Saat berkunjung ke Krayan dan bertanya ke warga tentang tempat wisata atau tempat cantik menikmati pemandangan, mereka akan menyarankan ke Gunung Yuvei Semaring. Itulah yang dialami detikcom. Setiap warga yang kami temui menyarankan ke sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita punya Bukit Yuvei Semaring yang erat kaitannya dengan legenda orang Dayak. Ia adalah orang suku Dayak Lundayeh yang selalu dituturkan dalam kisah rakyat secara turun temurun dimana Yuvai Semaring dianggap manusia yang mencapai tingkat kesaktiannya dan menjadi manusia setengah dewa dalam kepercayaan animisme," ujar Helmi.
Bukit Yuvei Semaring lokasinya tidaklah jauh dari bandara Krayan yang juga memiliki nama yang sama, yaitu Bandara Yuvei Semaring. Bukit yang memiiliki ketinggian sekitar 1100 mdpl itu terlihat jelas dari bandara.
"Dari puncak Yuvei Semaring kita bisa melihat semuanya. Setiap turis yang datang dan masuk ke Krayan selalu kita bawa ke bukit ini. Kalau cuaca bagus, kamu bisa menikmati sunrise saat naik ke puncak subuh hari. Saat sore hari sekitar pukul 5 sore kita juga dapat sunset," tambahnya.
detikcom pun mencoba mendaki gunung kebanggaan warga Krayan ini. Kami berangkat subuh-subuh dari penginapan di Long Bawan dengan harapan bisa mendapatkan suasana sunrise.
Titik awal untuk naik ke bukit tidaklah jauh dari bandara, mungkin sekitar 10 menit saja berkendara. Di jalur awal kamu akan menaiki anak tangga yang dibuat warga setinggi 300 meter. Setelah itu kamu akan melewati jalanan setapak hingga ke puncak.
Menurut detikcom jalur pendakian di Yuvei Semaring relatif tidak berat-berat amat. Bukan apa-apa, saya yang sebelumnya tidak pernah mendaki gunung pun tetap bisa melakukannya dengan sukses.
Untuk sampai ke puncak, saya membutuhkan waktu 30 menitan dengan beberapa kali berhenti untuk istirahat. Sedangkan guide yang menemani saya hanya butuh waktu 15 menit saja karena dia sanggup lari hingga ke puncak. Wow!
Baca juga: Garam di Krayan dari Gunung, Bukan dari Laut |
Angin pagi saat itu cukup dingin, namun tak mengalahkan semangat saya untuk melihat sunrise dari puncak gunung. Dengan nafas tak beraturan, akhirnya saya sampai juga di puncak. Pertandanya di puncak adalah adanya tiang bendera tegak dengan gagah.
Belum terlihat apa-apa, hanya hamparan kabut dan awan menutupi seluruh kawasan Krayan dan pegunungan yang mengelilinginya.
Udara begitu segar, saya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan bernafas dengan udara ini. Saya hiruplah nafas ini dalam-dalam. Tak lama kemudian, yang ditunggu pun akhirnya muncul, Sang Matahari!
Ahh, sangat dramatis pagi ini dapat menyambut Sang Mentari di pedalaman Kalimantan. Muncul dibalik kabut dan gumpalan awan yang semula putih langsung berubah merah dan kuning keemasan. Indah!
Perlahan-lahan awan dan kabut mulai menipis. Dari kejauhan tersingkaplah puncak-puncak pegunungan yang melingkari Krayan. Perlahan puncak pepohonan hijau terlihat. Yang tadi semula putih, berubah menjadi hijau.
Dari atas terlihat jejeran rumah yang tersebar di Krayan Induk. Jalan-jalan yang masih kuning karena belum di aspal begitu mentereng berpadu dengan hamparan lahan hijau di bawah sana.
Setelah puas memandang dan menikmati keindahan alam dari puncak Yuvei Semaring, saya pun perlahan turun. Pepohonan yang tadi tertutup kabut mulai terlihat dan mengiringi langkah saya turun dan pulang.
(sym/krs)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum