Untuk mencapai museum tersebut, pengunjung harus membayar tiket Rp 7.000 per orang. Tiket itu digunakan satu paket yaitu pertama harus ke lantai teratas, lantai 19 tempat untuk melihat panorama Kota Semarang dari ketinggian. Kemudian pengunjung bisa mampir ke lantai 3 menggunakan lift.
detikTravel pun berkunjung ke museum ini, Rabu (15/6/2016). Di lantai 3, pintu masuk museum merupakan replika gerbang Keraton Surakarta. Di dalamnya berisi barang-barang koleksi bersejarah dari pesantren di Jateng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, ada koleksi busana santri yang dikenakan pada zaman perjuangan kala Indonesia dijajah. Bahkan ada pedang besar yang konon digunakan untuk melawan Belanda oleh seorang santri. Koleksi lainnya yaitu Al Quran kuno dari tahun 1800-an, ada juga Al Quran yang sudah disadur dalam aksara jawa oleh Agus Ngarpah seorang abdi dalem Kraton Surakarta pada tahun 1835.
Selain itu ada juga surat kuno yang ditulis tangan oleh KH Ahmad Rifai dengan huruf Arab gundul. Surat 2 halaman tersebut ditulis ketika KH Ahmad Rifai ditahan penjajah di Ambon. Pengunjung juga bisa melihat koleksi-koleksi Al Quran kuno yang ditulis oleh tokoh-tokoh agama dalam perkembangan Islam di Jawa.
Beberapa foto tokoh agama juga dipajang di museum lantai 3. Pengetahuan di lantai ini juga dilengkapi dengan sejarah pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) berupa miniatur dan foto.
MAJT diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 14 Nopember 2006. Sedangkan, museumnya diresmikan Gubernur Jawa Tengah kala itu, Mardiyanto pada 28 September 2007.
Usai berkeliling di lantai 3, pengunjung menuruni tangga untuk menuju museum berikutnya di lantai 2. Di bagian ini terdapat koleksi yang memperlihatkan tentang masa penyebaran agama Islam di Jawa melalui perdagangan. Koleksi keramik dan sutera menunjukkan interaksi pertama pedagang Muslim dari Gujarat, Persia, dan China di pelabuhan pesisir Utara Jawa Tengah yang menyebarkan ajaran Islam sambil berdagang.
Salah satu koleksi yaitu bongkahan kayu tua yang merupakan bagian kapal dagang yang terdampar pada abad 16 dan ditemukan di Tambak Lorok, Semarang. Islam semakin berkembang di Jawa Tengah dan mulai berdiri tempat ibadah.
Ornamen masjid sesuai perkembangan zaman pun ditampilkan. Contohnya ornamen Masjid Mantingan yang berupa lingkaran dengan pahatan indah dan unik berbentuk sulur dan tumbuhan.
Ada juga Tatal, yaitu bagian dari tiang utama yang bersejarah Masjid Agung Demak (Saka Sunan Kalijaga). Selain itu dipasang juga replika pintu Bledheg Masjid Agung Demak. Pintu aslinya merupakan buatan Ki Ageng Selo yang dipercaya bisa menangkap petir dan memanfaatkannya untuk mengukir di kayu.
Dalam penyebaran Agama Islam di Jawa, berbagai metode dilakukan menggunakan alat. Museum ini juga memiliki koleksi benda-benda yang digunakan untuk penyebaran agama Islam yaitu mulai dari wayang, gamelan, dan mimbar. Benda-benda lainnya juga cukup menarik untuk dilihat, seperti mustaka Masjid, jadwal Salat kuno yang ditulis menantu KH Soleh Darat tahun 1900, dan lain sebagainya.
Banyak sekali ya koleksi menarik di museum ini. Kalau mau ngabuburit di Semarang, datang saja ke Museum Perkembangan Islam di Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang.
(alg/fay)
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Skandal 'Miss Golf' Gemparkan Thailand, Biksu-biksu Diperas Pakai Video Seks
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit