Nostalgia Masa Kecil, Balapan Seru Naik Mobil-mobilan Kayu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Nostalgia Masa Kecil, Balapan Seru Naik Mobil-mobilan Kayu

Yudha Maulana - detikTravel
Sabtu, 23 Nov 2019 09:33 WIB
Main balapan kadaplak di Cimahi (Yudha Maulana/detikcom)
Cimahi - Waktu kecil pernah main balapan naik mobil-mobilan dari kayu? Nah, kini traveler bisa bernostalgia dengan permainan seru ini di Cimahi.

Masyarakat Kampung Batuloceng, Desa Suntenjaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) punya permainan lawas yang selaras dengan alam, namanya kadaplak.

Aturan main kadaplak sangat sederhana, pemain menaiki mobil seukuran gokar yang dirakit dari kayu, lalu meluncur menuruni trek curam sepanjang 100 meter di lereng Bukit Tunggul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Perlu nyali ekstra untuk bisa jadi pebalap kadaplak, sebab pemain meluncur tanpa rem dan setir. Untuk melambatkan laju, pemain hanya mengandalkan kaki dan menyeimbangkan badan agar tak jatuh.

Tak jarang, para pebalap dadakan itu terjungkal dari mobil kadaplaknya saat menemui tikungan atau undakan. Kendati begitu, semuanya larut dalam keriaan meski ada lecet dan berselimutkan debu.
Nostalgia Masa Kecil, Balapan Naik Mobil-mobilan Kayu yang SeruFoto: Mencoba main kadaplak (Yudha Maulana/detikcom)

Walau tampak ekstrem, permainan tradisional ini tak hanya didominasi oleh kaum Adam. Remaja bahkan emak-emak pun, berani menjajal kadaplak meski dipacu lebih perlahan.

Karena mengalami benturan demi benturan, tak jarang jika bagian tubuh kadaplak ini rusak. Namun, tak perlu khawatir karena ada 'montir' siaga yang membawa peralatan seperti palu, paku dan tali temali.

Saat ditemui detikcom, Kamis (21/11/2019), Gunawan Azhari, salah seorang penggagas kadaplak di Suntenjaya, mengatakan, meski hanya tampak mengejar kesenangan semata. Permainan ini punya nilai sejarah yang dalam.

Nostalgia Masa Kecil, Balapan Naik Mobil-mobilan Kayu yang SeruSeru banget! (Yudha Maulana/detikcom)

Dulu warga Kampung Batuloceng merupakan warga hasil relokasi pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1907. Sebelumnya, warga tinggal di daerah aliran sungai (DAS) Cikapundung.

Warga ketika itu, ujar Gunawan, menanam tembakau untuk keperluan Hindia Belanda. "Nah, alat untuk menurunkan hasil panen kebun dan tembakau itu, menggunakan kereta kayu atau yang kita sebut kadaplak," katanya.


Gunawan mengaku, tidak ada catatan pasti mengenai kapan warga mulai menggunakan kereta kayu untuk menurunkan hasil panen. Perkiraannya, kereta kayu itu sudah digunakan sejak tahun 1930.

"Dari tahun 1930 hingga 1990 masih digunakan, baru dari 1990 hingga 10 tahun terakhir mulai meredup. Seiring dengan makin mudahnya warga memiliki kendaraan bermotor," katanya.

Nostalgia Masa Kecil, Balapan Naik Mobil-mobilan Kayu yang SeruAnak kecil juga bisa main (Yudha Maulana/detikcom)

Permainan ini, kata Gunawan, baru dihidupkan kembali sekitar tahun 2013 di Batuloceng. Helarannya kerap dibarengi dengan perayaan hari besar seperti HUT RI atau penanda masa panen.

"Jadi kalau lagi panen, siang atau sorenya diisi dengan kadaplak," katanya.

Menurutnya, kereta kayu di wilayah lain disebut seperti Sumedang disebut 'lelegean' atau di Pangalengan disebut 'rel-relan'. Penamaan kadaplak didasari atas nama serangga air 'kadaplak' (Gerris lacustris) yang memiliki bentuk badan yang pipih.

"Hewan itu biasanya ada di sawah dan identik dengan air dan lumpur. Oleh karena itu, kita coba kenalkan kembali, karena anak sekarang mungkin tahu apa itu engkang-engkang," katanya.





(wsw/wsw)

Hide Ads