Rambu Solok, Festival Kematian Unik Ala Tana Toraja

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Festival Unik Indonesia

Rambu Solok, Festival Kematian Unik Ala Tana Toraja

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Kamis, 25 Feb 2016 07:55 WIB
Foto: Rambu Solok dilakukan di Tana toraja untuk mengantar kerabat yang telah pergi (Edward/detikTravel)
Tana Toraja - Beberapa daerah di Indonesia menganggap kematian sebagai sesuatu yang sakral. Di Tana Toraja, masyarakatnya punya upacara adat kematian Rambu Solok.

Masyarakat Tana Toraja di Sulawesi Selatan masih sangat memegang teguh nilai adat dan budaya leluhur hingga kini. Salah satu buktinya dapat dilihat melalui Rambu Solok yang dilakukan ketika kerabat meninggal.

Dihimpun oleh detikTravel, Kamis (25/2/2016) Rambu Solok dilakukan oleh seluruh kerabat dan memakan waktu selama 8 hingga 9 malam. Biasa upacara adat kematian itu dilakukan untuk mengantar kerabat yang telah meninggal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut kepercayaan masyarakat Toraja, roh dari kerabat yang telah pergi belum dianggap benar-benar meninggal sebelum digenapi dengan upacara Rambu Solok. Bahkan jenazah dari kerabat yang telah pergi masih diperlakukan sebagai orang hidup dan dibaringkan di tempat tidur serta masih diajak bicara dan dihidangkan makan minum.

Kerbau yang merupakan bagian upacara (Edward/detikTravel)

Mereka juga percaya bahwa kesempurnaan upacara juga menentukan posisi arwah anggota keluarga yang telah pergi. Apakah mereka akan menjadi arwah gentayangan (bombo) arwah yang mencpaai tingkat dewa (to-membali puang) atau jadi dewa pelindung (deata). Aturannya upacara Rambu Solok wajib untuk dilakukan oleh kerabat yang ditinggalkan.

Bahkan sebelum upacara Rambu Solok dilangsungkan, minimal setahun sebelumnya sudah dilangsungkan upacara Mapalao. Acaranya berupa penyembelihan kerbau di mana dagingnya dibagikan secara merata ke penduduk sekitar. Tanduknya pun dipajang di tiang depan Rumah Adat Tongkonan yang merupakan salah satu status sosial.

Secara tradisi, sanak saudara hingga cucu yang merupakan keturunan terakhir diharuskan menerima tamu selama upacara Rambu Solok dirayakan. Uniknya keluarga yang ditinggalkan tidak boleh berduka, melainkan harus merayakan dengan berpesta. Berbeda dengan acara duka kebanyakan yang diwarnai isak tangis.

Selama prosesi upacara Rambu Solok, mulai dari anak-anak hingga cicitnya harus menemani jenazah di lankien selama 9 hari 8 malam. Lankien sendiri merupakan tempat untuk menaruh jenazah sebelum dimasukan ke dalam liang di tebing batu.

Para anggota keluara inti hingga cicit harus menemani jenazah (Edward/detikTravel)

Selain itu keluarga inti yang ditinggalkan juga harus menyumbang minimal empat kerbau. Itu belum termasuk kerbau dari keluarga yang lain. Kalau dihitung-hitung jumlah kerbaunya bahkan bisa mencapai ratusan kerbau.

Setelah itu kerbau yang dikumpulkan akan diadu satu sama lain sebagai rangkaian acara Rambu Solok. Setelah itu kerbau yang terkumpul itu akan dikorbankan untuk menghormati kerabat yang telah meninggal hingga leluhur.

Usai itu jenazah kerabat yang meninggal akan dibawa ke tebing untuk dikuburkan di gunung. Namun dulu hanya keluarga bangsawan saja yang diizikan menegubur kerabat di tebing batu dan melangsungkan Rambu Solok. Namun kini siapa pun diperbolehkan melakukannya asal punya dana.

Apabila ingin melihatnya, upacara Rambu Solok dirayakan saat ada kerabat yang meninggal saja. Bisa jadi tidak ada tanggal pasti setiap tahunnya. Namun untuk perkiraan, biasanya Rambu Solok dilakukan setiap bulan Desember. Jangan sampai ketinggalan!

Pada akhirnya jenazah kerabat akan dikuburkan di tebing batu (Edward/detikTravel) (rdy/fay)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Festival Unik Indonesia
Festival Unik Indonesia
17 Konten
Beruntunglah kita menjadi orang Indonesia. Keanekaragaman budaya membuat negeri ini punya banyak festival keren dan unik. Tidak usah jauh-jauh ke luar negeri!
Artikel Selanjutnya
Hide Ads