Jembatan Akar Berusia 1 Abad di Sumatera Barat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Keajaiban Indonesia Barat

Jembatan Akar Berusia 1 Abad di Sumatera Barat

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Kamis, 23 Mar 2017 12:15 WIB
Jembatan Akar Berusia 1 Abad di Sumatera Barat
Foto: Johanes Randy
Painan - Jembatan beton, itu sudah biasa. Di Pesisir Selatan, Sumatera Barat ada keajaiban Indonesia berupa jembatan akar alami yang berumur 100 tahun.

Jembatan itu terletak di Kecamatan Bayang Utara dan bisa ditempuh dengan perjalanan darat selama 30 menit dari ota Painan, Kab Pesisir Selatan. Ketika sampai, traveler akan disambut oleh tulisan selamat datang di kawasan wisata jembakan akar Nagari Puluik-puluik.

Terdapat uang retribusi sebesar Rp 5 ribu per orang. Setelah itu turunlah melewati sejumlah undakan menuju ke tepi Sungai Bayang yang menjadi lokasi dari jembatan akar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah singkatnya, jembatan akar ini berawal dari keinginan masyarakat untuk menghubungkan dua desa yang terpisah sungai. Lalu dibangunlah jembatan bambu yang dililiti akar pohon Beringin disisi-sisi Sungai Bayang.

Namun malah akar itu tumbuh membesar dan dijadikan tumpuan utama karena bambu telah lapuk. Berikut seluk beluk jembatan akar Nagari Puluik-puluik seperti dikumpulkan detikTravel, Kamis (23/3/2017):

1. Jembatan alami berumur 1 abad

Foto: Johanes Randy
Dibutuhkan waktu yang tidak sebentar bagi alam untuk merajut akar-akar Beringin hingga menjadi jembatan seperti saat ini. Menurut buku panduan wisata Pesisir Selatan, jembatan tersebut awalnya dibangun pada tahun 1916 kurang lebih 100 tahun lalu.

Dulu ada seorang tokoh tua cerdik ulama setempat bernama Pakiah Sokan. Derasnya aliran Sungai Bayang membuat beliau berinisiatif untuk membuat jembatan sederhana dari bambu untuk menghubungkan Desa Pulut-pulut dan Desa Lubuk Silau yang terpisah oleh arus sungai.

Namun perlahan, akar dari kedua pohon yang ada mulai menjalar dan melilit di jembatan bambu tersebut. Setelah mengalami proses lama, akhirnya jadilah jembatan akar seperti sekarang.

2. Panjangnya 25 meter

Foto: Johanes Randy
Selain dibentuk oleh alam, jembatan akar juga cukup panjang. Secara teknis, jembatan akar memiliki panjang 25 meter dan lebar 1,5 meter. Tingginya pun mencapai 10 meter dari permukaan aliran sungai.

Melintasi jembatan ini pasti jadi pengalaman seru wisatawan. Sambil melihat aliran sungai di bawahnya, pasti keren banget berfoto di sini.

3. Akar pohon beringin

Foto: Johanes Randy
Akar yang melilit jembatan tersebut hingga menjadi seperti sekarang berasal dari pohon beringin. Entah bagaimana alam menumbuhkan dua pohon beringin yang saling menghadap dan dipisahkan oleh sungai untuk menyatu kembali di kemudian hari.

Di Jawa dan sekitarnya, pohon beringin memang disakralkan oleh banyak orang. Pohon tersebut memiliki waktu hidup yang bisa dibilang lebih dari umur manusia. Semakin tua, akarnya akan menjadi panjang hingga membuat surai layaknya kanopi.

4. Diperkuat dengan besi

Foto: Johanes Randy
Untuk menjaga keberlangsungan jembatan hidup tersebut, pemkab setempat telah menambahkan tali besi. Fungsinya tidak untuk merusak, melainkan untuk melindunginya.

Saat musim hujan, debit air Sungai Bayang bisa naik hingga menyentuh jembatan. Derasnya aliran sungai dikhawatirkan merusak jembatan akar apabila tidak diperkuat tali besi.

Dengan adanya tali besi itu, dapat ditambahkan pijakan kayu agar wisatawan lebih mudah melewatinya. Traveler harus hati-hati agar tidak slip atau terjatuh.

5. Tempat rekreasi populer

Foto: Johanes Randy
Di kalangan wisatawan setempat dan sekitarnya, jembatan akar milik Kabupaten Pesisir Selatan ini sudah menjadi objek wisata populer. Sudah banyak muda-mudi yang diketahui berasal dari Jambi dan sekitarnya sibuk berfoto kekinian di atas jembatan tersebut.

Lebih sore lagi, tampak anak-anak setempat yang datang dan melompat dari atas jembatan akar. Ada juga yang membawa ban dan bersantai di sungai.

6. Kebersihan

Foto: Johanes Randy
Menyoal kebersihan, masih dijumpai sampah bekas plastik shampo hingga kantong plastik yang menjuntai di jembatan. Agaknya sampah itu ditinggalkan oleh wisatawan yang tidak bertanggung jawab.

Padahal sudah ada toilet umum hingga tempat sampah yang disediakan. Tapi nyatanya wisatawan masih kurang dewasa dan masih membuang sampah sembarangan.
Halaman 2 dari 7
Dibutuhkan waktu yang tidak sebentar bagi alam untuk merajut akar-akar Beringin hingga menjadi jembatan seperti saat ini. Menurut buku panduan wisata Pesisir Selatan, jembatan tersebut awalnya dibangun pada tahun 1916 kurang lebih 100 tahun lalu.

Dulu ada seorang tokoh tua cerdik ulama setempat bernama Pakiah Sokan. Derasnya aliran Sungai Bayang membuat beliau berinisiatif untuk membuat jembatan sederhana dari bambu untuk menghubungkan Desa Pulut-pulut dan Desa Lubuk Silau yang terpisah oleh arus sungai.

Namun perlahan, akar dari kedua pohon yang ada mulai menjalar dan melilit di jembatan bambu tersebut. Setelah mengalami proses lama, akhirnya jadilah jembatan akar seperti sekarang.

Selain dibentuk oleh alam, jembatan akar juga cukup panjang. Secara teknis, jembatan akar memiliki panjang 25 meter dan lebar 1,5 meter. Tingginya pun mencapai 10 meter dari permukaan aliran sungai.

Melintasi jembatan ini pasti jadi pengalaman seru wisatawan. Sambil melihat aliran sungai di bawahnya, pasti keren banget berfoto di sini.

Akar yang melilit jembatan tersebut hingga menjadi seperti sekarang berasal dari pohon beringin. Entah bagaimana alam menumbuhkan dua pohon beringin yang saling menghadap dan dipisahkan oleh sungai untuk menyatu kembali di kemudian hari.

Di Jawa dan sekitarnya, pohon beringin memang disakralkan oleh banyak orang. Pohon tersebut memiliki waktu hidup yang bisa dibilang lebih dari umur manusia. Semakin tua, akarnya akan menjadi panjang hingga membuat surai layaknya kanopi.

Untuk menjaga keberlangsungan jembatan hidup tersebut, pemkab setempat telah menambahkan tali besi. Fungsinya tidak untuk merusak, melainkan untuk melindunginya.

Saat musim hujan, debit air Sungai Bayang bisa naik hingga menyentuh jembatan. Derasnya aliran sungai dikhawatirkan merusak jembatan akar apabila tidak diperkuat tali besi.

Dengan adanya tali besi itu, dapat ditambahkan pijakan kayu agar wisatawan lebih mudah melewatinya. Traveler harus hati-hati agar tidak slip atau terjatuh.

Di kalangan wisatawan setempat dan sekitarnya, jembatan akar milik Kabupaten Pesisir Selatan ini sudah menjadi objek wisata populer. Sudah banyak muda-mudi yang diketahui berasal dari Jambi dan sekitarnya sibuk berfoto kekinian di atas jembatan tersebut.

Lebih sore lagi, tampak anak-anak setempat yang datang dan melompat dari atas jembatan akar. Ada juga yang membawa ban dan bersantai di sungai.

Menyoal kebersihan, masih dijumpai sampah bekas plastik shampo hingga kantong plastik yang menjuntai di jembatan. Agaknya sampah itu ditinggalkan oleh wisatawan yang tidak bertanggung jawab.

Padahal sudah ada toilet umum hingga tempat sampah yang disediakan. Tapi nyatanya wisatawan masih kurang dewasa dan masih membuang sampah sembarangan.

(msl/fay)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Keajaiban Indonesia Barat
Keajaiban Indonesia Barat
18 Konten
Negeri kita Indonesia penuh dengan keajaiban. Di sebelah baratnya, begitu banyak destinasi yang di luar imajinasi. Kapan kamu menjelajah ke sana.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads