Kisah Artefak Kuno, Ritual Adat dan Gunung Samalas di Lombok

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Artefak Kuno, Ritual Adat dan Gunung Samalas di Lombok

Harianto Nukman - detikTravel
Selasa, 02 Okt 2018 09:25 WIB
Foto: Prosesi saat ritual adat Bebubus Batu (Jan/Istimewa)
Lombok Timur - Penemuan artefak kuno di Lombok Timur diduga terkait dengan ritual adat setempat. Artefak ini pun terkait dengan letusan gunung kuno sebelum ada Rinjani.

Warga Desa Sapit, Kecamatan Suwela, Kabupaten Lombok Timur, NTB sudah lama sering menemukan artefak di desa mereka dari masa megalitikum sampai bahan besi dan perunggu. Benda-benda ini terus mereka kumpulkan sampai sekarang.

"Benda dari perunggu masih ada tersimpan rapi. Ada juga batu jenis menhir, punden, dolmen, manik-manik batu, sarkofagus dan arca perunggu kasar," terang Jannatan (32) kepada detikTravel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rupanya, warga punya ritual adat Bebubus Batu. Bebubus Batu semacam tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Batu Pandang, Desa Sapit, Kecamatan Suwela sejak ratusan tahun silam.

Kisah Artefak Kuno, Ritual Adat dan Gunung Samalas di LombokFoto: (Jan/Istimewa)
"Bebubus Batu berasal dari kata Bubus dan Batu. Bubus adalah sejenis ramuan obat yang dibuat dari beras dan berbagai macam jenis dedaunan dan buahan-buahan. Sedangkan batu adalah tempat untuk melakukan ritual yang diyakini sebagai tempat keramat," kata Jannatan menerangkan salah satu ritual adat di desanya.

Ritual Bebubus Batu dipimpin oleh pemangku adat. Warga membawa dulang nare atau wadah kayu yang dihiasi beberapa jenis makanan serta 2 pasang ayam. Ritual Bebubus Batu dilakukan dua kali dalam setahun yaitu saat musim tanam supaya panen melimpah. Yang kedua usai musim panen yang dinamakan ritual Pembadaq Pengkaya atau upacara melaporkan hasil panen kepada Tuhan sebagai rasa syukur.

"Ritul adat Bebubus Batu dilakukan oleh warga Dusun Batu Pandang, Desa Sapit, sejak lima ratusan tahun silam," ujarnya, Jumat (28/9/2018).

Kisah Artefak Kuno, Ritual Adat dan Gunung Samalas di LombokFoto: (Jan/Istimewa)
Pada puncak acara Bebubus Batu, setelah berdoa maka sesajen yang diletakkan di atas batu disebar ke tiga titik tempat yang memiliki Sesampang atau wadah bertiang yang terbuat dari pohon bambu.

Lokasinya ada tengah sawah, dan satu lagi di Batu Pajeng alias Batu Payung, karena bentuknya seperti payung. Batu ini sebenarnya dolmen pada zaman megalitikum untuk tempat penguburan mayat. Itu sebabnya warga desa memiliki kedekatan dengan artefak bebatuan yang kini ditemukan.

Sisi menarik lainnya adalah, artefak kuno megalitikum ini diduga dari sisa letusan Gunung Samalas. Ada juga pengaruh peradaban Suku Sasak, Kerajaan Selaparang, Kerajaan Hindu Karangasem Bali, pengaruh Boda dari Lombok bagian utara dan Islam.

Kisah Artefak Kuno, Ritual Adat dan Gunung Samalas di LombokFoto: (Jan/Istimewa)
Makanya selain artefak megalitikum, ada juga temuan arca-arca abad ke-8. Dua di antaranya terdiri dari arca Dewi Tara dan arca Awalokitaswara. Satunya lagi arca Siwa Mahadewa yang tersimpan di Museum Negeri NTB dan Museum Nasional.

Bukan hanya itu, situs sejarah seperti bangunan kuno seperti Masjid Kuno Langgar Pusaka yang ada di Desa Sapit dibangun pada abad ke-13. Ada juga 3 buah Al Quran tulis tangan, 2 buah materi khutbah yang ditulis dengan bahan daun lontar, 6 buah tombak yang pada masa Wetu Telu dijadikan sebagai tongkat khutbah.

"Sapit adalah tempat pengungsian kerabat Raja Pamatan waktu meletusnya Gunung Samalas, kalau kita lihat dari penggalan dalam Babad Lombok," kata Jan.

BACA JUGA: Warga Lombok Timur Temukan Benda Antik Zaman Megalitikum

Gunung Samalas disebut juga sebagai Gunung Rinjani Purba. Ini adalah salah satu super vulcano di Indonesia yang letusannya menyebabkan banjir, gempa, batu gemuruh dan menghancurkan peradaban. Sisa kerabat raja dan rakyat yang selamat, akhirnya menjadi desa-desa adat di Lombok hari ini.

Dari hasil penelitian ahli gunung berapi dunia mencatat bahwa Gunung Samalas meletus pada tahun 1257. Salah satu sumber yang dijadikan rujukan dari Babad Lombok yang ditulis di daun lontar. Letusan Samalas berdampak luas hingga memicu kelaparan dan kematian massal di Eropa pada 1258, setahun setelah meletusnya Gunung Samalas.



Tonton juga 'Wah, Seru Juga Menikmati Pemandangan Air Gili Sudak Menggunakan Kayak':

[Gambas:Video 20detik]

(krn/krn)

Hide Ads