Wae Rebo & 4 Desa Cantik Paling Fotogenik di Indonesia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Travel Highlight Surga Fotografi

Wae Rebo & 4 Desa Cantik Paling Fotogenik di Indonesia

Kurnia Yustiana - detikTravel
Kamis, 30 Apr 2015 16:30 WIB
Wae Rebo & 4 Desa Cantik Paling Fotogenik di Indonesia
(Florentina Woro/d'Traveler)
Wae Rebo - Keindahan Indonesia seakan tak ada habisnya. Jika bosan memotret gedung tinggi di perkotaan, datanglah ke desa yang ada di Tanah Air. Dari Penglipuran di Bali hingga Kete Kesu di Sulawesi, semuanya menarik untuk difoto.

Masing-masing desa di Indonesia punya keunikan yang menarik untuk dipotret. Dari sekian banyak desa, paling tidak ada 5 desa cantik yang paling fotogenik. Dirangkum detikTravel, Kamis (30/4/2015), inilah kelima desa tersebut:

1. Wae Rebo

(Florentina Woro/d'Traveler)
Wae Rebo adalah desa unik di Kecamatan Satarmase, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Di sini, ada 7 rumah utama berbentuk kerucut dengan ketinggian dan diameter yang sama. Masing-masing rumah bisa ditinggali 6 hingga 8 keluarga.

Pemandangan desa ini sungguhlah indah. Rumah kerucut itu tersusun melingkar dan membentuk seperti setengah lingkaran. Perbukitan di belakangnya juga menambah keindahan lanskap Desa Wae Rebo.

2. Penglipuran

(Budi/detikTravel)
Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali ini disebut-sebut sebagai desa paling bersih dan cantik di Pulau Dewata. Desa wisata ini memang tidak begitu besar, luasnya hanya 112 hektar dengan 9 hektar yang dipakai untuk pemukiman. Namun, penglipuran masih asri dan kental dengan budaya Bali.

Rumah berarsitektur Bali tampak berjejer di kiri dan kanan jalan. Pepohonan, rerumputan dan bunga aneka warna pun tampak tumbuh subur. Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah keindahan!

Asyiknya lagi, desa ini bebas dari kendaraan bermotor. Anda bisa puas memotret sambil mengenal lebih dekat budaya warga setempat tanpa harus takut kena polusi asap. Biaya masuk ke desa juga terjangkau, yaitu Rp 7.500 per orang.

3. Baduy

(Sekarharum/detikTravel)
Baduy merupakan salah satu desa adat yang ada di Banten. Suku Baduy yang tinggal dipemukiman tersebut terbagi dua, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Nah, Desa Ciboleger lah yang menjadi pintu masuk menuju pemukiman Suku Baduy.

Jika ingin memotret pemukiman Suku Baduy, Anda harus menyiapkan stamina. Karena dari Desa Ciboleger harus trekking menuju pemukiman Baduy Luar dan Baduy Dalam selama sekitar 5 jam. Perjalanannya memang melelahkan, namun di sepanjang jalan Anda bisa menikmati udara sejuk dan perbukitan yang mempesona.

Sesampainya di pemukiman Baduy, Anda bisa melihat rumah-rumah mereka yang terbuat dari bambu dan tertata rapi. Sungai yang mengalir di pemukiman ini juga sungguh jernih, karena Suku Baduy sangat menghargai alam. Dari beberapa cabang sungai, yang mereka gunakan sehari-hari hanya satu.

Cabang sungai lain yang airnya jernih bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar serta wisatawan yang datang. Hutannya juga terjaga karena masyarakat Baduy selalu menjaga kebersihan dan tidak merusak hutan.

4. Trunyan

(Sastri/detikTravel)
Jika desa lainnya menawarkan keindahan alam yang cantik untuk difoto, Trunyan di Kabupaten Bangli, Bali punya sisi budaya unik. Selain punya pemandangan hijau yang indah, di sini ada banyak tengkorak manusia yang berserakan. Hiii!

Desa ini punya kuburan di sisi timur Danau Batur. Di sini, jenazah tidak dikuburkan. Jenazah yang ada dibiarkan saja di atas tanah hingga membusuk. Sungguh berbeda dengan warga Bali lainnya yang mayoritas melakukan upacara Ngaben saat ada orang yang meninggal.

5. Kete Kesu

(Rachman/detikTravel)
Desa Kete Kesu ada di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Masyarakat di desa wisata ini punya kepercayaan bahwa menguburkan jenazah manusia di tebing batu adalah hal baik. Maka jangan heran jika Anda menyaksikan tengkorak berserakan di berbagai sisi tebing di Kete Kesu.

Di Desa Kete Kesu, ada dua cara pemakaman. Jenazah ada yang ditaruh di gunung batu dan gua alam, atau makam rumah yang disebut patane dalam bahasa Toraja.

Saat berlibur ke desa ini, Anda bisa melihat peti mati orang Toraja yang disebut erong. Bentuknya ada yang disimbolkan dengan alat kelamin serta kepala hewan. Kebanyakan erong ini usianya telah mencapai 500 tahun lho!
Halaman 2 dari 6
Wae Rebo adalah desa unik di Kecamatan Satarmase, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Di sini, ada 7 rumah utama berbentuk kerucut dengan ketinggian dan diameter yang sama. Masing-masing rumah bisa ditinggali 6 hingga 8 keluarga.

Pemandangan desa ini sungguhlah indah. Rumah kerucut itu tersusun melingkar dan membentuk seperti setengah lingkaran. Perbukitan di belakangnya juga menambah keindahan lanskap Desa Wae Rebo.

Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali ini disebut-sebut sebagai desa paling bersih dan cantik di Pulau Dewata. Desa wisata ini memang tidak begitu besar, luasnya hanya 112 hektar dengan 9 hektar yang dipakai untuk pemukiman. Namun, penglipuran masih asri dan kental dengan budaya Bali.

Rumah berarsitektur Bali tampak berjejer di kiri dan kanan jalan. Pepohonan, rerumputan dan bunga aneka warna pun tampak tumbuh subur. Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah keindahan!

Asyiknya lagi, desa ini bebas dari kendaraan bermotor. Anda bisa puas memotret sambil mengenal lebih dekat budaya warga setempat tanpa harus takut kena polusi asap. Biaya masuk ke desa juga terjangkau, yaitu Rp 7.500 per orang.

Baduy merupakan salah satu desa adat yang ada di Banten. Suku Baduy yang tinggal dipemukiman tersebut terbagi dua, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Nah, Desa Ciboleger lah yang menjadi pintu masuk menuju pemukiman Suku Baduy.

Jika ingin memotret pemukiman Suku Baduy, Anda harus menyiapkan stamina. Karena dari Desa Ciboleger harus trekking menuju pemukiman Baduy Luar dan Baduy Dalam selama sekitar 5 jam. Perjalanannya memang melelahkan, namun di sepanjang jalan Anda bisa menikmati udara sejuk dan perbukitan yang mempesona.

Sesampainya di pemukiman Baduy, Anda bisa melihat rumah-rumah mereka yang terbuat dari bambu dan tertata rapi. Sungai yang mengalir di pemukiman ini juga sungguh jernih, karena Suku Baduy sangat menghargai alam. Dari beberapa cabang sungai, yang mereka gunakan sehari-hari hanya satu.

Cabang sungai lain yang airnya jernih bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar serta wisatawan yang datang. Hutannya juga terjaga karena masyarakat Baduy selalu menjaga kebersihan dan tidak merusak hutan.

Jika desa lainnya menawarkan keindahan alam yang cantik untuk difoto, Trunyan di Kabupaten Bangli, Bali punya sisi budaya unik. Selain punya pemandangan hijau yang indah, di sini ada banyak tengkorak manusia yang berserakan. Hiii!

Desa ini punya kuburan di sisi timur Danau Batur. Di sini, jenazah tidak dikuburkan. Jenazah yang ada dibiarkan saja di atas tanah hingga membusuk. Sungguh berbeda dengan warga Bali lainnya yang mayoritas melakukan upacara Ngaben saat ada orang yang meninggal.

Desa Kete Kesu ada di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Masyarakat di desa wisata ini punya kepercayaan bahwa menguburkan jenazah manusia di tebing batu adalah hal baik. Maka jangan heran jika Anda menyaksikan tengkorak berserakan di berbagai sisi tebing di Kete Kesu.

Di Desa Kete Kesu, ada dua cara pemakaman. Jenazah ada yang ditaruh di gunung batu dan gua alam, atau makam rumah yang disebut patane dalam bahasa Toraja.

Saat berlibur ke desa ini, Anda bisa melihat peti mati orang Toraja yang disebut erong. Bentuknya ada yang disimbolkan dengan alat kelamin serta kepala hewan. Kebanyakan erong ini usianya telah mencapai 500 tahun lho!

(shf/shf)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Travel Highlight Surga Fotografi
Travel Highlight Surga Fotografi
17 Konten
Artikel Selanjutnya
Hide Ads