Tradisi adat khas masyarakat Biak ini bernama 'Apen Bayeren', yang merupakan upacara penghormatan kepada seseorang atau tokoh masyarakat. Kali ini, upacara dilakukan sebagai salah satu agenda Festival Munara Wampasi yang digelar pada 1-4 Juli 2015.
Upacara tersebut digelar di Desa Adoki, sekitar 20 menit perjalanan dari pusat Kota Biak. Kali ini, upacara ditujukan kepada Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti beserta rombongan Kementerian Pariwisata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar 12 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan, bersiap diri dan mengenakan pakaian adat. Tetua adat kemudian memimpin doa. Di tengah lapangan, tersebar batu panas yang di bawahnya terdapat bara api.
Batu-batu itu disebar berbentuk lingkaran. Tak lama kemudian, salah seorang lelaki mulai berjalan di atas bara api.
"Tidak sembarang orang bisa melakukan ini. Intinya hati dia harus bersih, pikiran juga. Kalau perempuan tak boleh sedang hamil atau haid, pikirannya juga harus bersih," jelas Mika.
Tak lama kemudian, seorang wanita yang berpakaian adat bersiap untuk jalan di atas bara api. Betapa kaget warga dan wisatawan, dia tidak sekadar berjalan tapi juga menari! Suara Tifa (alat musik khas Papua-red) mengiringi tariannya di atas bara api.
Upacara adat itu berlangsung tak sampai 10 menit, namun cukup membuat pengunjung terpana. Mika Ronsumbre menjelaskan, orang Biak dalam istilah adat memang berarti 'anak-anak api'. Berani melihatnya sendiri?
(fay/fay)
Komentar Terbanyak
Turis Lebih Tertarik ke Malaysia, Indonesia Tidak Kalah Indah tapi...
Viral King Abdi Nggak Dikasih Makan Saat Naik Batik Air, Ini Kata Netizen
Pariwisata Indonesia Kalah Pamor dari Malaysia, Masalahnya Bukan di Angka tapi...