Ada pantau yang wajib didatangi traveler saat liburan ke Atambua, NTT, namanya Pantai Pasir Putih Atapupu. Rasanya seperti pantai pribadi.
Hanya 6 km dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) RI-Timor Leste di Motaain, ada sebuah pantai yang indah di Desa Kenebibi, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu. Dari pusat Kota Atambua jaraknya 30 km yang ditempuh dengan mobil sekitar 50 menit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pantai ini tepat berada di tepi Jalan Raya Nasional Trans Timor. Jadi aksesnya sangat gampang. Tinggal masuk ke gapura, parkir mobil dan kita bisa langsung menikmati pantainya.
Wisatawan menikmati Pantai Atapupu (Fitraya/detikTravel) Foto: Fitraya Ramadhanny |
Kerumunan hutan bakau di ujung kanan dan kiri menjadi pembatas Pantai Pasir Putih Atapupu. Di balik hutan bakau di sisi barat, ada Pantai Sukaerlaran yang tidak kalah indahnya.
"Jangan terlalu dekat ke hutan bakau ya, pernah ada buaya," kata sopir kami.
Ah, memang tidak usah ke hutan bakau, karena menikmati garis pantai pasir putih ini sudah asyik sekali. Batu karang terkadang menyembut di bibir pantai, jadi hati-hati saja agar tidak terpeleset.
Bebatuan karang di tepi pantai (Fitraya/detikTravel) Foto: Fitraya Ramadhanny |
detikTravel merekomendasikan traveler untuk datang ke Pantai Pasir Putih Atapupu pada sore hari. Pantai Pasir Putih Atapupu adalah pantai yang menghadap ke matahari terbenam.
Kalau beruntung, kita bisa melihat sunset yang cantik jelita. Namun jangan berlama-lama setelah matahari terbenam, karena daerah ini masih sangat sepi dan gelap. Jadi begitu selesai sunset, lebih baik segera kembali ke Kota Atambua sambil berburu wisata kuliner malam.
Simak kisah-kisah lain petualangan ke Atambua di Tapal Batas Detikcom (bnl/bnl)












































Wisatawan menikmati Pantai Atapupu (Fitraya/detikTravel) Foto: Fitraya Ramadhanny
Bebatuan karang di tepi pantai (Fitraya/detikTravel) Foto: Fitraya Ramadhanny
Komentar Terbanyak
Melihat Gejala Turis China Meninggal di Hostel Canggu, Dokter: Bukan Musibah, Ini Tragedi
PB XIV Purbaya Hadiahi Kenaikan Gelar buat Pendukungnya, Tedjowulan Merespons
Makam Ulama Abal-abal di Lamongan Dibongkar, Namanya Terdengar Asing