Mengunjungi Pasar Alas di Kobalima, Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) seperti diajak ke masa lalu. Pasar tradisional ini cuma buka sepekan sekali, pedagang menakar tanpa timbangan.
Pasar Alas cukup jauh dari Betun, ibu kota Kabupaten Malaka. Berkendara dengan mobil, traveler harus menempuh perjalanan sekitar 45 menit hingga satu jam untuk sampai di pasar ini.
Pasar Alas ditandai dengan cokelat gapura yang bertuliskan namanya. Bangunan permanen lain berupa lantai dengan semen. Tidak ada kios-kios untuk masing-masing pedagang. Mereka menggelar lapak dengan alas kresek atau kain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Para pedagang menentukan lapaknya sesuai kesepakatan saja. Tidak ada wilayah khusus untuk masing-masing pedagang," kata Lambertus Meo, 55 tahun, tokoh masyarakat di Kobalima Timur, dalam perbincangan dengan detikTravel di tapal batas detikcom yang didukung oleh BRI.
![]() |
Menariknya lagi, pasar ini cuma buka sepekan sekali. Yakni, setiap hari Kamis. Tradisi pasar cuma hidup pada hari-hari tertentu dalam sepekan pernah berkembang di Jakarta ataupun di daerah lain di Jawa sebelum tahun 2000. Sebagai gambaran, Pasar Senen sebagai pasar tertua di Jakarta juga hanya buka pada hari Senin saat beroperasi di tahun 1700-an.
Kendati buka sepekan sekali, Pasar Alas menyediakan kebutuhan masyarakat cukup komplet. Di antaranya, sembako, pakaian, ikan asin, sayur-mayur, bahkan handphone. Di Pasar Alas juga cukup banyak pedagang sirih dan pinang dan cemilan khas Malaka, Akabilan.
![]() |
Cukup banyak pedagang di Pasar Alas yang menjadi nasabah BRI. Salah satunya, Yovita Klon Seran (44). Dia mengajukan KUR ke BRI pada tahun 2007 dan pada 2009.
Hal lain yang menarik dari Pasar Alas itu adalah sejumlah pedagang menakar dagangan tanpa timbangan. Biasanya, untuk menakar beras atau kacang-kacangan. Mereka menggunakan kaleng bekas mentega atau susu untuk melayani pembeli. Takarannya 0,5 kg dan 1 kg.
"Memakai kaleng ini sudah lama, pembeli juga tidak keberatan," ujar Yovita.
***
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com!
Baca juga: Pantai Welulik Indah dan Tragedi Jadi Satu |
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol