Bandung adalah kota kreatif yang memanja wisatawan. Kalau mau menikmati bangunan unik, ada banyak di sana. Salah satunya Selasar Sunaryo.
Sebongkah batu besar dihiasi pecahan kaca tergeletak di lantai. Tembok kokoh di samping batu itu juga tertancap beling-beling tajam. Seolah serpihan kaca-kaca itu telah menyemburat liar menghujam sekelilingnya. Seni instalasi tersebut karya Sunaryo, seniman kontemporer sekaligus mantan dosen seni rupa Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Karya berjudul 'Seribu Luka' itu terinspirasi dari kejadian bom di Bali," ucap Manajer Program Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) Chabib Duta Hapsoro kepada detikTravel.
Siang berudara sejuk menyergap sewaktu detikTravel menyambangi SSAS yang berlokasi di Jalan Bukit Pakar Timur No.100, Dago Ciburial, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/2/2016). Galeri seni diresmikan sejak 1998.
Suasana rimbun dan sejuk (Baban/detikTravel)
Sejumlah karya instlasi Sunaryo dipamerkan secara apik di Ruang A atau ruang utama SSAS. Ruangan nyaman dan bersih ini memajang salah satu benda seni tiga dimensi nan unik berupa kotak transparan yang di dalamnya terdapat visual seperti asap membentuk wajah Sunaryo. Wajah perupa kelahiran Banyumas (Jateng) 15 Mei 1941 tersebut nampak bergerak mengikuti arah jika melihatnya dari setiap sudut kotak.
"Karya Pak Naryo ini terbuat dari bahan batu dan air, terus kristal yang diprint hologram," ujar Chabib.
Selasar Sunaryo merupakan salah satu galeri dan art space legendaris di Bandung yang eksis serta aktif menggelar kegiatan seni dan kebudayaan. Acara pameran seni, workshop, seni pertunjukan, sastra, desain, arsitektur serta pemutaran film rutin berlangsung di tempat memiliki luas lahan sekitar 6.000 meter persegi. SSAS juga sering menyelenggarakan pameran tunggal atau bersama karya para seniman dari Indonesia maupun mancanegara.
Keberadaan SSAS selama ini menjadi destinasi wisata bagi wisatawan nusantara dan mancanegara. Suasananya adem. Maka tak salah bila pengunjung betah berlama-lama menikmati kenyamanan SSAS yang berada di kawasan utara Bandung. Lokasi SSAS tidak jauh dari Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda.
Sebongkah batu besar dihiasi pecahan kaca tergeletak di lantai. Tembok kokoh di samping batu itu juga tertancap beling-beling tajam. Seolah serpihan kaca-kaca itu telah menyemburat liar menghujam sekelilingnya. Seni instalasi tersebut karya Sunaryo, seniman kontemporer sekaligus mantan dosen seni rupa Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Karya berjudul 'Seribu Luka' itu terinspirasi dari kejadian bom di Bali," ucap Manajer Program Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) Chabib Duta Hapsoro kepada detikTravel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suasana rimbun dan sejuk (Baban/detikTravel)
Sejumlah karya instlasi Sunaryo dipamerkan secara apik di Ruang A atau ruang utama SSAS. Ruangan nyaman dan bersih ini memajang salah satu benda seni tiga dimensi nan unik berupa kotak transparan yang di dalamnya terdapat visual seperti asap membentuk wajah Sunaryo. Wajah perupa kelahiran Banyumas (Jateng) 15 Mei 1941 tersebut nampak bergerak mengikuti arah jika melihatnya dari setiap sudut kotak.
"Karya Pak Naryo ini terbuat dari bahan batu dan air, terus kristal yang diprint hologram," ujar Chabib.
Selasar Sunaryo merupakan salah satu galeri dan art space legendaris di Bandung yang eksis serta aktif menggelar kegiatan seni dan kebudayaan. Acara pameran seni, workshop, seni pertunjukan, sastra, desain, arsitektur serta pemutaran film rutin berlangsung di tempat memiliki luas lahan sekitar 6.000 meter persegi. SSAS juga sering menyelenggarakan pameran tunggal atau bersama karya para seniman dari Indonesia maupun mancanegara.
Keberadaan SSAS selama ini menjadi destinasi wisata bagi wisatawan nusantara dan mancanegara. Suasananya adem. Maka tak salah bila pengunjung betah berlama-lama menikmati kenyamanan SSAS yang berada di kawasan utara Bandung. Lokasi SSAS tidak jauh dari Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda.
Hologram wajah Sunaryo (Baban/detikTravel)
"Selasar Sunaryo dibangun untuk edukasi publik sebagai apresiasi terhadap seni, terutama seni rupa," ujar Divisi Dokumentasi SSAS Diah Handayani.
Keindahan bangunan SSAS mendapat penghargaan IAI National Award pada 2012 kategori Bangunan Publik dan Budaya. Ialah Baskoro Tedjo selaku arsitek dan desainer yang dipercaya Sunaryo membangun galeri ini.
Diah menjelaskan SSAS memliki tiga ruang yang menampilkan karya-karya seni rupa. Ruang A atau gedung utama khusus menyimpan atau menampilkan koleksi karya Sunaryo. Ruang B dan Ruang Sayap menghadirkan karya milik para seniman berupa lukisan dan benda-benda seni kontemporer lainnya. Tempat ini juga memiliki perpustakaan yang mengoleksi 3.000 buku serta katalog mayoritas bertema seni rupa.
"Selain itu ada Bale Tonggoh yang berfungsi untuk ruang pameran, misalnya untuk pameran produk. Lalu ada Bale Handap, biasanya digunakan untuk ruang diskusi, pertunjukan dan pemutaran film," kata Diah.
Bale Handap (Baban/detikTravel)
Area di Bale Handap terdapat bangunan joglo yang merupakan rumah adat masyarakat Jawa. Pohon rindang mengelilingi zona tersebut.
Ciri khas SSAS yaitu bangunan amphiteather yang berada di lahan berkontur miring. Fasilitas lainnya di SSAS terdapat musala, kafe dan gerai cinderamata. "Pengunjung yang datang ke sini artinya sudah mengapresiasi karya seni serta dapa menyaksikan pertunjukan serta pameran seni rupa," tutur Diah.
SSAS siap menyapa pengunjung tiap Selasa hingga Minggu mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Pengelola tidak memungut tiket masuk. "Senin libur. Begitu juga kalau libur nasional dan hari raya," kata Diah.
Pengunjung yang puas menyusuri galeri, bisa rehat di kafe yang persis di depan Ruang B dan Ruang Sayap. Menu kopi menjadi andalan. "Ya, Kopi Selasar namanya. Viewnya bagus, menghadap bukit," ucap Diah.
Cafe di Selasar Soenaryo (Baban/detikTravel)
Komentar Terbanyak
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Aturan Baru Bagasi, Presdir Lion Air Group: Demi Keselamatan