Dari Cilacap di selatan Jawa Tengah, hingga ibukota tercinta Jakarta, traveler bisa menyaksikan festival tahunan Sedekah Laut. Festival ini merupakan wujud syukur para nelayan akan hasil laut yang melimpah sepanjang tahun.
Dikumpulkan detikTravel dari beberapa sumber, Kamis (25/2/2016), inilah 4 destinasi untuk menonton festival Sedekah Laut:
1. Cilacap
(Arbi Anugrah/detikcom)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika melihat kalender 2016, maka Bulan Suro tahun ini akan jatuh di bulan Oktober. Bila traveler penasaran, bisa langsung ke Cilacap pada bulan tersebut. Prosesi ini biasanya dilakukan di di pesisir Pantai Cilacap.
Prosesi diawali dengan arak-arakan 8 Jolen (sesaji) yang akan dilarung ke Pantai Selatan. Jolen tersebut dikirab dari Pendopo Kabupaten Cilacap menuju Pantai Teluk Penyu, Cilacap, kemudian dibawa ke Pulau Mejeti untuk dilarung di Samudera Hindia.
Iring-iringan kirab tersebut terdiri dua perempuan berkuda, barisan prajurit bertombak, barisan umbul-umbul, 14 putri domas, 14 putri pengiring, kereta kuda yang membawa bupati Cilacap dan istri serta pejabat lainnya, sejumlah becak, dan prajurit pembawa jolen.
Ritual tahunan ini merupakan ungkapan rasa syukur para nelayan atas hasil tangkapan mereka yang melimpah sejak beberapa bulan terakhir. Persembahan yang mereka berikan antara lain kepala kerbau sebagai sesaji dalam jolen yang disusun di dalam tandu dan dibawa para nelayan. Tak kurang ribuan orang menyaksikan prosesi ini setiap tahunnya.
2. Bajo
(Randy/detikTravel)
Dari Morowali, Sulawesi Tengah ada Festival Bajo Pasakkayang yang tak boleh dilewatkan. Festival tempat berkumpulnya Suku Bajo ini diawali dengan prosesi adat bernama Ngangaidah. Inilah upacara sedekah laut khas Suku Bajo.
Upacara sedekah laut dimulai secara simbolis dengan mengibarkan bendera hitam ula-ula. Setelah bendera dikibarkan, lantunan alat musik dibunyikan dan disertai oleh bunyi terompet sangkakala Suku Bajo yang disebut Nagabulo.
Arak-arakan yang membawa sesajen dan bendera ula-ula, pun berjalan hingga ke dermaga. Di dermaga, rombongan pun turun ke salah satu perahu berukuran besar yang berfungsi sebagai salah satu panggung utama. Gong segera berbunyi, diikuti dengan atraksi tari-tarian oleh Suku Bajo yang didominasi warna hitam.
Kemudian, sesajen beserta dupa yang sebelumnya disiapkan dibawa ke atas panggung dan dilarungkan ke atas laut sebagai simbol persembahan bagi laut dan leluhur. Usai upacara beberapa orang Suku Bajo larut dalam keriaan dengan saling guyur air.
Selain untuk mensyukuri hasil laut, festival Bajo Pasakkayang digunakan oleh Suku Bajo sebagai ajang silaturahmi, mengingat mereka hidup mengembara di laut dan jarang sekali berkumpul dengan sesama Orang Bajo. Biasanya festival digelar pada bulan November setiap tahunnya.
3. Gunungkidul
(Dhianna Puspitasari/d'Traveler)
Lain di Morowali, lain pula yang terjadi di Gunungkidul, Yogyakarta. Di pinggir Pantai Sadranan, Wonosari, wisatawan bisa menyaksikan prosesi larung sesaji yang dinamakan Labuhan Laut.
Warga masyarakat memberikan sesaji atau persembahan yang berupa hasil bumi kepada Sang Penguasa Laut Selatan agar diberi keselamatan dan rezeki berlimpah. Biasanya ritual ini dilakukan sekali dalam setahun, yaitu di bulan Desember.
Diawali iring-iringan pembawa sesaji persembahan dalam perahu jukung, perangkat desa, para penari tradisional, beberapa tokoh masyarakat, serta tak lupa didampingi oleh juru kunci pantai, dan diiringi musik gamelan tradisional Jathilan. Rombongan ini memasuki kawasan Pantai Sadranan yang telah disesaki masyarakat setempat dan para pengunjung serta wisatawan.
Perahu jukung tempat sesaji, diserahterimakan dari pemanggul dengan baju adat, kepada pemanggul dengan menggunakan jaket pelampung, dan segera dibawa ke tengah samudera. Perahu jukung semakin ke tengah lautan dan disambut dengan ombak besar dan akhirnya dilepas ke tengah samudera.
4. Jakarta
(Randy/detikTravel)
Destinasi terakhir, yaitu DKI Jakarta. Ternyata, di Ibukota, tepatnya di Marunda, Jakarta Utara, masih bisa dijumpai ritual sedekah laut. Nelayan Marunda biasa melarung sesaji ke laut Jakarta, sekali dalam setahun.
Ritual ini biasanya diselenggarakan menyambut datangnya bulan Ramadan. Mereka menyebut ritual ini sebagai nyadran, atau sedekah laut untuk mencari berkah dan rizki melimpah setahun ke depan.
Ratusan nelayan Marunda melarung sedekah ke laut Jakarta. Mereka menggunakan puluhan perahu tempel sambil membawa sesaji untuk disebar ke tengah laut, sekitar 1 km dari Marunda.
Sesaji utama yakni kepala kerbau serta beberapa ekor ayam cemani yang telah dibakar, dan satu masih hidup. Mereka juga melarung segayung darah kerbau sebagai ritual nelayan.
Sebelum prosesi mulai, dilakukan pementasan wayang kulit di sekitar perkampungan nelayan. Ini dikenal sebagai ruwatan, setelah selesai barulah dilakukan ritual 'pencucian' dengan sebagian darah kerbau yang telah dicampur kembang ke kawasan nelayan tersebut.
Dibalik ritual yang berkesan mistis, ada filosofi rasa syukur yang dipersembahkan kepada Sang pencipta. AnekaΒ hasil bumi, palawija dan hasil laut diikatkan ke perahu besar yang jadi pembawa utama sesaji. Selain itu, agar laut ini tetap dihormati dan jangan dikotori oleh sampah. (rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!