Gereja Unik di Papua, Salib Ditempatkan di Dalam Tempayan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Gereja Unik di Papua, Salib Ditempatkan di Dalam Tempayan

Hari Suroto - detikTravel
Jumat, 25 Des 2020 16:20 WIB
Gereja Unik di Papua, Salib Ditempatkan di Dalam Tempayan
Foto: Hari Suroto/detikcom
Jakarta -

Di Papua ada sebuah gereja unik yang memadukan desain Eropa dan lokal. Kayu salib pun ditempatkan di dalam tempayan.

Kampung Abar terletak di Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Kampung ini terkenal sebagai satu-satunya kampung yang masyarakatnya masih eksis membuat gerabah di Papua.

Setiap bulan September di Kampung Abar diselenggarakan Festival Makan Papeda dalam Gerabah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kampung Abar memiliki sebuah gereja yang unik. Gereja ini merupakan perpaduan budaya Eropa dan budaya asli setempat.

Gereja ini dinamakan Gereja GKI Ararat. Keunikan gereja ini, di halaman gereja terdapat sebuah tugu salib di dalam tempayan berukuran besar.

ADVERTISEMENT
Gereja Unik di Papua, Salib Ditempatkan di Dalam TempayanSalib di dalam tempayan. Foto: Hari Suroto/detikcom

Selain itu, di dalam gereja juga terdapat mimbar yang berbentuk gerabah.

Tempayan yang terdapat salib di dalamnya, menggambarkan tempayan sebagai tempat menyimpan sagu yang digunakan masyarakat Kampung Abar sejak nenek moyang mereka.

Tempayan ini adalah tempayan keramat, pada masa lalu digunakan untuk menyimpan tepung sagu. Menurut kepercayaan setempat, jika tepung sagu di dalam tempayan habis, mereka bukan mengisinya lagi dengan tepung sagu yang baru, tetapi hanya menaruh sebuah bulu burung, tiba-tiba di dalam tempayan akan terisi tepung sagu dengan sendirinya.

Pada waktu itu masyarakat setempat belum mengenal Tuhan. Mereka masih percaya pada kekuatan gaib dan roh nenek moyang.

Gereja Unik di Papua, Salib Ditempatkan di Dalam TempayanMimbar berbentuk gerabah. Foto: Hari Suroto/detikcom

Tempayan besar tersebut masih tetap dipertahankan hingga kini namun bukan bulu burung lagi yang ditaruh di tempayan, melainkan diganti dengan salib.

Nilai filosofis salib di tempayan yaitu salib sebagai sumber kehidupan. Masyarakat Kampung Abar hidupnya tidak terlepas dari sagu.

Nilai lainnya, yaitu tempayan yang berada di halaman gereja untuk menyimpan tepung sagu. Tepung sagu ini kemudian dibawa ke dalam gereja, diolah menjadi papeda di gerabah mimbar, selanjutnya papeda dibagi rata ke jemaat, dalam arti firman Tuhan itu dibagikan kepada jemaat.




(pin/pin)

Hide Ads