menggosokan patungnya ke seluruh badan. Patung Siraha Horo sendiri berwarna hitam dan punya pahatan kelamin pria di bagian bawahnya.

(aff/aff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads