Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan dikenal sebagai surga para petualang susur gua. Di mana, kabupaten yang luasnya mencapai 1.619 meter persegi ini, terdapat ratusan mulut gua, mulai gua vertikal maupun horizontal.
Menariknya, terdapat ratusan gua yang menyimpan bukti sejarah peninggalan purbakala, yang masih diteliti oleh pakar purbakala lokal maupun dunia hingga kini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya menyimpan bukti peninggalan purbakala, beberapa gua di antaranya memiliki legenda yang kisahnya masih terjaga oleh masyarakat setempat. Salah satunya, leang (sebutan lain gua) Bulu Sipong yang berada di Dusun Tangga parang, Desa Botolempangan, Kecamatan Bontoa.
![]() |
Selain itu, keunikan lainnya terdapat banyak terdapat sisa cangkang kerang laut dan karang, meski gunung ini berjarak kurang lebih 20 km dari pantai.
Untuk sampai ke lokasi ini, kita bisa menempuhnya dengan menggunakan kendaraan mobil atau motor dengan jarak tempuh sekitar satu setengah jam dari kota Maros ke arah utara perbatasan Kabupaten Pangkep.
"Kita juga bisa menempuhnya menggunakan jalur sungai dari sungai Kali Bone, Desa Botolempangan, Kecamatan Bontoa, dengan menggunakan perahu jolloro arau katinting," kata salah seorang penggiat alam Maros, Ilham Lahiya kepada detikTravel, Selasa (26/12/2017).
![]() |
"Kalau kita naik perahu, butuh waktu sekitar 30-40 menit. Sampai dermaga, kita lanjutkan dengan kendaraan darat ke permukiman. Lalu berjalan kaki sejauh 3 km sampai ke kaki gunung Bulu Sipong," lanjut Ilham.
Untuk sampai ke mulut gua pertama, kita harus menanjak selama 10 menit dari kaki gunung. Dari situ, kita sudah bisa langsung masuk ke Gua Bulu Sipong yang memiliki tiga mulut gua yang juga menjadi akses untuk sampai ke puncak gunung.
Di sepanjang jalur tanjakan inilah, mata kita akan terpana dengan berbagai peninggalan sejarah purbakala berupa berbagai lukisan yang menempel di langit-langit gua. Lukisan ini diyakini, sama tuanya dengan lukisan yang telah diteliti oleh ahli purbakala di situs purbakala Leang-leang.
Penjaga situs purbakala Bulu Sipong, Abdul Muin Sirai mengatakan, asal muasal penamaan Bulu Sipong ini dari masyarakat lokal sejak dulu. Bulu Sipong artinya bukit tunggal, lantaran posisi gunung memang tunggal berdiri di tengah hamparan sawah dan terpisah dari gugusan karst.
"Bulu Sipong ini juga memiliki keunikan karena kalau kita lihat dari sisi manapun, bentuknya tetap sama. Makanya bukit ini juga disebut Gunung Patto' barang atau penanda. Ini juga dikarenakan, bukit ini sebagai penanda para pelaut dulunya," terangnya.
Kawasan ini sudah di bawah pengawasan Balai Pelestarian Cagar Budaya. Tepat di kaki gunung, terdapat sebuah rumah tua yang diyakini telah berumur 200 tahun. Rumah ini, kata dia, merupakan peninggalan sejarah zaman kerajaan yang fungsinya sebagai tempat bertemunya cendekiawan dari berbagai tempat.
![]() |
Jika sampai di puncak Bulu Sipong ini, peluh pendakian saat melewati lorong gua yang sempit, akan terbayarkan dengan suguhan pemandangan alam yang memukau. Ada laut, sungai hingga hamparan hijaunya persawahan. (krn/krn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum