Asal-usul Kretek Kudus yang Berasal dari Kulit Jagung

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Asal-usul Kretek Kudus yang Berasal dari Kulit Jagung

Dian Utoro Aji - detikTravel
Sabtu, 22 Agu 2020 14:15 WIB
Museum Kretek Kudus
Museum Kretek Foto: (Dian Utoro Aji/detikcom)
Kudus -

Berkunjung ke Kudus, Jawa Tengah rasanya kurang lengkap jika tidak mampir ke Museum Kretek. Di sana kamu bisa tahu asal-usul nama kretek.

Di museum tersebut pengunjung dapat melihat proses sejarah hingga produksi pembuatan rokok dari zaman ke zaman. Lalu bagaimana sejarah awal mula sejarah kretek itu bisa berkembang pesat?

Rokok kretek tersendiri merupakan rokok yang menggunakan tembakau asli yang dikeringkan kemudian dipadukan dengan cengkeh. Pada saat dihisap rokok kretek itu terdengar bunyi kretek-kretek.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pramuwisata Museum Kretek, Novi Nurhayati mengatakan, ada sejarah tersendiri perkembangan kretek di Kudus. Menurutnya, sejarah kretek ini berawal dari eksperimen tidak sengaja yang dilakukan oleh warga asli Kudus, Haji Djamari pada awal abad ke-19.

Pada saat itu, Haji Djamari sedang sakit sesak dada. Kemudian Haji Djamari memoleskan minyak cengkeh di dadanya. Ternyata setelah dioles dengan minyak cengkeh, setelah itu sesak dadanya hilang dan sembuh.

ADVERTISEMENT
Museum Kretek KudusMuseum Kretek Kudus Foto: (Dian Utoro Aji/detikcom)

"Perkembangan kretek ini berasal dari eksperimen tidak sengaja dari Pak Haji Djamari yang waktu itu sakit sesak dada sekitar tahun 1880, kemudian memoles minyak cengkeh di dadanya," terang Novi saat ditemui di Museum Kretek Kudus jalan Getas Pejaten nomor 155, Desa Getas Pejaten Kecamatan Jati, Jumat (21/8/2020).

"Cengkeh itu dibuat seperti balsem atau minyak kayu putih. Kemudian Djamari memanfaatkan minyak cengkeh untuk mengobati sesak dadanya," sambung dia.

Tidak sampai itu, menurutnya Djamari kemudian melakukan eksperimen lagi yaitu merajang cengkeh dan mencampurnya dengan tembakau. Kemudian dibungkus dengan klobot (bungkus kulit jagung) diikat dibakar dan dihisap. Pada saat dihisap rokok itu bersuara kretek - kretek.

"Coba iseng-iseng lagi, karena dulu kan dikenal dengan budaya nginang, nah nginang itu tembakau itu dicampur dengan cengkeh terus dibungkus pakai klobot diikat pakai benang, lalu dibakar dan dihisap. Pada saat dibakar itu ada suaranya kretek-kretek itu, maka disebutkan kretek. Namun belum sampai berkembang, Haji Djamari meninggal dunia," papar dia.

Museum Kretek KudusMuseum Kretek Kudus Foto: (Dian Utoro Aji/detikcom)

Peluang bisnis itu lah kemudian ditangkap oleh Nitisemito. Lambat laun Nitisemito mengembangkan usahanya membuat rokok kretek. Awalnya membuat 10 batang kemudian 20 batang hingga banyak pesanan. Dari sinilah menjadi tonggak pertumbuhan rokok kretek di Kudus.

"Keadaan tersebut peluang bisnisnya ditangkap pak Nitisemito. Dalam wirausaha Nitisemito berasal dari membuat 10 batang, lalu 20 batang dibuat sendiri hingga banyak pesanan. Bahkan kekurangan tenaga kerja. Terus lama kelamaan banyak karyawannya tetangga kanan kirinya," jelasnya.

"Nah catat sejarah Nitisemito mengerjakan karyawan 15 ribu zaman itu pada abad 19 awal. Dari situ kemudian muncul banyak perusahaan rokok kretek di Kudus. Sebelum Perang Dunia II itu banyak home industri pengusaha rokok kretek sangat banyak sekali, namun setelah masuknya Jepang tahun 1942 itu mulai berkurang. Karena pada saat itu perekonomian tidak stabil bahan baku sulit, sekarang di Kudus hanya tinggal 50 perusahaan kretek saja," terang Novi.

Dari potensi kretek di Kudus itu lah kemudian Gubernur Jawa Tengah Supardjo Rustam beritikad membuat museum Kretek pada tahun 1980. Hingga akhirnya pada 3 Oktober 1986, Supardjo Rustam yang menjabat menjadi Kemendagri meresmikan museum kretek.

Museum Kretek KudusMuseum Kretek Kudus Foto: (Dian Utoro Aji/detikcom)

"Untuk berdirinya museum itu 1980, itu dari gagasan Gubernur Jawa Tengah Bapak Supardjo Rustam, lalu diresmikan 3 Oktober 1986, pada saat itu Suparjo Rustam sudah menjabat menjadi Kemendagri. Melalui museum ini merupakan edukasi kepada masyarakat bahwa ini cikal bakal sejarah kretek, cikal bakalnya ada di Kudus," ujar dia.

Terpisah, Kepala Museum Kretek Kudus, Yusron mengatakan, di Museum Kretek menyimpan koleksi sejarah dan produksi dari zaman ke zaman. Pengunjung dapat mengetahui perkembangan kretek di Kudus dari masa ke masa.

Saat ini, menurutnya Museum Kretek sudah mulai buka kembali. Di tengah-tengah pandemi virus Corona atau COVID-19 pengunjung yang datang harus menerapkan protokol kesehatan.

"Kita sudah menerapkan protokol kesehatan, kita sediakan cuci tangan. Pengunjung juga harus membawa masker. Namun saat ini pengunjung masih terbilang sepi. Karena aktivitas sekolah belum masuk. Sehari baru ada 87 pengunjung," jelas Yusron saat ditemui di Museum Kretek Jumat siang.

(bnl/ddn)

Hide Ads