Stasiun Tanjung Priok merupakan stasiun yang berada di Jakarta Utara, dekat dengan Pelabuhan Priok. Bangunan stasiun begitu mencolok dengan warnanya yang putih dan arsitekturnya yang menarik mata. Nuansa Belanda zaman old tak terbantahkan menjadi salah satu daya tariknya.
"Bangunan stasiun bergaya art deco yang ciri khasnya berbentuk kotak dan geometri. Dan yang menonjol adalah tidak ada atap seperti bangunan lain," ungkap Reynold Parulian Napitupulu, Assistant Manager Documentation, Education, and Promotion KAI saat ditemui detikcom di Stasiun Tanjung Priok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Terdapat pula papan yang menceritakan sejarah berdirinya Stasiuun Tanjung Priok. Disebutkan di sana Stasiun Tanjung Priok dahulunya dibangun tepat berada di atas dermaga Pelabuhan Tanjung Priok dan diresmikan pada 2 November 1885.
Tertulis bahwa aktivitas di Stasiun Tanjung Priok sepanjang abad ke 19-20 terus meningkat. Area pelabuhan pun diperluas dan stasiun pun digusur. Sebagai gantinya pada tahun 1914 di sebelah Halte Sungai Lagoa dibangun stasiun baru oleh Staatsspoorwegen, perusahaan kereta api Negara Hindia Belanda. Bangunan ini dirancang oleh Ir C.W.Koch Hoofdingernieur SS.
Peresmian Stasiun Tanjung Priok penggunaanya tepat pada ulang tahun ke-50 Staatsspoorwegen, tanggal 6 April 1925 dan bersamaan dengan peluncuran pertama kereta listrik rute Tanjung Priok-Jatinegra. Disebutkan juga bahwa Stasiun Tanjung Priok memiliki gaya arsitektur art deco dengan desain geometri pada bangunan serta model atap lengkung berbahan baja di bagian atap peron.
Stasiun Tanjung Priok sempat tidak dioperasikan sejak Juni 1999 dan baru diaktifkan kembali pada 13 April 2009. Selain melayani keberangkatan dan kedatangan Kereta Api Angkutan Barang, stasiun juga melayani KRL dan kereta lokal.
Tak sekedar stasiun yang melayani penumpang, sebagai cagar budaya banyak bagian-bagian ruangan yang dahulunya berfungsi penting. Dahulunya, ada bunker, dapur, bar, ruang dansa, penginapan, dan perkantoran di stasiun.
"Berdasarkan data lama yang kami miliki, Stasiun Tanjung Priok memiliki pembagian ruang berdasarkan fungsinya antaranya hall, ruang tunggu yang dibedakan berdasarkan kelas penumpang (pribumi dan bangsawan). Juga ada toilet yang dibedakan berdasarkan gender, restoran, dapur dan tempat penyimpanan dan pengambilan bagasi. Juga ada ruang operasional pegawai kereta seperti ruang kondektur, ruang telegraf dan ruang petugas," jelas Reynold.
detikcom diajak masuk ke bagian yang dulunya dijadikan ruang tunggu untuk pribumi yang bangsawan dan orang Belanda. Di sana terdapat sebuah meja bar melingkar.
"Ini dulunya meja bar yang terhubung dengan dapur di belakangnya. Dan ruangan ini adalah restoran dengan meja-meja dahulunya," jelas Reynold sembari menuju ke ruangan yang berfungsi sebagai restoran.
detikcom pun dibuat kagum dengan kondisi bangunan yang masih kokoh dan bagus. kayu-kayu yang menempel pada tiang masih terlihat kokoh dan sudah ada dari dulu.
Kami pun menuju ke arah dapur, dan terlihat bekas lemari. Berjalan lagi ke arah belakang, kami melihat ada tangga yang menuju ke bunker bawah tanah.
Jalan terus ke belakang, kami pun masuk ke dalam bagian toilet laki-laki. Pispot yang digunakan pada zaman Belanda pun masih menempel di dinding toilet. Namun sekarang toilet tidak berfungsi lagi dan beralih fungsi sebagai gudang peralatan OB stasiun.
Kami pun juga berkesempatan masuk ke dalam salah satu dari tiga bunker yang dimiliki stasiun. Bunker ini sangat gelap dan licin karena rembesan air hujan.
"Bunker ini dulunya digunakan sebagai gudang penyimpan barang. Di sana terdapat semacam lift barang yang terhubung dengan lantai-lantai bangunan," kata Reynold.
Setelah berkunjung ke bunker kami pun diajak melihat-lihat stasiun lebih dalam lagi. Bagian pintu masuk ke dalam ruang tunggu ternyata unik. Kayu tebal berwarna kecoklatan dengan kaca kekuningan di atasnya.
Kami pun pindah ke ruang tunfgu yang digunakan oleh pribumi dahulunya. Namun sayang sekali kami tidak bisa menelusuri lebih karena terkunci.
"Kalau dari ukuran ruangan dan bentuknya, tidak ada beda perbedaan ukuran ruang tunggu ningrat dengan pribumi, karena pengaruh desain art deco tadi yang geometris," ujar Reynold.
"Ruang perkantoran kereta yang sekarang, dulunya juga berfungsi sebagai ruang kantor. Dulunya di sini juga ada penginapan, namun sekarang tidak ada lagi," lanjutnya.
Bagian selanjutnya yang tidak kalah menarik adalah atap melengkung yang menutupi peron kereta. Seringkali atap melengkung ini menjadi sasaran foto pada pemburu foto instagramble.
detikcom pun mencoba berfoto dengan latar atap melengkung dan hasilnya memang bagus untuk di Instagram.
"Ini adalah salah satu keunikan dari Stasiun Tanjung Priok, yaitu overkaping atau atap peron. Bagian atapnya ini mirip dengan Stasiun Central Amsterdam di belanda. Dan bagian atap ini panjangnya sekitar 300 meter," tutup Reynold.
(sym/krs)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol