Awal penemuan batu satam yakni pada tahun 1973 di kecamatan Kelapa Kampit, Belitung Timur. Inilah suvenir cantik dari sana.
Ketika kalian berlibur ke pulau Belitung, salah satu destinasi wisata yang dikenal adalah pantai-pantainya yang memiliki karakter unik. Pantai merupakan destinasi andalan di Belitung.
Pantai di Belitung dikatakan unik karena hampir semua pantai dihiasi dengan banyak susunan batu granit yang tinggi dan besar-besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya keunikan batu granit di pantai yang dimiliki, namun ada juga yang tidak kalah unik yaitu batu satam. Di saat kalian berkunjung ke Belitung, kurang lengkap jika hanya menikmati pantai tanpa memiliki ikon khasnya ini.
Batu satam ini termasuk batu yang langka dan hanya bisa ditemukan di Belitung. Kebayang dong gimana uniknya batu ini.
Dengan keberadaannya yang langka dan memiliki tampilan unik, batu satam mampu menarik perhatian banyak orang, terutama para wisatawan yang berkunjung ke pulau Belitung.
Batu satam adalah batu khas yang hanya terdapat di pulau Belitung, provinsi Bangka Belitung. Awal penemuannya ada di pertambangan timah.
Seorang penambang menemukanbatu satam pada kedalaman 50 meter. Setelah penemuan tersebut, batu berwarna hitam pekat ini diberi nama satam yang artinya empedu pasir.
![]() |
Penamaan batu satam ini didasarkan pada nama penemunya yang bernama Sa Tam. Jika diartikan secara harfiah, Sa berarti pasir dan Tam berarti empedu.
Lalu batu satam juga memiliki beberapa nama yakni Taktite dan Billitonit. Istilah Taktite digunakan oleh para ilmuan yang sedang meneliti batu satam, sedangkan Billitonit digunakan oleh seorang peneliti berasal dari Belanda yang bernama Ir. N. Wing Easton pada tahun 1922.
Konon katanya, menurut penelitian ilmiah, batu satam merupakan serpihan meteor yang jatuh ke bumi sekitar 700 ribu tahun lalu yang memiliki tampilan unik dengan tekstur keras dan berwarna hitam pekat.
Baca juga: Eloknya Pemandangan di Pulau Ketawai, Bangka |
Sekitar 780.000 tahun lalu, sebuah asteroid yang besar menabrak bumi di laut Cina Selatan. Asteroid yang bergerak dari arah barat laut ke tenggara, menabrak bumi dengan sudut tabrakan yang kecil.
Pada tahap awal dari tabrakan, energi kinetis dari asteroid yang menabrak bumi ini melelehkan lapisan atas dari batuan di permukaan bumi seperti pasir dan lumpur di daerah tabrakan. Lapisan yang meleleh, terdiri dari batuan yang mencair lalu meninggalkan atmosfer bumi dan pecah menjadi batu semi cair berbentuk bulatan-bulatan kecil yang bernama Taktite.
Bulatan-bulatan kecil ini lalu membentuk bola dumbells atau air mata yang tergantung pada kecepatan rotasi yang terjadi saat pembentukan batu Taktite atau batu satam. Batuan ini sangat banyak jumlahnya di pulau Belitung yang tersebar di berbagai wilayah.
![]() |
Meskipun pada zaman itu meteor juga jatuh di negara lain seperti Australia dan Arab, namun batuan ini hanya ada di Belitung. Alasannya, karena Belitung memiliki lapisan bumi yang mengandung timah lalu akhirnya bereaksi kimia dengan batuan meteor yang jatuh ke bumi hingga terbentuk batu satam.
Puluhan tahun lalu, sejak ditemukannya batu berwarna hitam pekat khas Belitung ini sudah menjadi incaran wisatawan maupun para kolektor. Mitosnya, beberapa orang menganggap batu yang berasal dari meteor ini memiliki keistimewaan sendiri yang diyakini bisa menangkal racun, menolak makhluk alus bahkan gangguan gaib.
Memiliki tekstur yang keras dan berwarna hitam pekat, batu satam menjadi salah satu kebanggaan masyarakat pulau Belitung yang banyak manfaatnya. Batu satam digunakan sebagai perhiasan dalam bentuk cincin, gelang, dan kalung. Yang paling penting batu satam ini dijadikan sebagai ikon khas Belitung (Bundaran Satam).
Kalian tertarik mengoleksi batu satam? Batu satam dijual dengan kisaran harga mulai dari Rp 100 ribu sampai jutaan rupiah. Harga tersebut disesuaikan dengan bentuk serta ukuran besar batu satam.
Jika kalian ingin membeli batu satam bisa kalian dapatkan di Kota Tanjung Pandan, Belitung. Dan pastikan batu tersebut asli.
Untuk melihat bentuk aslinya, kalian bisa terangi batu tersebut menggunakan senter. Jika batu tersebut asli, maka batu satam akan terlihat berwarna sedikit kehijauan.
---
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel, Berry Aldika, dan sudah tayang di d'Travelers Stories.
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan