Untuk mengenal sejarah batak lebih dekat, traveler bisa mendatangi Museum Batak TB Silalahi. Di sini ada banyak kisah menarik tentang budaya batak di masa lampau.
detikTravel bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengunjungi TB Silalahi Center yang berlokasi di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatra Utara. Museum ini pun sudah menerapkan protokol kesehatan, jadi traveler yang mau masuk, harus melewati pemeriksaan suhu terlebih dahulu.
TB Sialalahi Center memiliki dua bangunan, yang pertama Museum Batak, di mana banyak koleksi barang-barang antik dan informasi mengenai sejarah batak. Kedua adalah Museum TB Silalahi di mana wisatawan akan melihat kisah hidup Letjen (Purn) DR TB Silalahi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan informasi yang detik Travel dapatkan, di Museum Batak, traveler dapat mengenali enam puak atau sub etnis batak. Mulai dari Batak Toba, Batak Angkola, Batak Mandailing, Batak Karo, Batak Pak-Pak dan Batak Simalungun yang memiliki ciri khas masing-masing.
![]() |
Terdapat berbagai peninggalan kuno batak berupa senjata, perhiasan hingga benda-benda yang digunakan sehari-hari hingga sifat magis dan kentalnya filosofi hidup masyarakat Batak.
![]() |
Misalnya, ada sebuah peninggalan berupa tongkat yang disebut Tunggal Panaluan yang memiliki cerita legenda yang menarik. Tongkat itu memiliki figur kepala di bagian atas hingga ke bawah.
Menurut pemandu wisata Museum Batak TB Silalahi, tunggal panaluan sendiri diciptakan oleh sepasang anak kembar, mereka dipisahkan sejak kecil yang akhirnya bertemu setelah dewasa lalu mereka jatuh cinta. Mereka yang tidak tahu kalau terikat darah karena saudara kandung pun menikah di sebuah hutan.
Nahas, karena kedua saudara kandung ini melakukan perbuatan yang terlarang maka tubuh mereka berdua lengket di satu pohon. Saat orang tua mereka kebingungan dan mencari anaknya yang tak kunjung pulang.
"Disuruhlah dukun untuk mencari, dukunnya lengket juga, sampai beberapa dukun yang diutus mereka lengket juga. nah akhirnya dukun terakhir mikir keras agar tidak lengket," kata Pemandu wisata.
Dukun tersebut pun berdoa melalui roh anak yang lengket pada pohon dan akhirnya memutuskan untuk menebang kayu menjadi sebuah tongkat. Nah, tongkat inilah yang biasa digunakan raja-raja, ketua adat hingga raja kampung.
Selanjutnya koleksi lain di Museum TB Silalahi, Al Quran dari Kulit Kayu
Selain tongkat bersejarah ada pula Al Quran yang dibuat dari kulit kayu pada awal abad ke-18. Koleksi ini diberikan oleh Wakil Bupati Serdang Berdagai, Soekirman, yang awalnya dimiliki oleh kakek buyut K.H. Abdurrahman Wahid. Tak ketinggalan, replika masjid Al Hadhonah Balige sebagai kon sejarah penyebaran agama islam khususnya Balige dan sekitarnya pun terpampang di museum ini.
![]() |
Melangkah ke ruangan lainnya, ada replika rumah adat batak yang khas hingga berbagai ulos yang terpajang lengkap dengan informasi mengenai kegunaannya masing-masing.
Misalnya, ulos mangairing yang diberikan kepada anak pertama yang baru lahir untuk dijadikan kain gendongan, lali ulos ragi hotang untuk menantu laki-laki yang menikah, tujuannya agar menjalin rumah tangga yang kokoh. Selanjutnya ulos sibolang yang digunakan sebagai tujung atau penutup kepala bagi suami atau istri yang ditinggal pasangannya.
![]() |
Masih banyak cerita dan koleksi lain yang dimiliki Museum Batak TB Silalahi. Di masa pandemi ini jangan lupa untuk selalu terapkan protokol kesehatan traveler, mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum