Liburan ke Lampung, Ada Lumba-lumba di Pulau Pisang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Liburan ke Lampung, Ada Lumba-lumba di Pulau Pisang

Mercy Raya - detikTravel
Senin, 16 Apr 2018 07:20 WIB
Lumba-lumba menggemaskan di perairan Pulau Pisang (Mercy Raya/detikTravel)
Pesisir Barat - Liburan ke Lampung harus coba ke Pulau Pisang. Pulau dengan laut cantik ini menawarkan kehidupan lumba-lumba di perairan lepas. Gemas!

Pulau Pisang merupakan kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Pesisir Barat. Sebelumnya, kecamatan ini merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Lampung Barat dan kemudian berubah.

Dengan jumlah penduduk kurang lebih 915 jiwa dari 6 pekon (sebutan desa), Pulau Pisang ternyata tak hanya menawarkan bangunan sejarah zaman Belanda. Di sana juga ada hamparan pasir putih dengan warna laut yang biru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lumba-lumba di perairan Pulau Pisang (Mercy Raya/detikTravel)


Pulau ini juga memberi pengalaman tersendiri bagi wisatawan yang ingin melihat lumba-lumba secara langsung. Beberapa waktu lalu detikTravel berkesempatan datang ke pulau cantik ini dan melihat langsung lumba-lumba berenang dengan bebasnya.

Menuju ke sana, kami harus berangkat menggunakan kapal dari pelabuhan Kuala Stabas. Menurut keterangan nahkoda kapal yang kami tumpangi, Tobari (51), jika ingin melihat lumba-lumba maka perjalanan harus dimulai pukul 06.00 WIB dengan menggunakan kapal dari pelabuhan Kuala Stabas.

Liburan ke Lampung, Ada Lumba-lumba di Pulau PisangUntuk menuju pulau kita harus naik kapal (Mercy Raya/detikTravel)

Sebab, biasanya lumba-lumba bakal muncul di permukaan perairan pada pukul 06.30 WIB sampai 07.00 WIB, bahkan jika beruntung ada yang bisa melihat pukul 09.00 WIB. Soal biaya kapal, jika untuk umum, masing-masing orang dikenakan biaya Rp 40 ribu, untuk perjalan pulang dan pergi.

Sayangnya, kami baru bisa bertolak dari Lamban Yoso Cottage, Krui, pukul 07.00 WIB pagi, menuju ke pelabuhan Kuala Stabas. Benar saja, dalam perjalanan selama 30 menit kami tak melihat satu pun lumba-lumba di permukaan laut.

Pantai pasir putih di Pulau Pisang (Mercy Raya/detikTravel)


"Melihat lumba-lumba ini memang untung-untungan. Tidak semua yang lewat di sini bisa apalagi jika sudah kesiangan. Biasanya, lumba-lumba munculnya pagi-pagi sekali," ujarnya, Sabtu (14/4/2018).

Kami mencoba mengobatinya dengan mengunjungi tempat-tempat yang menjadi menarik seperti pembuatan kain tenun Tapis, yakni satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung. Juga pembuatan serabi.

Pembuatan serabi (Mercy Raya/detikTravel)


Kami juga sempat mengunjungi SD Negeri Pasar Pulau Pisang merupakan salah satu peninggalan Belanda. Berdiri sejak 1890, sekolah tersebut awalnya bernama Sekolah Rakyat. Saat ini sekolah tengah mendidik kurang lebih 100 anak asli Pulau Pisang dari kelas 1 sampai 6 SD.

Dari pantauan detikTravel, sekolah tersebut masih tampak kokoh dengan dinding dari kayu yang masih berdiri sejak sekolah dibangun dengan warna cat abu-abu.

SD Negeri Pasar Pulau Pisang (Mercy Raya/detikTravel)


Habis membedah Pulau Pisang, pukul 10.00 WIB kami memutuskan kembali ke Krui. Sebab, rencana awal Menpora akan membuka seara resmi kejuaraan surfing internasional bertajuk Krui Pro 2018.

Selama perjalanan, kami tak lagi berharap soal lumba-lumba. Sebab, hari sudah siang. Tapi siapa sangka, mamalia itu muncul, dengan jumlah yang tak bisa dihitung. Mereka melompat dekat dengan perahu nelayan yang kebetulan sedang berlayar di tengah laut.

Di kapal dengan kapasitas 15 orang tersebut termasuk nahkoda dan anak buah kapal, kami pun berebut untuk mengabadikan kemolekan lumba-lumba.

Seolah menari, lumba-lumba melompat-lompat bersama kawanannya yang berjumlah banyak. Seketika, ada rasa kepuasan ketika melihat hewan mamalia itu melihat secara langsung di perairan lepas. (mcy/sym)

Hide Ads