Masjid Merah di Cirebon yang Bukan Seperti Masjid

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Masjid Merah di Cirebon yang Bukan Seperti Masjid

Afif Farhan - detikTravel
Kamis, 18 Jun 2015 14:30 WIB
Tampak luar Masjid Merah Panjunan (Afif/detikTravel)
Cirebon - Beberapa daerah di Indonesia memiliki masjid yang bersejarah dan punya keunikan. Di Cirebon, terdapat Masjid Merah Panjunan yang sudah berdiri dari abad ke-14. Bangunannya terbuat dari batu bata merah, yang mana tidak terlihat seperti masjid.

Masjid Merah Panjunan dibangun oleh Maulana Abdul Rahman atau lebih dikenal dengan nama Pangeran Panjunan. Dia adalah seorang keturunan Arab yang memimpin sekelompok imigran dari Baghdad. Kemudian, dia menjadi murid Sunan Gunung Jati, salah seorang dari wali songo.

Masjid Merah Panjunan beralamat di Jl Kolektoran (perempatan dengan Jl Kenduran) Kampung Panjunan, Desa Panjunan, Kecamatan Lemah Wungkuk. Dari tampak luar, jangan heran kalau tampilan masjid ini berbeda 180 derajat dengan masjid-masjid yang biasa Anda lihat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika masjid-masjid pada umumnya memiliki kubah dan menara, maka tidak bagi Masjid Merah Panjunan. Masjid ini justru beratapkan limas berwarna hitam yang tanpa menara. Bagian depannya pun berupa gapura seperti gapura candi. Kemudian, seluruh sudut masjidnya berwarna merah karena bahan bangunannya yakni batu bata merah.

Tak ayal, Masjid Merah Panjunan memang merupakan perpaduan budaya Hindu, Tiongkok, dan Islam. Gapura candi dan batu bata merah adalah pengaruh dari Hindu. Untuk batu bata merah, biasanya digunakan untuk membangun candi.

Memasuki bagian dalam masjidnya, Anda bakal dibuat lebih kaget lagi. Lihatlah, ada banyak keramik yang terpampang di dinding masjidnya. Warna dan corak dari keramiknya pun beragam.

Diyakini keramik-keramik itu merupakan pemberian saudagar-saudagar Tiongkok kepada Sunan Gunung Jati. Bahkan kabarnya, keramik-keramiknya merupakan hadiah untuk pernikahan Sunan Gunung Jati dan Tan Hong Tien Nio putri Sang Kaisar dari Dinasti Ming.

Di dalam masjidnya juga terdapat 17 tiang penyangga yang melambangkan 17 rakaat dalam salat. Empat dari 17 tiang penyangga itu ada empat sokoguru yang merupakan penyangga utama sebagai simbol empat imam dalam hukum atau syariat Islam. Mereka adalah Imam Maliki, Imam Hambali, Imam Syafi'i, dan Imam Hanafi.

Suasana di dalam masjid memang terkesan sempit. Meski begitu, suasana di dalamnya sungguh tenang dan khidmat. Bentuk atau arsitektur masjidnya yang unik, memberikan nuansa yang berbeda yang tidak akan Anda dapatkan di masjid-masjid lainnya.

Saat bulan Ramadan, Masjid Merah Panjunan pun biasanya ramai dikunjungi wisatawan. Pihak pengurus masjid pun menyediakan menu berbuka puasa dan gahwa alias kopi jahe khas Arab yang nikmat.

Sejak zaman dulu, Masjid Merah Panjunan menjadi tempat beribadah dan tempat Sunan Gunung Jati bersama para ulama untuk menyusun strategi menyebarkan ajaran Islam. Kini, masjidnya sudah merupakan cagar budaya yang dilindungi karena sarat sejarah.

(aff/aff)

Hide Ads