Mengintip Kisah Situs Pengambil Sumpah di Ujung Cirebon

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengintip Kisah Situs Pengambil Sumpah di Ujung Cirebon

Soedirman Wamad - detikTravel
Kamis, 28 Sep 2017 09:50 WIB
Foto: Situs Bale Kabuyutan (Soedirman Wamad/detikTravel)
Cirebon - Cirebon dikenal sebagai pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Benda-benda bersejarahnya pun beberapa juga masih seperti Situs Bale Kabuyutan.

Salah satu situs yang saat ini masih digunakan dan terawat adalah situs Bale Kabuyutan. Situs ini letaknya di ujung timur Provinsi Jawa Barat, yakni Desa Ciledug Wetan, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Situs Bale Kabuyutan bentuknya menyerupai ranjang, namun terbuat dari kayu jati yang saat ini masih kokoh.

Dengan ukuran panjang 5 meter dan lebar 3 meter, situs ini dilengkapi kelambu warna putih. Wangi kemenyan pun selalu menyelimuti ruangan situs tersebut. Sejarawan Cirebon, Opan Safari menceritakan Bale Kambang yang dibangun sekitar tahun 1447 atas instruksi Mbah Kuwu Sangkan alias Pangeran Cakrabuana yang juga merupakan paman dari Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dibangunnya balai itu dengan tujuan agar ketika Mbah Kuwu ke daerah situ bisa beristirahat di bale, kadang dijadikan juga sebagai tempat penerimaan para pejabat di zaman itu," ucap Opan saat dihubungi detikTravel melalui sambungan telepon, Rabu (26/9/2017) kemarin.

Sejalan dengan perkembangannya, Opan mengatakan situs Bale Kabuyutan berubah fungsi menjadi tempat pengambilan sumpah untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Situs Bale Kabuyutan pun juga menjadi pusat pendidikan agama.

"Tapi, setelah Mbah Kuwu wafat banyak orang yang murtad kembali. Memang awalnya untuk dijadikan tempat mengucap dua kalimat syahadat. Sayang banyak yang musyrik, ada yang Islam tapi hatinya tak Islam," jelasnya.

Bale Kabuyutan yang dulunya disalahgunakan sekarang sudah dijaga dengan baik (Soedirman Wamad/detikTravel)Bale Kabuyutan yang dulunya disalahgunakan sekarang sudah dijaga dengan baik (Soedirman Wamad/detikTravel)
Bahkan, Opan mengatakan Bale Kabuyutan beberapa tahun terakhir sempat dijadikan sebagai tempat pengambilan sumpah kembali. Namun bukan sumpah untuk memeluk Islam, tapi sumpah bagi para pelaku kejahatan, seperti mencuri, perselingkuhan, korupsi, dan sebagainya.

"Terakhir yang saya tahu situs ini malah beralih fungsi, sekarang dijadikan tempat sumpah semacam sumpah pocong. Yang mencuri disumpah di situ, atau yang selingkuh," katanya.

Sementara itu, Juru Kunci Bale Kabuyutan, Mudarah juga menceritakan situs tersebut dalam perjalanannya dijadikan sebagai tempat untuk orang mengucap dua kalimat syahadat. Namun, Mudarah juga tak menampik Bale Kebuyutan sempat melenceng dari fungsinya.

"Yang seharusnya untuk orang masuk Islam, malah dijadikan sumpah bagi orang yang berselingkuh, mencuri, atau penipuan. Ini kan salah," katanya saat ditemui di kediamannya di Kampung Kebon Awi Desa Ciledug Wetan, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu (26/9/2017).

Saat ini situs tersebut sudah kembali fungsinya dan dijaga kegunaanya (Soedirman Wamad/detikTravel)Saat ini situs tersebut sudah kembali fungsinya dan dijaga kegunaanya (Soedirman Wamad/detikTravel)
Pasca dirinya diberi mandat untuk menjaga situs itu, segala hal yang dianggapnya melenceng atau tindakan musyrik dilarang untuk dilakukan. Pengambilan sumpah untuk kasus pencurian pun, dikatakan Mudarah tidak diperkenankan. Kini situs Bale Kabuyutan hanya dijadikan sebagai tempat orang berziarah.

"Sekarang kita rubah, sumpahnya untuk insaf. Sesuai dengan fungsinya dulu. Kalau yang ziarah juga banyak, apalagi kalau malam Jumat. Alhamdulilah, sudah tiga tahunan Bale Kabuyutan tidak dijadikan tempat sumpah-sumpahan yang melenceng itu," ucapnya. (aff/aff)

Hide Ads