Sebagai negara multikultural, Indonesia memiliki banyak budaya beragam mulai dari Aceh hingga ujung Papua.
Sayangnya, Tarian Madodong dari Tana Toraja sedikit demi sedikit mulai termakan jaman.
detiktravel berkesempatan mengikuti tim adventure PT Nagata Dinamika anak perusahan PT Sewatama selama satu minggu ke Tana Toraja, Sulawesi Tenggara. Dalam kunjungan survei lokasi PLTM Ma'dong, tim menyempatkan untuk datang ke Desa Ma'dong, Kecamatan Depina. Ini karena di lokasi terdapat penari tarian Toraja. Tak hanya itu kedatangan ke sana membuka mata kalau di Indonesia masih ada lokasi yang tidak mendapatkan listrik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi sebagian traveler yang baru pertama kali datang ke Tana Toraja, pasti berpikir tarian ini dilakukan gadis remaja yang dapat meliak-liuk dengan indah layaknya tarian Bali atau Jaipongan dari Jawa Barat. Tapi tahukah anda tarian ini pada kenyataann dilakukan oleh perempuan berusia lanjut.
"Di sini hanya Nenek Indorapapa yang bisa melakukan tarian Madadang," tuturnya.
Kecamatan Depina membawahi delapan desa, salah satunya Desa Paku (Lembang Paku-red). Pada awalnya setiap desa memiliki penari adat, namun seiring pergantian zaman penari perlahan hilang dimakan usia.
"Kehadiran penari bukan hilang di Tana Toraja tetapi semakin ke sini semakin jarang yang mau belajar tarian adat ini," ujarnya.
Mayoritas anak-anak muda di Tanah Toraja lebih memilih merantau untuk kesempatan lebih baik. Pada akhirnya hasil jerih payah mereka untuk membayar biaya upacara kematian.
"Di Toraja memiliki tiga tarian yakni Tarian Madandan, Ma'dodong, dan Magelu. Tarian Magelu sendiri biasa dilakukan oleh perempuan gadis namun kebanyakan dari mereka tidak yang ingin belajar lantaran memilih untuk merantau," ujar camat.
Sementara menurut Indorapapa dirinya tidak memaksakan anak-anaknya jadi penari. Bagi masyarakat Toraja penari-penari itu hanya dimilik oleh orang yang berbakat.
"Semua tergantung dari anaknya itu sendiri, kalau tidak memiliki tidak dipaksa karena makna dari tarian itu sendiri diapatnya secara alami," ujar Indorapapa.
Ia menjelaskan tarian itu sendiri biasa dilakukan untuk upacara adat istiadat Toraja. Tarian ini sendiri memiliki bermacam gerakan, biasanya tarian sering dipentas sebagai ucapan syukur pembangunan Tongkonan.
"Biasanya untuk Upacara Kematian atau Rambu Solok itu pun tergantung kalau ada keluarga meminta tapi jarang, lebih sering acara syukuran Tongkonan hal ini dimaksud sebagai wujud rasya syukur kami telah selesai membangun Tongkonan," tutupnya.
(ptr/ptr)
Komentar Terbanyak
Ada Gerbong Khusus Merokok di Kereta, Kamu Setuju?
Cerita Tiara Andini Menolak Tukar Kursi sama 'Menteri' di Pesawat Garuda
Terpopuler: Dedi Mulyadi Terancam Dicopot, Ini Penjelasan DPRD Jabar