Senin, 13 Mei 2019 10:20 WIB
DOMESTIC DESTINATIONS
Sasak Sade, Desa Tradisional di Lombok Tengah
Syanti Mustika
detikTravel

Lombok Tengah - Liburan ke Lombok jangan hanya menikmati alam dam lautnya saja. Kenali juga tradisi budaya dan kehidupan Lombok di Desa Sade, desa tradisionalnya Lombok.
Lombok tak hanya punya alam dan laut yang cantik. Di sana juga kaya akan budaya yang masih dijaga sampai sekaran. Kamu dapat melihatnya salah satu tradisi dan budaya di Lombok di Desa Sasak Sade.
Desa Sasak Sade atau Desa Sade berada di wilayah Rembitan, Lombok Tengah. Desa ini hanya berjarak 13 Km atau 25 menit perjalanan dengan mobil dari bandara.
Beberapa waktu lalu detikcom datang ke Lombok dan berkunjung ke Desa Sade. Desa tradisional ini mudah ditemukan karena berada di pinggir jalan utama.
Memasuki desa, pengunjung akan diminta mengisi buku tamu dan dipersilahkan melihat-lihat. detikcom bersama rombongan pun dihampiri oleh Makum, salah satu warga yang berprofesi sebagai guide di Desa Sade.
"Selamat datang di Desa Sade. Desa ini merupakan salah satu desa tradisional di Lombok. Di desa ini terdapat 150 rumah dengan 150 kepala keluarga dengan jumlah kepala 700 orang. Desa ini telah dihuni 15 generasi," ujar Makum kepada kami.
Kami pun di ajak berkeliling oleh Makum. Terlihat rumah dengan atap jerami, berdinding bambu dan berlantai tanah liat berdiri kokoh dan berjejer. inilah rumah tradisional yang masih dipertahankan Desa Sade.
"Seluruh rumah di sini beratap jerami, berdinding bambu dan lantainya dari tembok yang terbuat dari tanah liat. Seperti inilah rumah kami, sama juga seperti rumah modern pada umumnya, ada dapur, kamar, dan ruang tamu juga," jelas Makum.
Dan yang unik lagi dari rumah Desa Sade adalah warga menggunakan kotoran sapi untuk mempercantik alias menguatkan lantai. Jadi fungsi kotoran sapi sebagai perekat supaya lantai tidak keropos.
"Sekali dua bulan kami mengepel lantai dengan kotoran sapi. Hal ini dliakukan supaya lantai tetap merekat dan semakin bagus. Kan lantainya dari tanah liat, jadi kotoran sapi ini sebagai perekatnya," jelasnya,
Jika traveler berkeliling desa ini, terlihat beberapa wanita menawarkan dagangannya berupa kain tenun serta aksesoris dari benang seperti gelang dan kalung. Makum pun mengungkapkan bahwa menenun adalah tradisi wajib yang harus dikuasai oleh perempuan Sade.
"Perempuan Desa Sade harus bisa menenun dan wajib bisa. Mereka bahkan baru boleh nikah jika sudah bisa menenun. Di sini juga ada yang mengelola buah kopi untuk dijual" tambahnya.
Makum juga mengungkapkan bahwa mata pencarian di desa ini, laki-laki bertani sedangkan perempuan menenun. Nanti hasil tenunan mereka akan dijual ke pasar atau kepada wisatawan. Dan sampingan mereka adalah menjadi guide para turis.
BACA JUGA: Lombok Rasa Eropa
Saat berkeliling, detikcom pun diperlihatkan beragam hasil tenunan dan juga demonstrasi menenun. Juga diperlihatkan seperti apa keseharian warga Desa Sade dan kita pun keliling desa.
Di Desa Sade, seluruh warganya memeluk agama Islam. Di sana terdapat masjid dan juga ada guru ngajinya.
"Allhamdulilah 100 persen warga Desa Sade beragama Islam,"
Bagaimana dengan anak-anak Desa Sade? Apakah kegiatan harian mereka?
"Sekarang anak-anak Desa Sade sudah bersekolah. Jarak sekolah ke rumah mereka tidaklah terlalu jauh. Pulang sekolah mereka nanti akan bantu-bantu di rumah atau di ladang," kata Makum.
Makum pun menjelaskan bahwa Desa Sasak Sadeyang yang di Rembitan adalah desa pusat. Karena di luar sana juga ada Desa Sasak, namun sudah modern.
"Di sini adalah desa induknya, alias desa pusat. Di luar sana ada 9 desa lagi namun sudah modern dan berkembang. Contohnya rumah mereka sudah menggunakan rumah bata. Tidak seperti di sini yang masih tradisional," jelasnya.
Perlu traveler ketahui, Desa Sade punya tradisi pernikahan tidak biasa yaitu kawin culik. Mereka sampai sekarang masih mempertahankan tradisi ini.
"Kami punya tradisi kawin culik dan sampai sekarang masih kami lakukan. Tidak ada lamaran, tunangan atau meminang di sini karena itu dianggap melanggar adat. Jika suka sama suka, nanti laki-laki akan menculik si perempuan dan membawanya lari. Setelah itu barulah laki-laki ini minta restu ke pihak perempuan," jelas Makum.
Jika traveler datang ke Lombok, singgahlah ke Desa Sasak Sade ini. Jika mau oleh-oleh bisa juga membeli kain tenun di sini.
(sym/aff)
Lombok tak hanya punya alam dan laut yang cantik. Di sana juga kaya akan budaya yang masih dijaga sampai sekaran. Kamu dapat melihatnya salah satu tradisi dan budaya di Lombok di Desa Sasak Sade.
Desa Sasak Sade atau Desa Sade berada di wilayah Rembitan, Lombok Tengah. Desa ini hanya berjarak 13 Km atau 25 menit perjalanan dengan mobil dari bandara.
Beberapa waktu lalu detikcom datang ke Lombok dan berkunjung ke Desa Sade. Desa tradisional ini mudah ditemukan karena berada di pinggir jalan utama.
![]() |
Memasuki desa, pengunjung akan diminta mengisi buku tamu dan dipersilahkan melihat-lihat. detikcom bersama rombongan pun dihampiri oleh Makum, salah satu warga yang berprofesi sebagai guide di Desa Sade.
"Selamat datang di Desa Sade. Desa ini merupakan salah satu desa tradisional di Lombok. Di desa ini terdapat 150 rumah dengan 150 kepala keluarga dengan jumlah kepala 700 orang. Desa ini telah dihuni 15 generasi," ujar Makum kepada kami.
Kami pun di ajak berkeliling oleh Makum. Terlihat rumah dengan atap jerami, berdinding bambu dan berlantai tanah liat berdiri kokoh dan berjejer. inilah rumah tradisional yang masih dipertahankan Desa Sade.
"Seluruh rumah di sini beratap jerami, berdinding bambu dan lantainya dari tembok yang terbuat dari tanah liat. Seperti inilah rumah kami, sama juga seperti rumah modern pada umumnya, ada dapur, kamar, dan ruang tamu juga," jelas Makum.
![]() |
Dan yang unik lagi dari rumah Desa Sade adalah warga menggunakan kotoran sapi untuk mempercantik alias menguatkan lantai. Jadi fungsi kotoran sapi sebagai perekat supaya lantai tidak keropos.
"Sekali dua bulan kami mengepel lantai dengan kotoran sapi. Hal ini dliakukan supaya lantai tetap merekat dan semakin bagus. Kan lantainya dari tanah liat, jadi kotoran sapi ini sebagai perekatnya," jelasnya,
Jika traveler berkeliling desa ini, terlihat beberapa wanita menawarkan dagangannya berupa kain tenun serta aksesoris dari benang seperti gelang dan kalung. Makum pun mengungkapkan bahwa menenun adalah tradisi wajib yang harus dikuasai oleh perempuan Sade.
"Perempuan Desa Sade harus bisa menenun dan wajib bisa. Mereka bahkan baru boleh nikah jika sudah bisa menenun. Di sini juga ada yang mengelola buah kopi untuk dijual" tambahnya.
|
BACA JUGA: Lombok Rasa Eropa
Saat berkeliling, detikcom pun diperlihatkan beragam hasil tenunan dan juga demonstrasi menenun. Juga diperlihatkan seperti apa keseharian warga Desa Sade dan kita pun keliling desa.
Di Desa Sade, seluruh warganya memeluk agama Islam. Di sana terdapat masjid dan juga ada guru ngajinya.
"Allhamdulilah 100 persen warga Desa Sade beragama Islam,"
Bagaimana dengan anak-anak Desa Sade? Apakah kegiatan harian mereka?
"Sekarang anak-anak Desa Sade sudah bersekolah. Jarak sekolah ke rumah mereka tidaklah terlalu jauh. Pulang sekolah mereka nanti akan bantu-bantu di rumah atau di ladang," kata Makum.
Makum pun menjelaskan bahwa Desa Sasak Sadeyang yang di Rembitan adalah desa pusat. Karena di luar sana juga ada Desa Sasak, namun sudah modern.
"Di sini adalah desa induknya, alias desa pusat. Di luar sana ada 9 desa lagi namun sudah modern dan berkembang. Contohnya rumah mereka sudah menggunakan rumah bata. Tidak seperti di sini yang masih tradisional," jelasnya.
![]() |
Perlu traveler ketahui, Desa Sade punya tradisi pernikahan tidak biasa yaitu kawin culik. Mereka sampai sekarang masih mempertahankan tradisi ini.
"Kami punya tradisi kawin culik dan sampai sekarang masih kami lakukan. Tidak ada lamaran, tunangan atau meminang di sini karena itu dianggap melanggar adat. Jika suka sama suka, nanti laki-laki akan menculik si perempuan dan membawanya lari. Setelah itu barulah laki-laki ini minta restu ke pihak perempuan," jelas Makum.
Jika traveler datang ke Lombok, singgahlah ke Desa Sasak Sade ini. Jika mau oleh-oleh bisa juga membeli kain tenun di sini.
(sym/aff)