Saat mendaki gunung, pacet atau lintah jadi hal yang paling dihindari. Apalagi di Gunung Bukit Raya, Kalimantan Tengah yang disebut-sebut tempatnya kerajaan pacet atau kerajaan lintah!
Pacet merupakan binatang sejenis lintah. Ukurannya kecil dan bentuknya kenyal. Saat mendaki gunung, binatang kecil ini banyak ditemui karena menghisap darah.
Ericks Rachmat, seorang pendaki asal Depok menceritakan pengalamannya saat mendaki Gunung Bukit Raya pada 21-26 Mei 2014 lalu. Gunung yang berada di Kabupaten Katingan, perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah ini masuk dalam 7 puncak gunung tertinggi Indonesia, dengan ketinggian 2.278 mdpl.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(Ericks Rachmat/Istimewa)
Rute pendakian ke Gunung Bukit Raya cukup jauh. Perjalanan dimulai dari Sintang ke Serawai lalu ke Rantau Malam dengan menggunakan boat. Dua hari dari Sintang ke Serawai, kemudian lanjut lagi ke Rantau Malam. Dari situ, naik ojek ke Bukit Hape sebagai tempat awal pendakian. Untuk sewa boat, seharga Rp 1,4 juta. Sedangkan naik ojek biayanya Rp 50 ribu.
Baru awal mula pendakian, Ericks benar-benar terkejut apa yang ada di depan mata. Dia sudah menemukan pacet yang jumlahnya tidak sedikit, baik di tanah, batang pohon atau dedaunan.
"Itu pacetnya benar-benar agrseif. Mereka tidak diam, tapi mengejar dan menyerbu kita. Nggak bisa kita duduk-duduk santai," ungkap Ericks.
(Ericks Rachmat/Istimewa)
Ukuran dan warna pacetnya pun beragam. Menurut Ericks, ada pacet yang berwarna hitam, merah dan belang hitam merah. Satu lagi, semakin menuju puncak ukuran pacetnya semakin kecil dan sulit terlihat!
"Begitu tiba di camp dan buka baju, baru ketahuan ada pacet yang menempel di badan. Ada yang di punggung, tangan dan juga di dalam kaus kaki. Saya sendiri kena dipunggung. Rasanya kayak digigit semut," papar Ericks.
Bagaimana cara untuk mengusir pacet tersebut dari badan? Ericks mengaku, cara apa pun tidak akan mempan dari memberi garam atau ditaburi tembakau. Bisa saja dengan korek api, tapi itu dilarang oleh masyarakat setempat.
(Ericks Rachmat/Istimewa)
"Kalau porter kita yang asli orang sana, dia cuma cabut aja terus dibuang. Kita sendiri, menggunakan gunting untuk membelah pacetnya jadi dua dan pacetnya kemudian mati. Masyarakat setempat melarang untuk membakarnya, mungkin ajarannya tidak menyakiti mahluk hidup lain," ungkap Ericks.
Begitu pacet lepas, lanjut Ericks, darah segar akan keluar dari bekas gigitannya. Kalau melihat foto-foto yang Ericks tunjukan, sepertinya bukan bekas gigitan pact melainkan seperti bekas kecelakaan saja. Hiii!
Hutan di Gunung Bukit Raya sendiri, sejatinya hutan hujan tropis. Suasananya lembab dan pohonnya lebat-lebat, sehingga cahaya matahari sulit menembus hutannya
"Ketika turun, kita sudah terbiasa dengan pacet jadi tak perlu khawatir lagi. Tapi sebenarnya, jarang lho pendaki naik gunung ini, karena saya melihat daftar tamu di sana sangat sedikit isinya. Mungkin, bisa jadi perjalanan ke Gunung Bukit Raya terlalu jauh," pungkas Ericks.
(Ericks Rachmat/Istimewa)
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit