Masjid Al Athya atau orang lebih mengenal dengan Masjid Merah Panjunan selama ini menjadi salah satu ikon wisata religi Kota Cirebon sebagai kota wali. Masjid yang berada di Panjunan, Lemahwungkuk, Kota Cirebon itu sesuai namanya memiliki keunikan warna yang serba merah.
Meski tak sebesar Masjid Agung Sang Cipta Rasa di depan Keraton Kasepuhan, namun warnanya yang khas membuat bangunan tersebut sangat mencolok. Sekilas melihatnya, traveler mungkin ini menyangka bangunan ala candi hindu atau malah Tionghoa karena warnanya merah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Agama tertua itu Hindu, dan Islam baru masuk belakangan. Ornamen-ornamen yang ada di dalam masjid adalah khas China seperti aneka keramik dan piring-piring ini karena dulunya tempat ini menjadi persinggahan pedagang China," ujar Imam Masjid, Buchori (62), kepada detikTravel, Rabu (7/6/2017).
BACA JUGA: Unik! Masjid Untuk Para Traveler di Bali
Konon, kata Buchori, masjid ini tidak dibuat secara swadaya oleh masyarakat. Melainkan buah karya Pangeran Panjunan yang membuatnya selama satu malam. Pangeran Panjunan sendiri merupakan pria keturunan Timur Tengah yang menjadi salah satu murid Sunan Gunung Jati.
Masuk ke pelataran masjid bisa langsung terlihat tembok yang berhias aneka keramik khas China yang tersusun rapi dan masih terawat. Belasan tiang penyangga berukuran besar pun masih terlihat kokoh menopang atap masjid.
![]() |
Di sisi kanan terdapat sebuah sumur yang konon tidak pernah kering. Hingga saat ini sumur tersebut masih dipergunakan sebagai tempat mengambil air wudhu.
"Kadang ada juga ke sini orang yang sengaja minta air dari sumur itu. Ya biasanya ibu-ibu hamil," katanya.
Di sisi kiri terdapat sebuah makam yang diberi pembatas pagar putih. Dipercaya itu adalah makam dari Pangeran Panjunan. Namun tidak ada keterangan yang bisa memastikan siapa yang dimakamkan di tempat tersebut.
Sementara tepat di bagian depan atau tempat imam terdapat sebuah pintu. Di balik pintu tersebut terdapat sebuah ruangan yang sejak dahulu hanya dibuka saat Idul Fitri dan Idul Adha.
"Mohon maaf tidak bisa dibuka kecuali dua hari itu. Dan yang boleh masuk hanya pengurus masjid saja. Itu sudah tradisi sejak zaman dulu," kata Buchori.
Saat ini masjid tersebut sudah masuk dalam salah satu cagar budaya yang dilindungi pemerintah. Di sekitar masjid mayoritas adalah kawasan kampung Arab dan banyak warga keturunan Timur Tengah. Sehingga cukup banyak penjual oleh-oleh khas Arab di sekitar masjid. (fay/msl)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum