Kota Cirebon, Jawa Barat, dijuluki sebagai Kota Wali. Berikut lima gamelan pusaka Cirebon tinggalan Wali Sanga.
Banyak benda pusaka warisan Wali Sanga yang tersebar di keraton-keraton Cirebon. Dalam bidang kesenian, Wali Sanga meninggalkan lima jenis gamelan, yakni denggung, renteng, pelog, selendro, dan sekaten.
Kelima jenis gamelan ini memiliki fungsi yang berbeda. Masing-masing keraton di Kota Cirebon juga menyimpan jenis gamelan berbeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut lima gamelan pusaka Cirebon tinggalan Wali Sanga:
1. Denggung
Gamelan denggung merupakan benda pusaka milik Keraton Kacirebonan. Kondisi gamelan ini tak bisa dimainkan, karena ada beberapa jenis alat musiknya yang mulai lapuk di makan usia.
Ketua Unit Kepurbakalaan Keraton Kacirebonan Elang Iyan Ariffudin mengatakan gamelan denggung difungsikan sebagai media doa untuk meminta hujan. Gamelan ini dibunyikan saat musim kemarau panjang melanda Cirebon pada era Sunan Gunung Jati.
"Gamelan denggung ini asalnya dari Pajajaran. Cirebon ini agraris. Saat kemarau panjang tuan tanah di Cirebon selalu menghadap ke sultan, tujuannya agar gamelan ini dimainkan," kata Iyan saat berbincang dengan detikcom di Keraton Kacirebonan, Selasa (26/1/2021).
Iyan menceritakan tentang kemarau panjang yang sempat melanda Cirebon. Permintaan tuan tanah dan masyarakat untuk memainkan gamelan pun dikabulkan. Hasilnya, hujan turun.
"Gamelan ini media. Ya ada ritual dan doa. Para nayaga (penabuh gamelan) juga salat istikharah terlebih dahulu. Doa kita panjatkan kepada yang Mahakuasa," kata Iyan.
Iyan menyebut usia gamelan denggung mencapai 500 tahun lebih. "Ada beberapa gong sudah berlubang. Sudah terkikis. Suaranya juga sudah tidak merdu lagi," kata Iyan.
2. Sekaten
Iyan mengatakan gamelan sekaten tersimpan di dua keraton, yakni Kanoman dan Kasepuhan Cirebon. Gamelan sekaten berasal dari Kerajaan Majapahit, yang kemudian diwariskan ke Kerajaan Demak hingga ke Cirebon.
"Gamelan sekaten ini masing-masing keraton memiliki tradisi berbeda. Kalau di Keraton Kanoman itu dibunyikan saat acara maulidan. Sedangkan di Kasepuhan saat Idulfitri dan Iduladha," kata Iyan yang juga menjabat sebagai Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kota Cirebon itu.
Iyan mengatakan nama sekaten bersumber dari syahadatain atau sahadat. Gamelan sekaten sebagai salah satu media syiar Islam yang dilakukan oleh Wali Sanga. Setiap tahun, gamelan tersebut dibersihkan dengan menggunakan abu batu bata dan serabut kelapa.
Sekadar diketahui, setiap pencucian gamelan sekaten di Keraton Kanoman menjelang maulid selalu ramai. Bahkan salah satu momen wisata religi yang ditunggu-tunggu warga Cirebon dam sekitarnya. Pencucian gamelan langsung dilakukan oleh keturunan raja.
3. Renteng
Gamelan renteng atau gong renteng berbeda dengan dua gamelan sebelumnya. Gamelan renteng lebih banyak menggunakan jenis bonang. Iyan mengatakan gamelan renteng usianya lebih muda ketimbang denggung dan sekaten.
"Fungsinya untuk syiar Islam. Selain itu untuk menyambut tamu kehormatan sultan," kata Iyan.
4 & 5. Pelog dan Selendro
Gamelan pelog dan selendro lebih muda ketimbang ketiga gamelan pusaka Cirebon lainnya. Gamelan pelog dan selendro merupakan gamelan pengiring tari topeng dan kesenian lainnya. Gamelan ini tak berbeda jauh dengan daerah lain.
"Pelog dan selendro muncul abad 16-17. Sama dengan gamelan di daerah lain. Fungsinya untuk pengiring tari topeng, tarian sejenisnya," kata Iyan.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol