Di manakah Bukit Simarsayang itu? Letaknya berada di Sidimpuan. Untuk menuju bukit, kita harus melewati jalan berkelok menuju perbukitan. Wilayah bukit ini masih bagian dari kawasan kota.
Di puncak bukit ini, berdiri gedung Universitas Graha Nusantara. Dari kawasan pusat kota, paling lama hanya ditempuh sekitar 20 menit untuk sampai di puncaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lapar? Di puncak Simarsayang tersedia warung-warung kecil. Warung makanan ini berjejer di lereng perbukitan.
![]() |
"Enak memandang Kota Sidimpuan dari Simarsayang. Pemandangan menjadi indah, rumah-rumah penduduk dan jalur kota terlihat dari atas seperti tak berjarak dari rumah yang satu ke rumah yang lain," kata Elis Masytoh (40) warga Pekanbaru yang menyempatkan liburan di kota Salak itu.
Uniknya lagi, di kawasan kota sekalipun, masih tersisa hamparan sawah. Air yang mengalir dari perbukitan membuat persawahan sebagian masih dipertahankan masyarakat setempat. Walau satu sisi juga, sudah banyak sawah yang disulap menjadi rumah penduduk.
Kota Sidimpuan dulunya merupakan Ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun kini, Sidimpuan menjadi pemerintahan tersendiri yang dipimpin Wali Kota. Ibu Kota Tapsel akhirnya berpindah ke Sipirok.
Lalu, mengapa disebut juga Kota Salak? Ini karena sejak dulu kala, salak salah satu penghasilan primadona masyarakat Tapsel menjual buah salak di kawasan pusat kota.
![]() |
Saking enaknya makan buah salak Sidimpuan ini, sampai ada lirik lagunya dalam bahasa Mandailing. Penggalan syairnya itu adalah, 'Salak Sibakua, dipangan sada, mangido dua' artinya Salak dari Sibakua, dimakan satu minta dua.
Jika traveler ingin membeli oleh-oleh, bisa menjadikan salak menjadi salah satu pilihannya. Bisa dijumpai di kawasan pasar, atau juga para pedagang di pinggir jalan di tiga penjuru pintu masuk dan keluar dari kota itu. Ada jalan masuk dari Bukittinggi Sumbar, jalan ke Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) dan jalan mengarah ke Sibolga.
Di kawasan jalan tersebut, para pedagang salak mudah dijumpai. Setiap salak yang dibeli, nantinya akan dimasukan dalam kantong yang terbuat dari anyaman daun pandan yang disebut sumpit. Bus antar kota dan antar provinsi atau kendaraan pribadi, biasanya akan singgah ke di salah satu warung penjual salak.
Satu sumpit ukuran terkecil harganya bisa Rp 20 ribu, ada ukuran sedang, Rp 35 ribu, ada ukuran besar harga Rp50 ribu per sumpit. Penasaran ingin melihat kotanya dan merasakan salaknya, silakan berkunjung ke Sidimpuan. (bnl/fay)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang