Koteka dari Papua, Tapi Tak Semua Orang Papua Pakai Koteka

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Koteka Terancam Punah

Koteka dari Papua, Tapi Tak Semua Orang Papua Pakai Koteka

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Jumat, 02 Agu 2019 08:40 WIB
Pembuatan koteka (Husni Mubarak Zainal/d'Traveler)
Jakarta - Koteka merupakan pakaian tradisional Papua yang terancam punah. Namun ternyata, koteka punya banyak cerita.

Koteka kini jadi barang mahal yang bisa ditemui wisatawan jika ke Kepulauan Papua. Perubahan mengajari hal baru yang lebih baik, yakni pakaian modern.

Terlepas dari itu, tak semua orang papua mengenakan koteka yang terbuat dari labu. Karena satu dan lain hal, mereka menggantinya menggunakan bahan yang lain untuk menutupi alat kelaminnya, salah satu contohnya kulit kayu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam budayanya suku-suku pesisir Papua, baik di pesisir utara, pesisir selatan, pesisir Kepala Burung atau suku-suku yang tinggal di pulau lepas pantai Papua, mereka tidak mengenakan koteka tetapi mereka mengenakan kulit kayu," kata Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, Jumat (2/8/2019).

Lalu ada Suku Marind yang mendiami Merauke sampai pesisir selatan Papua Nugini. Ada satu hal yang menarik tentang suku ini.

Kotekanya berbeda dengan yang mungkin sudah kamu tahu. Berbeda di Suku Marind, kotekanya terbuat dari tempurung kelapa dikarenakan sulit mencari labu di wilayah pesisir.

"Biasanya koteka yang dipakai orang-orang di Wamena itu dari labu dan panjang-panjang toh. Itu berbeda dengan suku Marind yang terbuat dari tempurung kelapa. Ya, tempurung kelapa akan menutupi (maaf) alat kelaminnya. Sebab, sulit cari labu di wilayah pesisir,"ujar Kepala Bidang Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Merauke, Kansius Paulus beberapa waktu lalu.

Koteka dari Papua, Tapi Tak Semua Orang Papua Pakai KotekaBahan membuat koteka (Johanes Randy/detikcom)



Mari kita mengenal koteka

Pertama dari Suku Dani di Lembah Baliem. Mereka membuat koteka dari buah labu (Melongena SP).

Tanaman labu ini ditanam di kebun atau pekarangan honai. Hanya laki-laki saja yang boleh menanam labu ini, merawat hingga memanennya.

Tanaman labu ini tumbuh organik, dibiarkan merambat pada sandaran terbuat dari kayu setinggi satu hingga tiga meter sebagai penopang. Tidak hanya itu, kadang koteka juga dibuat dari buah labu yang tumbuh liar.

Cara membuat koteka yaitu buah labu yang sudah tua dipotong pada bagian ujung, kemudian dikeluarkan isinya. Untuk memudahkan mengeluarkan isi, maka buah labu dibakar sebentar dalam perapian.

Setelah itu, buah labu yang sudah bersih dari isi, dikeringkan di atas perapian. Pada bagian ujung labu yang sudah kering ini dilubangi menggunakan tulang kuskus atau tulang babi yang tajam. Lubang ini untuk tali pengikat pinggang.

BACA JUGA: Koteka Rupanya Tak Sekadar Pembungkus Alat Kelamin Pria

Secara tradisional, suku-suku di Papua yang mengenakan koteka yaitu Suku Dani, Suku Lani, Suku Yali, Suku Mee dan Suku Amungme. Suku Dani menyebut koteka dengan istilah holim. Suku Mee menyebutnya bobee, Suku Amungme menyebutnya sanok.

Saat ini koteka hanya dipakai pada saat Festival Budaya Lembah Baliem, atraksi kunjungan turis atau pada acara adat lainnya. Untuk kehidupan sehari-hari mereka sudah mengenakan pakaian modern.


(msl/aff)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Koteka Terancam Punah
Koteka Terancam Punah
12 Konten
Koteka adalah aksesoris tradisional khas Papua. Namun sayang, koteka kini terancam punah. Koteka semakin kehilangan fungsi budayanya dan bisa-bisa hanya sebatas barang suvenir saja.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads