Maknai Kenaikan Isa Almasih Lewat 5 Gereja Bersejarah Ini

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Maknai Kenaikan Isa Almasih Lewat 5 Gereja Bersejarah Ini

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Kamis, 21 Mei 2020 16:15 WIB
Suasana Misa Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Selasa (24/12/2019). Perayaan Natal pada tahun ini bertema hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.
Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Jakarta -

Hari Kamis ini dimaknai sebagai Kenaikan Isa Almasih atau Yesus Kristus. Ayo kita maknai lewat tur virtual ke 5 gereja bersejarah Jakarta ini.

21 Mei diperingati oleh umat Nasrani untuk memperingati kenaikan Yesus ke surga, tepat 40 hari setelah Hari Raya Paskah. Memaknai hari ini, Wisata Kreatif Jakarta pun melangsungkan Tur Jelajah Gereja secara virtual, Kamis (21/5/2020).

Dipandu oleh guide berlisensi, Ira Lathief, detikcom pun mengikuti perjalanan secara virtual ke 5 gereja Jakarta yang sarat sejarah. Berikut di antaranya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Gereja GPIB Immanuel

Gereja Immanuel berbebah jelang perayaan Natal 2019. Lantai hingga kaca dibersihkan.Gereja Immanuel (Rifkianto Nugroho/detikcom)

Pertama ada GPIB Immanuel, gereja Kristen Protestan yang berlokasi tak jauh dari Pejambon di Jakarta Pusat. Dibangun tahun 1835, gereja yang memiliki kubah bergaya neo classic ini begitu populer di zaman Belanda dulu.

"Awalnya sebagai gereja para elite atau petinggi Belanda. Dulu orang biasa gak bisa gereja di sini," ujar Ira.

ADVERTISEMENT

Secara tampilan, GPIB Immanuel memang begitu megah dan tak ubahnya dengan bangunan seperti istana atau pusat pemerintahan. Saking megahnya, gereja ini sempat jadi lokasi syuting sejumlah film kenamaan.

"Jadi gereja ini sempat masuk film Warkop yang judulnya IQ Jongkok, pas adegan Dono mimpi ala Royal Wedding dan Ayat-ayat Cinta," ujar Ira.

Selain bentuknya yang megah dan unik, GPIB Immanuel juga menyimpan alat musik Orgel yang merupakan salah satu tertua di Indonesia. Suaranya pun disebut menandingi satu orkestra.

2. Gereja Katedral Jakarta

Bergeser ke Lapangan Banteng, ada Gereja Katedral Jakarta yang diresmikan tahun 1901. Punya gaya Neo-klasik bak gereja di Eropa, Katedral kerap menjadi simbol toleransi.

"Arsiteknya orang Belanda, mandornya Chinese, kulinya orang pribumi, Dibangun oleh banyak bangsa," ujar Ira.

Suasana Misa Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Selasa (24/12/2019). Perayaan Natal pada tahun ini bertema hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.Suasana Misa Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Selasa (24/12/2019). Perayaan Natal pada tahun ini bertema hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Berdiri berdampingan dengan Masjid Istiqlal, traveler juga bisa menemukan sejumlah hal terkait toleransi di dalam Gereja Katedral. Misalnya saja simbol burung Garuda berukuran besar yang ada di dalamnya.

"Ada patung garuda yang besar, tapi gak di setiap gereja ada. Cuma simbol-simbol saja," ujar Ira.

Di hari agama besar seperti Lebaran, tak jarang Gereja Katedral membuka pintunya bagi tempat parkir saudara muslim yang ingin ibadah di Istiqlal hingga menghadirkan acara buka bareng.

3. Gereja Santa Maria de Fatima

Apabila Gereja Katedral Jakarta lekat dengan nuansa Eropa, maka Gereja Santa Maria de Fatima di Glodok sarat dengan nuansa Tionghoa. Dibangun di bekas rumah Kapitan Tionghoa, gereja ini jadi bentuk akulturasi antar kedua budaya.

"Dulunya adalah rumah kapitan China di Glodok, dibeli pastoran untuk menyebarkan agama Katolik di kawasan itu. Untuk mengambil hati, dipertahankan unsur tionghoanya," jelas Ira.

Gereja Santa Maria de Fatima GlodokGereja Santa Maria de Fatima Glodok (Shinta Angriyana/detikTravel)

Apabila melihat sekilas dari luar, masjid yang satu ini mungkin tak ubahnya dengan Kelenteng. Nuansa serba merah hingga sepasang patung liong juga menghiasi eksterior gereja ini.

Menariknya, gereja yang terinspirasi dari Santa Maria di Fatima ini juga menyelenggarakan misa Minggu dalam bahasa Mandarin. Menarik sekali ya.

4. Gereja GPIB Sion

Pindah ke kawasan Kota Tua, tepatnya di Jalan Pangeran Jayakarta, ada Gereja GPIB Sion atau yang dahulu disebut Gereja Portugis. Konon, gereja ini merupakan yang tertua di Jakarta dan Indonesia.

"Gereja tertua di Indonesia, Gereja Portugis. Umurnya 327 tahun, ini adalah cagar budaya kelas A dan nomor 1 di Indonesia," ujar Ira.

Sejak berdiri dahulu sampai sekarang, Gereja GPIB Sion disebut masih sangat otentik. Fungsi awalnya sebagai rumah ibadah pun masih dilangsungkan hingga saat ini.

Gereja SionGereja Sion (Haris Fadhil/detikcom)

Menariknya, ada ciri khas yang membuatnya identik dengan gereja tua di Indonesia. hal itu tampak dari keberadaan makam salah satu pemimpin Hindia Belanda dan lonceng yang berada di bagian luar.

Selain itu, gereja ini juga menyimpan Orgel yang disebut lebih tua dari di GPIB Immanuel di Gambir. Orgel itu pun masih dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

5. Gereja Tugu

Terakhir, ada Gereja Tugu di kawasan Semper, Jakarta Utara. Berlokasi di pemukiman Betawi Kristen, gereja ini juga menjadi bukti perjalanan panjang keturunan Portugis yang dibawa sebagai budak ke Jakarta.

Para bekas tawanan perang atau budak belian dibebaskan (dimerdekakan) dengan syarat bersedia pindah dari Gereja Katolik masuk ke Protestan. Oleh karena itu mereka dikenal sebagai kaum Mardijker. Beberapa lagu serta tarian dari Tugu serupa dengan apa yang terdapat pada masyarakat Kampung Portugis di Malaka

Penampakan Gereja Tugu di Kampung Tugu, Jakarta UtaraPenampakan Gereja Tugu di Kampung Tugu, Jakarta Utara (Melissa Bonauli/detikcom)

Gereja Tugu pun menjadi saksi dari akulturasi budaya para keturunan Portugis dengan warga Betawi setempat. Malah, warga Betawi setempat juga melindungi para keturunan Portugis dan menganggapnya sebagai saudara.

"Peristiwa Gedoran (perusakan dan perampasan rumah yang berafiliasi dengan Belanda), tapi saat itu dihalangi jawara setempat. Haji Maksum melindungi oramg-orang Tugu ini dari peristiwa Gedoran. Mereka orang Betawi, tapi Kristen," ujar Ira.

Selain jadi simbol toleransi dan akulturasi budaya, Gereja Tugu juga sarat sejarah. Hal itu dapat dilihat dari adanya makam kuno dan lonceng di bagian luar gereja.

Itulah beberapa gereja bersejarah di Jakarta. Di Hari Kenaikan Isa Almasih ini, kita bisa memaknai kisah panjang perjalanan gereja di Jakarta. Hanya dari rumah saja ya. Semoga kondisi lekas membaik dan umat Nasrani dapat beribadah kembali seperti sediakala.




(rdy/rdy)

Hide Ads