Tari Tortor, Tarian Khas yang Berasal dari Sumatera Utara

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tari Tortor, Tarian Khas yang Berasal dari Sumatera Utara

Tim detikcom - detikTravel
Sabtu, 30 Jan 2021 22:04 WIB
Di Pulau Samosir, Sumut, wisatawan bisa bertemu boneka Sigale-gale. Meski dibalut mistis, Sigale-gale menawarkan pengalaman seru untuk wisatawan mulai dari menonton upacara adat sampai menari tortor bersama. Saat berlibur ke Pulau Samosir, Sumut, jangan lewatkan Museum Huta Bolon Simanindo. Di tempat ini, Anda bisa belajar menari tortor bersama boneka Sigale-gale
Foto: Tari Tortor (Dikhy Sasra/detikcom)
Medan -

Indonesia punya ratusan macam tarian khas. Salah satunya Tari Tortor yang berasal dari daerah Sumatera Utara.

Suku Batak Toba masih kuat memegang adat dan budaya. Tak terkecuali warga Desa Huta Tinggi, yang menganggap Tari Tor Tor sebagai tarian yang sangat penting.

Ada tiga tarian Tor Tor yang sering ditampilkan oleh remaja di Desa Huta Tinggi. Mengenakan ulos, 10 anak perempuan ini pun memulai tarian mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

3 Tari Tortor itu adalah Gondang Siboru, Sitapitola, Sibungazabu. Gondang Sitapitola itu gerakan lambat, makanya seperti sedang sedih. Gondang Siboru itu sedang, kemudian Gondang Sibungazabu itu agak cepat.

Menurut warga Desa Huta Tinggi, tari Tortor merupakan salah satu persembahan bagi Mulajadi Nabolon atau dewa tertinggi dalam mitologi Batak. Ritual itu pun harus menggunakan alat musik Gondang Bolon dan Gondang Hasapi.

ADVERTISEMENT
Tari Tor-tor di Desa Huta TinggiTari Tor-tor di Desa Huta Tinggi Foto: Elmy Tasya Khairally/detikTravel

Hukumnya wajib untuk menggunakan Gondang Bolon dan Gondang Hasapi. Tanpa itu tidak bisa melaksanakan tari Tortor. Tarian Tor Tor juga biasanya dilakukan saat menyambut tamu yang datang bertamu ke desa.

Menurut falsafah orang Batak, tamu yang datang haruslah dihargai. Akan lebih mulia kita sambut tamu kita dengan gendang dan tari Tortor.

Masyarakat Batak setempat khawatir budaya gendang itu akan hilang seiring digunakannya alat musik elektronik seperti keyboard. Sehingga, parmalim masih mempertahankan gendang sebagai alat musik mereka.

Untuk melestarikan budaya agar tetap ada, setiap acara adat yang digelar selalu menggunakan gendang dan tak pernah menggunakan keyboard. Jika tak ada gendang, maka tak pakai musik sama sekali




(wsw/ddn)

Hide Ads