6 Fakta Menarik di Keraton Kasepuhan Cirebon

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Travel Highlight Cirebon

6 Fakta Menarik di Keraton Kasepuhan Cirebon

Johanes Randy - detikTravel
Kamis, 02 Apr 2015 10:29 WIB
6 Fakta Menarik di Keraton Kasepuhan Cirebon
(Fitraya/detikTravel)
Cirebon - Keraton Kasepuhan Cirebon tidak hanya bersejarah, namun juga menyimpan berbagai benda koleksi kerajaan dan nyaman untuk dikunjungi. Sebelum berkunjung, baiknya kita mengenal lebih dulu 6 fakta menarik di Keraton Kasepuhan Cirebon.

Mulai dari Kereta Singa Barong yang canggih di zamannya, hingga tiket masuk yang dapat dibeli online, adalah beberapa fakta menarik seputar Keraton Kasepuhan Cireon. Dirangkum oleh detikTravel, Kamis (2/4/2015) berikut fakta menarik yang ada di Keraton Kasepuhan:

1. Kereta Singa Barong

(Fitraya/detikTravel)
Memasuki pelataran Keraton Kasepuhan, Anda dapat mampir ke Museum Kereta Singa Barong di sisi sebelah kiri dari pintu gerbang utama. Di dalamnya tersimpan kereta bersejarah bernama Singa Barong, yang dibuat pada tahun 1549.

Dari segi bentuk, Kereta Singa Barong mengambilnya dari empat unsur. Bagian tubuh dan kakinya yang menyerupai singa, belalai gajah, sayap burung garuda, dan mulut naga yang menyeringai.

Sebagian tokoh di Keraton Kasepuhan, memaknai garuda yang bersayap seperti burak sebagai lambang agama Islam atau budaya Timur Tengah, gajah sebagai lambang budaya India, dan naga sebagai lambang budaya Tiongkok, dan singa sebagai lambang budaya Eropa.

Pada zamannya, kereta yang memiliki wujud unik ini sudah sangat canggih. Bayangkan saja, Kereta Singa Barong sudah dilengkapi dengan suspensi, shockbreaker, power steering, dan bahkan bisa berbelok 90 derajat layaknya mobil.

Ketika masih digunakan, kereta tersebut ditarik menggunakan 4 kerbau bule atau albino. Adapun Anda dapat melihat Kereta Singa Barong dimandikan dan didoakan setiap 1 Muharam. Namun kereta ini sudah tidak digunakan lagi semenjak tahun 1945, dimana fungsinya digantikan oleh replikanya.

2. Lukisan Prabu Siliwangi

(Fitraya/detikTravel)
Selain Sunan Gunung Jati, nama Prabu Siliwangi juga tidak kalah terkenal. Prabu Siliwangi adalah Raja Pajajaran yang sekaligus ayah dari Pangeran Cakrabuana sang pendiri Cirebon dan kakek dari Sunan Gunung Jati.

Anda pun dapat melihat lukisan Prabu Siliwangi di samping replika Kereta Singa Barong di dalam museum. Tidak hanya memiliki aura misterius, namun lukisan tersebut juga seakan bisa melirik pengunjung yang melihatnya. Posisi kaki kirinya juga selalu mengarah ke pengunjung.

Menurut pemandu, lukisan ini dibuat dengan teknik melukis khusus, di mana bola mata digambarkan menatap lurus ke depan. Sehingga, efeknya seperti tiga dimensi di mana mata Prabu Siliwangi seolah menatap pengunjung dimanapun posisi mereka berdiri.

Lukisan tersebut dilukis oleh seorang pria asal Garut bernama Tatang pada tahun 2008. Bahkan kabarnya, Tatang melukis Prabu Siliwangi setelah mendapat wangsit. Dia mengaku didatangi langsung oleh Prabu Siliwangi dalam mimpinya dan kemudian setelah itu langsung melukisnya.

3. Ukiran kamasutra

(Fitraya/detikTravel)
Keraton Kasepuhan Cirebon memiliki corak akulturasi India, terlihat dari beberapa koleksi dan pengaruh unsur India di dalam keraton. Salah satunya terlihat dari ukiran kamasutra yang disimpan di dalam museum di depan Museum Kereta Singa Barong.

Kamasutra aslinya merupakan literatur soal kesuburan dan hubungan seksual yang awalnya berasal dari India. Adapun Anda dapat melihat ukirannya yang dibuat oleh Panembahan Girilaya, salah satu sultan di Keraton Kasepuhan.

Walau terkesan erotis, namun sejatinya ukiran kamasutra tersebut merupakan bentuk pendidikan seksual di masa itu. Jadi lebih mengarah pada unsur edukasinya, bukan mengarah pada hal negatif seperti hubungan badan di luar nikah.

4. Tengkorak buaya putih

(Randy/detikTravel)
Keunikan lain dari Keraton Kasepuhan Cirebon juga dapat Anda temukan di dalam museum benda antik. Salah satunya adalah tengkorak buaya putih yang berukuran cukup besar. Disebutkan kalau buaya putih ini diambil dari Kali Krian, sebuah sungai yang besar dan dalam di Cirebon.

Secara filosofi, buaya putih merupakan hewan yang berkaitan erat dengan sisi mistis Cirebon. Sering disebutkan kalau buaya putih adalah siluman jadi-jadian yang menghuni Kali Krian. Terlepas dari kebenarannya, tengkoraknya dapat Anda lihat di sini.

5. Festival Maulud & Panjang Jimat

(Randy/detikTravel)
Setiap 12 Rabiul Awal, Keraton Kasepuhan dan segenap masyarakat Cirebon merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Festival Maulud dan tradisi Panjang Jimat pun dgelar secara meriah untuk merayakannya.

Peringatan Maulid sejatinya telah berlangsung selama satu bulan hingga malam Panjang Jimat sebagai puncak acaranya. Upacara itu pun ditandai dengan dikeluarkannya barang pusaka keraton untuk dimandikan.

Setelah pemandian barang pusaka, upacara pun akan dilakukan pada malam puncak. Sejumlah persembahan akan dikeluarkan dan dibawa dari Bangsal Prabayaksa menuju Langgar Agung. Kemudian, persembahan yang melambangkan kelahiran Nabi pun akan dikeluarkan dan didoakan.

Setelah didoakan, persembahan berupa hasil bumi akan dibagikan pada para keturunan Keraton Kasepuhan dan abdi dalem. Masyarakat yang antusias pun turut hadir di sekitar langgar untuk berdoa dan meminta berkat. Ritual sakral itu hanya dilakukan sekali setahun.

6. Masuknya bisa pakai e-ticketing

(Putri/detikTravel)
Mulai awal Maret kemarin, pengunjung yang ingin mampir ke Keraton Kasepuhan Cirebon sudah tidak perlu mengantre untuk membli tiket masuk. Sekarang sudah diberlakukan sistem e-ticketing, dimana pengunjung dapat membeli tiket secara online.

Caranya cukup mudah, Anda tinggal mengakses www.royalkasepuhancirebon.com dan membeli tiketnya secara online. Jadi Anda tinggal datang saja ke keraton dan tunjukkan tiket online Anda. Informasi budaya dan sejarah seputar Cirebon juga dijabarkan secara lengkap.

Selain tiket online Keraton Kasepuhan Cirebon, Anda juga bisa membeli tiket masuk Gua Sunyaragi dan Makam Sunan Gunung Jati. Tiga objek wisata tersebut sudah terintegrasi di dalam situs yang sama. Nyaman dan praktis.
Halaman 2 dari 7
Memasuki pelataran Keraton Kasepuhan, Anda dapat mampir ke Museum Kereta Singa Barong di sisi sebelah kiri dari pintu gerbang utama. Di dalamnya tersimpan kereta bersejarah bernama Singa Barong, yang dibuat pada tahun 1549.

Dari segi bentuk, Kereta Singa Barong mengambilnya dari empat unsur. Bagian tubuh dan kakinya yang menyerupai singa, belalai gajah, sayap burung garuda, dan mulut naga yang menyeringai.

Sebagian tokoh di Keraton Kasepuhan, memaknai garuda yang bersayap seperti burak sebagai lambang agama Islam atau budaya Timur Tengah, gajah sebagai lambang budaya India, dan naga sebagai lambang budaya Tiongkok, dan singa sebagai lambang budaya Eropa.

Pada zamannya, kereta yang memiliki wujud unik ini sudah sangat canggih. Bayangkan saja, Kereta Singa Barong sudah dilengkapi dengan suspensi, shockbreaker, power steering, dan bahkan bisa berbelok 90 derajat layaknya mobil.

Ketika masih digunakan, kereta tersebut ditarik menggunakan 4 kerbau bule atau albino. Adapun Anda dapat melihat Kereta Singa Barong dimandikan dan didoakan setiap 1 Muharam. Namun kereta ini sudah tidak digunakan lagi semenjak tahun 1945, dimana fungsinya digantikan oleh replikanya.

Selain Sunan Gunung Jati, nama Prabu Siliwangi juga tidak kalah terkenal. Prabu Siliwangi adalah Raja Pajajaran yang sekaligus ayah dari Pangeran Cakrabuana sang pendiri Cirebon dan kakek dari Sunan Gunung Jati.

Anda pun dapat melihat lukisan Prabu Siliwangi di samping replika Kereta Singa Barong di dalam museum. Tidak hanya memiliki aura misterius, namun lukisan tersebut juga seakan bisa melirik pengunjung yang melihatnya. Posisi kaki kirinya juga selalu mengarah ke pengunjung.

Menurut pemandu, lukisan ini dibuat dengan teknik melukis khusus, di mana bola mata digambarkan menatap lurus ke depan. Sehingga, efeknya seperti tiga dimensi di mana mata Prabu Siliwangi seolah menatap pengunjung dimanapun posisi mereka berdiri.

Lukisan tersebut dilukis oleh seorang pria asal Garut bernama Tatang pada tahun 2008. Bahkan kabarnya, Tatang melukis Prabu Siliwangi setelah mendapat wangsit. Dia mengaku didatangi langsung oleh Prabu Siliwangi dalam mimpinya dan kemudian setelah itu langsung melukisnya.

Keraton Kasepuhan Cirebon memiliki corak akulturasi India, terlihat dari beberapa koleksi dan pengaruh unsur India di dalam keraton. Salah satunya terlihat dari ukiran kamasutra yang disimpan di dalam museum di depan Museum Kereta Singa Barong.

Kamasutra aslinya merupakan literatur soal kesuburan dan hubungan seksual yang awalnya berasal dari India. Adapun Anda dapat melihat ukirannya yang dibuat oleh Panembahan Girilaya, salah satu sultan di Keraton Kasepuhan.

Walau terkesan erotis, namun sejatinya ukiran kamasutra tersebut merupakan bentuk pendidikan seksual di masa itu. Jadi lebih mengarah pada unsur edukasinya, bukan mengarah pada hal negatif seperti hubungan badan di luar nikah.

Keunikan lain dari Keraton Kasepuhan Cirebon juga dapat Anda temukan di dalam museum benda antik. Salah satunya adalah tengkorak buaya putih yang berukuran cukup besar. Disebutkan kalau buaya putih ini diambil dari Kali Krian, sebuah sungai yang besar dan dalam di Cirebon.

Secara filosofi, buaya putih merupakan hewan yang berkaitan erat dengan sisi mistis Cirebon. Sering disebutkan kalau buaya putih adalah siluman jadi-jadian yang menghuni Kali Krian. Terlepas dari kebenarannya, tengkoraknya dapat Anda lihat di sini.

Setiap 12 Rabiul Awal, Keraton Kasepuhan dan segenap masyarakat Cirebon merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Festival Maulud dan tradisi Panjang Jimat pun dgelar secara meriah untuk merayakannya.

Peringatan Maulid sejatinya telah berlangsung selama satu bulan hingga malam Panjang Jimat sebagai puncak acaranya. Upacara itu pun ditandai dengan dikeluarkannya barang pusaka keraton untuk dimandikan.

Setelah pemandian barang pusaka, upacara pun akan dilakukan pada malam puncak. Sejumlah persembahan akan dikeluarkan dan dibawa dari Bangsal Prabayaksa menuju Langgar Agung. Kemudian, persembahan yang melambangkan kelahiran Nabi pun akan dikeluarkan dan didoakan.

Setelah didoakan, persembahan berupa hasil bumi akan dibagikan pada para keturunan Keraton Kasepuhan dan abdi dalem. Masyarakat yang antusias pun turut hadir di sekitar langgar untuk berdoa dan meminta berkat. Ritual sakral itu hanya dilakukan sekali setahun.

Mulai awal Maret kemarin, pengunjung yang ingin mampir ke Keraton Kasepuhan Cirebon sudah tidak perlu mengantre untuk membli tiket masuk. Sekarang sudah diberlakukan sistem e-ticketing, dimana pengunjung dapat membeli tiket secara online.

Caranya cukup mudah, Anda tinggal mengakses www.royalkasepuhancirebon.com dan membeli tiketnya secara online. Jadi Anda tinggal datang saja ke keraton dan tunjukkan tiket online Anda. Informasi budaya dan sejarah seputar Cirebon juga dijabarkan secara lengkap.

Selain tiket online Keraton Kasepuhan Cirebon, Anda juga bisa membeli tiket masuk Gua Sunyaragi dan Makam Sunan Gunung Jati. Tiga objek wisata tersebut sudah terintegrasi di dalam situs yang sama. Nyaman dan praktis.

(rdy/fay)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Travel Highlight Cirebon
Travel Highlight Cirebon
28 Konten
Artikel Selanjutnya
Hide Ads