Nisan Dua Pribumi di Museum Taman Prasasti, Siapa Mereka?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Nisan Dua Pribumi di Museum Taman Prasasti, Siapa Mereka?

Sri Anindiati Nursastri - detikTravel
Jumat, 09 Okt 2015 10:20 WIB
Museum Taman Prasasti (Sastri/detikTravel)
Jakarta - Di tengah Kota Jakarta, ada pemakaman Belanda yang dibangun tahun 1795. Pemakaman yang kini menjadi Museum Taman Prasasti punya 2 nisan milik warga pribumi. Siapa mereka?

Kebon Jahe Kober, begitu warga pribumi mengenal kawasan pemakaman ini. Komplek pemakaman yang terletak di Jalan Tanah Abang I No 1, Jakarta Pusat ini dulu diperuntukkan bagi para bangsawan dan pejabat tinggi Belanda pada masa VOC berkuasa di Batavia.

"Pemakaman ini sudah ada sejak 1795, waktu itu menempati lahan seluas 5,5 hektar. Dulu ini adalah pemakaman prestisius, hanya untuk bangsawan dan orang yang stratanya sama dengan itu," tutur Yudi, pemandu yang mengantar detikTravel berkeliling Museum Taman Prasasti beberapa hari lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemakaman ini beroperasi hingga 1975. Semua jenazah dipindahkan ke Makam Menteng Polo dan Tanah Kusir. Sejak 1977, pemakaman ini dijadikan Museum Taman Prasasti.

Total ada 1372 nisan yang tersebar di lahan seluas 1,3 hektar. Namun di antara nisan-nisan milik pejabat dan bangsawan Belanda, terdapat 2 nisan milik warga pribumi. Mereka adalah Soe Hok Gie, dan Miss Riboet.

Dua nisan ini terletak berdekatan, di tengah lahan pemakaman. Nisan milik Soe Hok Gie bertuliskan "Nobody knows the troubles, I see nobody knows my sorrow". Lahir pada 17 Desember 1942, Soe Hok Gie terkenal sebagai aktivitas kemahasiswaan yang mengkritik habis-habisan rezim Orde Baru.

Soe Hok Gie meninggal di Gunung Semeru pada 1969, akibat menghirup asap beracun di puncak gunung tersebut. Dia dimakamkan di Menteng Pulo, dua hari kemudian dipindahkan ke Kebon Jahe Kober. Keluarga Soe Hok Gie sempat menolak pembongkaran makamnya. Akhirnya, tulang belulang Soe Hok Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango.

Sosok kedua adalah Miss Riboet. Dia adalah tokoh opera paling tersohor era tahun 1920-an. Miss Riboet bermain peran di kelompok opera yang didirikan oleh suaminya, Tio Tik Djien. Kelompok opera itu bernama Perkumpulan Sandiwara Miss Riboet Orion.

"Kelompok opera ini paling terkenal di Batavia pada masanya," tambah Yudi.

Selain dua pribumi ini, tentu ada beberapa nisan orang terkenal lainnya di Museum Taman Prasasti. Antara lain Olivia Mariana Raffle yang merupakan istri Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Dr Jan Laurens Andries Brantes yang merupakan ahli sastra dan tafsir Jawa kuno, serta JHR Kohler. Nama yang terakhir disebutkan itu adalah seorang Mayor Jenderal tentara Belanda, yang ditembak mati oleh sniper Aceh di depan Masjid Raya Baiturrahman.

Traveler bisa menyambangi Museum Taman Prasasti pada Selasa-Minggu pukul 09.00-15.00 WIB. Tiket masuknya juga sangat murah, Rp 5.000 per orang. Datang dan lihat sendiri nisan-nisan keren penuh simbol unik!

(krn/krn)

Hide Ads